Sebuah kesalahan dilakukan oleh salah satu anggota tim Jennie, Kai, membuatnya harus bolak-balik memastikan rekaman pesan dan jumlah pembayaran yang diberikan untuk salah satu pax domestik.
"Dalam sebulan, dia udah dua kali kena case," ujar Sehun, salah satu bagian QC yang menemukan kesalahan Kai.
"Kenapa sih, dia?" gumam Jennie seraya menuliskan kesalahan yang dilakukan Kai di notes-nya.
"Padahal dia udah kerja di bagian sosial media Firefly selama hampir 4 tahun lho, Jen."
"Iya, iya. Aku tahu. Makasih ya, Sehun. Besok aku bicarakan ini sama Kai, soalnya hari ini dia off." Jennie bangkit dari tempat duduknya di ruang QC, dari hadapan Sehun, lalu ke luar ruangan dengan langkah terburu karena ia harus segera menyelesaikan kekacauan yang dibuat oleh Kai kemarin sore.
"Sibuk amat, Bu TL," sindir Mino saat Jennie baru saja duduk di balik kubikelnya.
Sejak pagi, ia belum berhenti bolak-balik ke ruang QC dan ruangan Lim, gara-gara kesalahan yang dilakukan Kai dan hari ini pria itu tidak masuk. "Kai nih, ada-ada aja."
Irene mendorong kursinya sampai mentok ke arah Jennie. "Santai sih, Jen."
"Santai gimana, sih? Lo sadar nggak sih, dibanding waktu Yonhee jadi TL, case nggak sebanyak ini. Emang nggak becus kerja kali gue." Jennie memeriksa kembali rekam pesan yang Kai kirimkan kemarin sore kepada salah satu pax, menghitung ulang untuk memberikan ulang info yang akurat.
"Santai aja istri CEO mah harusnya," gumam Joy seraya meraih stoples keripik kentang secara diam-diam dari laci mejanya. "Heran gue, masih aja lo kerja keras di antara bergelimangan harta laki lo, Jen."
Setelah pertemuan Mino dan Irene dengan Jisoo sore itu di lobi, Jennie tahu bahwa informasi tentang suaminya itu akan menjadi perbincangan di sela jam kantor seperti ini. Karena, Mino dan Irene adalah kombinasi yang tidak mampu menyimpan rahasia dan pikiran dalam kepalanya sendirian, mereka selalu membutuhkan perantara untuk menyampaikan segala asumsi yang mereka miliki. Tentang apa pun. Dan berujung menghasilkan gosip, seperti ini.
"Iya," sahut Rose yang masih mengetikkan sesuatu di atas keyboard. "Gue aja nih yang lakinya cuma sekelas manajer, udah niat resign."
"Lo bukannya emang udah disuruh resign sama Lim?" gumam Joy.
"Iya." Mino mendelik. "Biar bebas punya waktu beranak-pinak kali Lim nyuruh Rose resign," ujarnya yang menghasilkan lemparan sebuah bolpoin ke arah wajahnya.
"CEO dari sebuah perusahaan properti." Irene bertepuk tangan, terlihat takjub saat membuka sebuah laman internet tentang profil Kim Jisoo. "PT Blisoo. Itu perusahaan yang baru aja nyelesain mal di daerah Cijantung kemarin kan, Jen?"
Setelah pertemuan dengan Jisoo beberapa hari ke belakang, Irene belum henti membicarakan sosok Jisoo, yang katanya, dari penampilannya terlihat seperti pria dengan kekuasaan besar. "CEO dingin, angkuh, dan posesif dengan kekuasaan penuh," ujar Irene Si Pecinta novel romance dewasa.
"Gue penasaran deh sama suami yang tidak pernah lo akui kekayaannya itu," gumam Joy seraya pelan-pelan memakan camilannya di sela jam kerja, itu adalah pelanggaran sebenarnya, tapi Jennie terlalu malas untuk menegur.
"Kapan sih gue nggak mengakui suami gue?" Jennie hanya bergumam.
"Lo nggak pernah cerita apa-apa tentang laki lo yang sempurna itu, Jenn." Irene berkata gemas. "Beuh, gila. Dewa yang jatuh ke tubuh manusia kali tuh." Irene menggeleng. "Lo dapet dari mana, Jen?"
Dan sampai detik itu, Jennie masih tidak menanggapi dengan perkataan berarti selain gumaman singkatnya yang tidak jelas.
"Gantengan mana sama Lim?" Pertanyaan konyol itu diucapkan Joy yang kemudian ditanggapi serius oleh Irene.