06. Old Enemy Or Old Friend?

1K 119 2
                                    

Swiss.

10.30

Seonho akhirnya sampai di Swiss, tatapan langsung tertuju pada assisten di sampingnya. Menyadari arti dari tatapan Seonho, dia langsung menunjukkan macbook di tangannya; "Marco Manoban saat ini berada di sebuah kondominium miliknya, assistennya mengatakan jika beliau sudah menunggu sedari tadi.."

Menatap macbook sambil mendengarkan penjelasan assistennya, Seonho segera berjalan ke mobil yang menjemputnya, "Kita pergi sekarang.."

"Apa sebaiknya Tuan Kim istirahat terlebih dahulu? Maksud ku, kesehatan anda juga sama pentingnya dengan keselamatan Nona kedua.." assistennya itu terlihat cukup khawatir, biasanya setiap kali pergi ke negara lain, Seonho akan langsung istirahat untuk mengembalikan energinya, tapi tidak untuk kali ini.

Seonho menggeleng tidak. Baginya, lelahnya tidak ada artinya dengan keselamatan putrinya itu. Pada akhirnya, assistennya itu tidak bisa menghentikan langkah Seonho yang langsung pergi ke kondominium milik keluarga Manoban.
_____

Di sebuah kondominium, di dekat kota. Marco duduk menikmati hari-harinya dengan tenang sambil meminum secangkir teh. "Tuan Manoban, Kim Seonho sudah berada di depan.."

Pelayan datang padanya, "Katakan padanya untuk menunggu di taman dan layani mereka dengan baik.." pelayan itu mengangguk, membungkuk sebentar sebelum pergi.

Marco mengambil ponselnya, menghubungi nomor putranya yang berandalan itu. "Bajingan kecil, apa yang kau ingin Daddy mu ini lakukan, huh? Orang tua itu sudah berada di sini.... Seperti yang kau inginkan, dia sepertinya datang untuk rekaman itu.."

Suara tawa terdengar dari ponsel saat setelah Marco mengatakan hal tersebut, "Seperti yang ku bilang, biarkan saja orang itu memasuki rumah dan melihat rekamannya, rekamannya juga sudah aku hapus dan tidak akan pernah kembali.... Mereka tidak akan pernah menemukan putri kesayangannya.."

Marco menggeleng-gelengkan kepalanya, dia tidak tahu dari mana datangnya sifat putranya yang begitu licik melebihi dirinya ini, tapi dia tidak bisa menghentikannya, malah dia ikutan mendukungnya, sepertinya dia harus pergi ke psikiater untuk mengurus otaknya itu. "Baiklah-baiklah, pastikan untuk tidak membuat gadis itu berkeliaran keluar dan melarikan diri. Sudah cukup terakhir kali kau lengah dan hampir menghancurkan semua rencana mu.." peringatannya. Bukan cuma masalah kecil, tapi jika sampai semua orang tahu, dia akan sangat kesulitan dan butuh waktu lagi untuk mendapatkan kepercayaan orang-orang.

Marco melangkah keluar, setelah menyelesaikan minum tehnya, dia melangkah menuju taman. Cukup lama Marco menghabiskan waktu hanya untuk minum secangkir teh, membuat Seonho harus menunggu dengan sabar. Tentunya, Seonho harus benar-benar bersabar kali ini, demi putrinya, dia rela menunggu lama, walaupun itu sudah menghancurkan sifat angkuhnya yang terkenal merepotkan.

"Tuan Kim Seonho..... Lama tidak bertemu, aku tidak menyangka kau akan rela menunggu untuk bertemu dengan ku... Suatu kehormatan bisa bertemu dengan seorang pejabat penting di Korea Selatan.." Kata-kata Marco terdengar seperti nada mengejek, tapi tentu saja Seonho hanya tersenyum menanggapinya.

Berurusan dengan seorang yang penting dan sangat di cintai orang-orang memang harus membutuhkan kesabaran. Apalagi, dia harus bisa menyenangkan sifatnya yang angkuh dan arogan itu.

"Tuan Manoban, tentu saja aku akan menunggumu.... Karena, kau satu-satunya yang bisa membantuku kali ini.... Terlepas dari masalah kita di masa lalu, bukankah itu sudah berlalu?.... Aku mengalah, Eoh... Aku sangat membutuhkan bantuan dari Tuan Marco Manoban.." kata-kata yang Seonho ucapkan sangat menggelikan, hampir saja dia tertawa dengan ucapannya sendiri. Tapi, dia harus melakukan semua ini untuk bisa memasuki rumah milik Manoban sialan ini.

Marco tertawa mendengarnya. Sepertinya orang di depannya ini benar-benar menghilangkan sifat sombongnya hanya untuk bisa memasuki rumahnya yang berada di Korea Selatan.

"Itu bukanlah masalah, selama Tuan Kim tidak ikut campur lagi dalam bisnis perusahaan ku dan menjamin prosesnya dengan cepat, aku akan bersedia membantu.." Marco menyeringai. Dia benar-benar telah meletakkan sesuatu yang membuat Seonho bimbang.

Seonho diam-diam mengumpat. Tapi, demi rekaman yang penting untuk bukti pencarian putri tercintanya, dia tidak bisa menolaknya. Hanya saja, dia hanya sedikit menawarnya; "Tidak bisakah Tuan Manoban memberikan syarat yang lebih mudah? Sedikit kesulitan bagiku untuk melakukan apa yang Tuan Manoban inginkan.."

"Tidak mau? Sayang sekali, aku tidak punya hal lain yang aku inginkan.... Ini semua tergantung pada dirimu, Tuan Kim.... Mau kau menyetujui apa yang aku inginkan atau tidak, itu terserah dirimu, toh bukan aku yang rugi.." Balasnya dengan mengejek.

Seonho mengepalkan kedua tangannya dengan marah. Dia berusaha sebisa mungkin untuk tidak terbawa emosi saat assistennya menyentuh bahunya; "Baiklah.."
_____

Seoul, Korea Selatan.

Pada akhirnya, Seonho menyetujui keinginan Marco. Dia langsung menghubungi putrinya - Kim Jiwon - untuk segera melihat rekaman di rumah milik Manoban itu.

Dengan di temani beberapa polisi dan juga Jongin yang ikut. Mereka segera pergi ke rumah besar itu. Beberapa penjaga segera menghentikan Jiwon, "Kami sudah mendapatkan izin dari Tuan Marco Manoban untuk melihat rekaman CCTV... Aku Kim Jiwon, putri Kim Seonho.." begitu mendengar nama Seonho di sebut, para penjaga itu segera membukakan gerbang untuk mereka.

"Nona, aku harap kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan dan cepat-cepat menemukan Jennie.." Jiwon mengangguk. Dia sangat ingin apa yang Jongin katakan barusan menjadi kenyataan. Dia sangat kesepian tanpa adanya adiknya yang manja itu.

"Hm.. tentu saja..... Tentang teman-teman Jennie, apa kau sudah menanyai mereka? Orang-orang yang cukup dekat dan sering bertemu dan kau mengenalnya.."

Jongin menggelengkan kepalanya. Dari semua teman-teman Jennie yang dia kenal dan sering bertemu dengan Jennie, mereka semua mengatakan tidak pernah mengajak Jennie pergi bertemu akhir-akhir ini. "Aku sudah bertanya pada teman-teman Jennie yang ku kenal dan sering bertemu, tapi mereka semua mengatakan tidak pernah mengajak Jennie keluar bersama akhir-akhir ini.... Bahkan, teman-teman jauhnya pun mengatakan hal yang sama.." jelasnya.

Jiwon mengangguk pelan. Dia hanya bisa berharap pada rekaman yang berada di rumah ini sekarang. Sisanya, dia hanya bisa mengandalkan keberuntungan dan nasibnya.
_____

"Lihatlah, mereka semua mencari mu... Tapi, mereka tidak akan bisa menemukan mu... Betapa bodohnya orang-orang itu hahaha..." Suara tawa Lisa menggema mengisi seluruh kamar hotel saat melihat orang-orang yang mencari Jennie lewat CCTV kecil yang terhubung dengan layar monitor di depannya.

Jennie tersenyum kecut. Dia hanya menatap layar monitor dengan tatapan penuh harapan saat jari-jari Lisa memainkan payudaranya. Tubuhnya terasa telanjang, hanya tertutupi oleh kaos oversize putih milik Lisa yang nampak seperti sebuah dress di tubuhnya yang pendek.

'Unnie, tolong aku!!! Aku di sini! Di pinggiran pedesaan, bukan di situ!' kata-kata tersebut hanya bisa Jennie ucapkan di dalam hatinya. Dia sebisa mungkin tidak menangis agar Lisa tetap senang.

"Kitten, kamu tahu? Rekaman di rumah itu memang ada, tapi tidak pernah ada bukti tentang mu dan ponsel mu yang aku buang di sana... Percayalah, mereka tidak akan pernah menemukan mu.." suara Lisa terdengar berat, nafas panasnya mengenai leher putih Jennie, membuat Jennie memejamkan matanya. Gadis Kim itu meringis, dia benar-benar hampir putus asa untuk bisa kembali menikmati kehidupannya yang normal seperti biasanya.

Tubuhnya yang terasa begitu sakit setelah Lisa menyetubuhinya hampir setiap hari, semakin membuatnya kehilangan harapan saat dia hanya bisa berjalan dengan bantuan Lisa. Sedikit saja dia mencoba menggerakkan tubuhnya, tulang-tulang tubuhnya terasa akan hancur.

"My Kitten...... Cup!"

"Lisaaaahhh!"
______________________________________

Segini dulu yah. Sorry semalem gak update, lumayan sibuk sama kepala pusing terus. Ini aja butuh dua hari buat selesainya.
Jangan lupa vote dan komen biar tetap semangat dan langsung!

See you next chapter guys.

Domino ImpactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang