28

160 12 0
                                    

"Hi, lu tadi marahin saku gak?" Tanya Shawn ulang pada ruhi yang sedang duduk menghadap balkon.

"Nggak, apaan sih" Sahutnya

"Gak mungkin hi, dia tadi bete banget wajahnya" Sanggah Shawn.

"Ya emang gw nanya doang kok, lagian sensitif banget" Kesal ruhi nadanya terdengar sedikit nyalang

"Ya bukan gitu hi, dia kan beda gak sama kayak kita orang dewasa, dia ngerti nya kalo salah ya minta maaf" Jelas Shawn.

"Ya kan gw cuman nanya ' udah? Minta maaf doang' gitu, gak gw apa apain bang" Bela ruhi.

"Ya dia taunya salah ya minta maaf lah, terus dia mau kita cakar juga gitu biar impas?, enggak kan" Sahut Shawn panjang lebar.

"Ya enggak, cakar balik lah biar sakit satu sakit semua atau minimal janji gak bakal ngelakuin itu lagi lah..... " Elak ruhi.

"Ya dia mana ngerti sih". Sahut shawn

" Hi, jangan samain dia sama kita, beda jauh, kita harus ikutin pola pikir dia kalo kita mau nyelesain masalahnya" Sambungnya.

"Ya terus gw harus gimana, gw gak bisa, gw gak bisa liat orang luka, di depan mata gw terus gw tenang tuh gak bisa, gw harus kasih tau kalo dia tuh lagi gak baik baik aja" Sahu ruhi, nada bicaranya meninggi.

"Bingung kan lu?, lu aja yang udah dewasa bingung apa lagi dia hi" Sahut shawn,

Hal ini terkesan berlebihan tapi memang ruhi harus sedikit di peringati agar tidak terlalu berlebihan jika menanggapi masalah orang, khususnya dua bocah itu karna mereka berdua masih dalam konsep bermain dimana saat ada yang terluka maka mereka hanya akan minta maaf, dan tidak mengerti istilah balas dendam.

"Izel tuh masih kecil hi, gak tau kalo hal yang kayak gitu bisa di bales dia taunya udah kejadian ya udah minta maaf" Ucap Shawn panjang lebar, berusaha menjelaskan tentang pola pikir kedua bocah itu kepada ruhi yang masih setia membatu.

"Ok, fine gw salah" Final ruhi, ia memilih mengalah dari pada terus mengadukan pola pikirnya dengan Shawn, ia kalah. Shawn lebih dewasa dan lebih mengenal kedua bocah itu dari pada dirinya.

"Lu jangan begitu, cuman karna males berdebat sama gw hi. Lu harus coba ngerti" Sela Shawn, ia merasa ruhi mengatakan itu hanya supaya Shawn berhenti mengoceh di depannya bukan karna memang ia benar benar mengerti.

"Iya iya, gw yang salah, gw yang terlalu berlebihan sama saku di sini. Nanti gw ngobrol sama dia" Ruhi pun mengakui, entah itu pengakuan dari lubuk hari terdalam atau tidak, who know.......

"Gw harap bukan cuman ke saku hi, ke yang lain juga, kurang kurangin respon lu kalo dengar masalah orang, jangan langsung menjudge orang. Karna kita gak tau cara berpikir orang itu dari sudut pandangnya gimana" Ucap Shawn dengan tangan yang menepuk pundak ruhi.

"Gw harap lu nggak tersinggung hi" Sambungnya

"Iya, gw usahain, thanks udh ngingetin gw" Ucap ruhi.

Beginilah masalah orang dewasa........

Hal apapun akan di anggap serius, tidak seperti izel dan saku yang jika salah satu dari mereka meminta maaf saja masalah nya akan selesai. Berbeda dengan orang dewasa apabila mereka bermasalah pasti ada salah satu dari mereka yang tersinggung meskipun mereka berkata tidak.

Setelah menyampaikan hal itu Shawn pun memutuskan untuk pergi, sementara ruhi masih setia duduk termenung di tempatnya tak ada niatan untuk bergeser ke mana pun.

Hingga tak terasa waktu pun berjalan, saat ini waktu sudah menunjukan pukul 12.00 yang artinya kedua anak itu sebentar lagi akan pulang dari sekolah.

Nuetra CassaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang