05. Further Punishment 2

1.2K 126 0
                                    

03.00 AM.

Berjam-jam sudah Lisa menyetubuhi Jennie, gadis Kim itu terlihat begitu lemas. Tubuhnya terasa mati rasa saat dia berada di antara ketidak sadarannya. Tubuhnya begitu letih setelah berungkali mencapai pelepasan.

Lisa yang sebelumnya mengonsumsi obat untuk menambah tenaganya, dia masih semangat menghentakkan penisnya memasuki vagina Jennie yang kini memerah dan di penuhi cairannya yang menyatu.

"Ughhhhhh.... Ahhhhhh..... Berhenti... A..aku tidak kuat lagi.." Jennie memohon dengan lemas saat dia kesulitan untuk menggerakkan tubuhnya sendiri yang terbaring pasrah.

Lisa tidak mempedulikannya, kenikmatan dari vagina Jennie yang begitu sempit membuatnya ketagihan.

"Ahhhhhh.... Enakk... Terus mendesah dan memohon, inilah hukuman jika kamu melarikan diri dariku, kitten.." Lisa masih begitu kuat, tubuhnya terus saja bergerak maju mundur menghentakkan penisnya yang masih saja berdiri tegak.

Rambutnya Jennie basah oleh keringat, begitupun tubuhnya, membuat gadis itu terlihat sexy dengan kedua payudaranya yang bergerak mengikuti ritme hentakan Lisa pada tubuhnya.

"Aahhh.... Oughhhhhh... Aaahhh.... " Jennie terus mendesah tanpa bisa melakukan apapun.

Seluruh alat yang sebelumnya Lisa pasang untuk menyiksa gadisnya ini sudah ia lepaskan semua, hanya menyisakan ball plug yang seperti ekor kucing tertanam di lubang pantat gadis Kim itu yang kini juga basah oleh keringat Jennie.

Srrrrrrrrrr!!!

"AHHHHHHHH... ARGGGGGGHHHH!!!" Tubuh Jennie bergetar saat cairan putih mengalir untuk yang kesekian kalinya membasahi penis Lisa. Gadis itu kembali orgasme.

"Ahhhhhhh.... B-berhenti sebentar.."

Lisa tidak mempedulikannya, dia terus menghentakkan penisnya sedalam mungkin saat merasakan penisnya berkedut.

Plok!

Plok!

Plok!

Crooot!

Crooot!!

Crooot!!!

"Aaahhhhhhh.... " Lisa memejamkan mata, tubuhnya mendekap tubuh Jennie yang ikut bergetar saat sperma Lisa memenuhi vaginanya.

Lisa melepaskan penisnya, membuat spermanya mengalir keluar dari vagina Jennie. Tangannya mengambil ponselnya, matanya menatap Jennie yang terlihat begitu lemas dengan masih berusaha mengatur nafas.

"Bawa makanan ke kamar ku, cepat!" Katanya sebelum langsung memutuskan panggilan. Lisa mendekati Jennie dan mengelus lembut keningnya yang di penuhi keringat.

"Apa ini masih kurang? Tenang saja, setelah kita makan untuk mengisi tenaga dengan istirahat sebentar, kita akan melanjutkannya lagi, kitten.."

Jennie menatap Lisa dengan memelas saat menggelengkan kepalanya, matanya yang begitu berat berkaca-kaca. "T-tidak.... Aku mohon jangan lagi... Aku tidak kuat lagi... Hiks... Kumohon... Hiks.."

Lisa diam-diam tersenyum, apa gadis ini sudah menyerah sepenuhnya? Tidak, dia masih harus memastikannya. "Ouh... Sayang sekali aku akan terus melakukannya, aku akan terus melakukannya sampai kamu menyesali lari dariku, kitten.." katanya sambil menyandarkan tubuhnya.

Jennie berusaha untuk duduk, mengunakan sisa tenaganya untuk bisa meraih Lisa saat dia memeluknya dengan tubuh bergetar. "Hiks... Maafkan aku... Hiks... Aku tidak akan melakukannya lagi.. hiks.."

Lisa mengelus lembut rambut basah itu, dia tersenyum. Sepertinya gadis ini mulai takut padanya. "Eoh, aku pegang kata-kata itu, kitten.... Tapi, jika sampai kamu melarikan diri, aku tidak akan berhenti sekalipun kamu pingsan!" Jennie mengangguk cepat, dia menenggelamkan kepalanya pada dada Lisa.

"Jangan tidur, sebentar lagi makanan kita akan sampai... Kamu belum makan dari tadi siang, makan dulu baru tidur.." kata Lisa sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh Jennie. Gadis Kim itu mengangguk saja, dia sangat lelah bahkan hanya untuk bicara.
_____

Pagi harinya.

Sama seperti hari-hari sebelumnya, Keluarga Kim masih di buat sibuk oleh pencarian Jennie. Setelah cukup lama tidak muncul, Jisoo datang bertemu dengan Jiwon secara tidak sengaja di sebuah restoran. Jiwon segera memanggilnya dan mengajaknya bicara.

Jisoo sebenarnya tidak ingin, tapi dia tidak bisa menolaknya, dia tidak ingin apa yang dia lakukan tentang menjebak Jennie terungkap. Berbicara dengan Jiwon, membuatnya sedikit tidak nyaman, apalagi dia dalang dari hilangnya Jennie sampai saat ini.

"Apa kau sudah mendengarnya? Tentang Jennie yang hilang?"

Jisoo mengangguk, sebisa mungkin dia mencoba untuk bertingkah seperti biasanya. "Ne, aku melihat beritanya di internet.."

Jiwon menghela nafas panjang. Kepalanya terasa sakit memikirkan bagaimana cara menemukan adiknya itu. "Hah.... Kami sudah mengeluarkan banyak uang dan menyewa detektif untuk membantu pencarian, tapi tidak ada hasil sama sekali... Orang yang melakukannya, sangat pintar. Bahkan tidak ada sedikitpun jejak yang mereka tinggalkan... Apalagi, kami harus mengurus perusahaan, para polisi itu juga mengatakan akan terus mencari, tapi sampai sekarang tidak ada hasilnya.." Jiwon terlihat putus asa. Jisoo terdiam, dia sangat ingin mengatakan keberadaan Jennie, tapi semua itu tidak mungkin. Dia tidak ingin bayi di perutnya menderita jika dia mengatakannya.

Pada akhirnya, hanya kata-kata sederhana yang bisa dia katakan. "Bersabarlah, unnie berdoa saja agar Jennie tidak kenapa-napa. Semoga saja dia baik-baik saja sampai polisi menemukannya.."

Jiwon mengangguk, perhatiannya beralih pada Jisoo yang sedari tadi memegang perutnya. "Apa... Apa kau tengah hamil?"

Jisoo menatap perutnya sebelum mengangguk pelan. Jantungnya berdetak begitu kencang saat Jiwon menatap perutnya. "Ne, baru beberapa minggu.."

Jiwon tersenyum, dia bahkan ketinggalan oleh gadis yang lebih muda darinya yang kini akan segera menggendong bayi. Dia sedikit iri. "Semoga bayinya terus sehat.... Aku pergi dulu, Appa saat ini berada di luar negeri dan aku harus mengurus perusahaan serta mencari Jennie... Ck.. sangat melelahkan... Dah, sampai jumpa lagi, Jisoo.." Jiwon tersenyum sambil melambaikan tangannya.

Jisoo bernafas lega begitu Jiwon tidak terlihat lagi. Terlalu lama berada di dekat Jiwon seperti membuatnya akan jantungan. Lain kali, dia harus menghindari Jiwon untuk menjaga rahasianya.
_____

Escape Frost Hotel.

12.23

Matahari begitu cerah saat saat Lisa duduk menikmati secangkir coklat dengan Jennie yang berbaring di atas tubuhnya.

Dengan fasilitas hotel yang bagus, Lisa benar-benar merasa puas saat dirinya menghabiskan waktunya. Gadis Kim itu masih terlihat kelelahan, tapi Lisa tidak melakukannya lagi, melainkan dia mengelus lembut rambutnya dengan sesekali meminum coklat panas.

Jennie memandang berita di televisi tentang dirinya saat ini, matanya sedikit memerah begitu mendengarnya. Tapi, dia tidak bisa melakukan apapun, dia tidak ingin Lisa kembali membuatnya harus berbaring dengan tersiksa semalaman penuh.

"Lihatlah, mereka begitu bodoh.." Jennie diam mendengarkan Lisa yang tertawa mengejek melihat orang-orang yang mencarinya.

"Unnie mu bahkan lebih bodoh lagi, apa yang bisa dia lakukan dengan kertas sampah itu, huh? Lagipula, aku tidak akan membiarkanmu berkeliaran, kamu hanya akan berada di dalam kamar untuk melayani dan menyambut ku, bukan begitu, kitten?" Lisa menyentuh pipi Jennie dan menariknya, mencium bibirnya sekilas.

"Bukankah begitu, kitten!?" Jennie mengangguk cepat begitu Lisa menekan kata-katanya. Gadis itu memaksakan senyumnya di depan Lisa untuk membuatnya senang.

Jennie menatap layar televisi dengan berkaca-kaca, melihat hampir semua saluran menayangkan tentangnya, dia sangat ingin berteriak dan mengatakan keberadaannya, tapi itu tidak lah mungkin, bahkan orang-orang yang berada di hotel ini mendukung apa yang Lisa lakukan. Dia tidak bisa terus melawan yang pada akhirnya hanya membuatnya mengalami kerugian seperti semalam.
______________________________________

Segini dulu buat chapter kali ini. Gak terlalu panjang karena sedikit gak mood buat nulisnya karena sedikit ada masalah seperti yang gw bilang.
Buat kalian yg pengen bikin cerita pertama, terus bingung, bisa DM gw di Ig, entar gw bantu, atau gw kasih salah satu cerita gw yg ada di draft. Tapi, stop plagiat!

See you next chapter guys.

Domino ImpactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang