23

153 14 4
                                    

Setelah makan malam, Harris meminta seluruh penghuni rumah berkumpul di ruang TV kecuali 2 anak di bawah usia itu, tadi Elisa sudah membawa saku pergi dari ruang TV entah kemana, harris bilang ia hanya ingin mengobrol bersama mereka, tapi bagi mereka ini bukan mengobrol karna tidak ada kata santai dalam obrolan itu.

"Apa anakku menyusahkan kalian disini" Tanya Harris dengan suara dinginnya.

Hening, mereka saling melempar pandangan satu sama lain, tidak ada yang mau menjawab karna takut salah bicara.

"Santai saja aku hanya bertanya, Reputasi kalian tidak akan hancur hanya karna menjawab pertanyaan dariku" Sambung nya.

"Nggak kok pak, saku anak yang baik nurut pula" Sahut Theo mewakili,

"Benarkah?, tapi aku merasa anakku tidak begitu" Ucap Harris seraya menyeruput teh nya.

Mendengar hal itu Theo langsung meremang, dalam hatinya berucap, apa dia salah bicara barusan?.

"Nakalnya masih wajar menurut kami pak, dan kami pun masih bisa handle jadi menurut kami itu nggak menyusahkan" Sahut Jose menimpali, memang anak anak kan seperti itu, kadang karna rasa penasarannya yang tinggi membuat mereka menjadi sulit di atur.

"Benarkah?" Tanya harris meyakinkan, alis hitam dan tebalnya menukik tajam.

"Iya pak, bahkan Shawn pun masih bisa mengaturnya tanpa bantuan kami" Sahut Theo sambil menunjuk Shawn yang berada di sudut sana.

"Kau hebat Shawn, aku sendiri saja terkadang masih kalah dengannya" Ucap harris di akhiri dengan smirknya.

"Ah, nggak gitu kok pak, kita saling gantian aja kalo dia mau dengar saya, saya juga mau dengar dia" Ucap Shawn malu malu.

"Bagus!, hal itu tidak terjadi di rumah kami" Sahut harris.

"Sekarang ceritakan tentang bagaimana karir kalian, dan apa rencana kalian kedepannya" Sambungnya, selayaknya Ceo, ia pun perlu mengajukan pertanyaan itu.

Mereka pun mulai menceritakan tentang rencana rencana mereka kedepannya, mulai dari pemotretan, merilis album, Press conference, fansign, world tour, dan lain lain. Hal itu tak luput dari perhatian mereka, karna harris juga menerapkan prinsip jika mereka sudah berencana mengadakan sesuatu, maka mereka sendiri juga harus ikut turun tangan langsung mengurus rencana mereka sampai selesai, ia paling tidak suka jika ada hal yang harus berhenti di tengah jalan.

Sementara di lantai tiga.....

Terlihat tiga orang sedang bersantai di hadapan sebuah TV, mereka adalah Elisa dengan saku yang sedang tiduran dengan meletakan kepalanya di paha sang mama dan izel yang duduk di depan mereka.

"Mama, aku mau itu" Tunjuk saku saat melihat iklan makanan yang baru saja tayang di TV.

"Apa itu sayang, sepertinya itu tidak bisa di makan" Sahut Elisa. Tangannya terus mengusap surai sang anak.

"Bisa mama, itu liat orang itu makan" Tunjuknya lagi.

"Mama tidak tahu dimana harus membelinya" Ucap Elisa,

Mendengar hal itu saku, langsung bangun dan mendudukan dirinya di hadapan sang mama, menatapnya dengan tatapan permusuhan, mamanya ini memang selalu seperti itu, tidak pernah mau menuruti kemauannya.

Memilih tidak membalas, Elisa mengusap wajah sang anak, yang sudah tampak sayu, sepertinya saku sudah mengantuk.

"Bobok saja yuk, saku sudah mengantuk" Ucap Elisa, tangannya terus mengusap Mata sang anak.

"NGGAK MAMA" Ucapnya, dengan segera ia singkirkan tangan sang mama dari wajahnya.

"Ih nakal, teriak teriak" Timpal izel yang tentu saja mendapat delikan mata dari sang empu.

Nuetra CassaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang