"Aduh, pusing banget, "gumam Irene
"Ha, pusing? Ayo kita ke dokter sekarang, "ujar Altezza panik
Ia bergegas ke arah adiknya bahkan tidak memperdulikan laptop nya yang terjatuh dari pangkuan nya.
Saat ini, ia bersama dengan Irene sedang berduaan di ruang keluarga karna keluarga nya yang lain sedang sibuk.
Xavier, Achazia, Dylan, dan Ganendra sedang pergi keluar sedangkan Daviandra sedang berada di kamarnya dan tidak ingin di ganggu.
Ia bahkan menjatuhkan papan di depan pintunya dengan tulisan, jangan ganggu bahkan menyuruh dua orang penjaga untuk menjaga kamarnya.
Karna biasanya Ganendra suka tiba-tiba masuk ke kamarnya, meskipun sudah ada peringatan untuk tidak masuk dan berakhir di hukum.
Jadi tidak ada lagi yang ingin mengganggu macam jantan itu, agar tidak di amuk.
Irene yang menatap kakaknya bingung, dan sedikit merasa bersalah.
Ia hanya mengeluh pusing karna ada pr yang di berikan gurunya, tapi kakak keduanya itu langsung ingin membawanya ke rumah sakit.
"Aduh kak, aku enggak papa, "ia membawa Altezza duduk di sampingnya.
"Serius kamu enggak papa? Kalau sakit, kita ke rumah sakit. Atau kakak suruh dokter pribadi keluarga kita ke sini? Kakak takut kamu kenapa-kenapa, "wajah Altezza bener-bener menampilkan mimik wajah khawatir.
Ada rasa syukur di hati Irene, tak hanya bertransmigrasi menjadi anak orang kaya ia bahkan memiliki lima kakak laki-laki yang benar-benar menyayangi nya.
"Entah gue harus seneng atau sedih karna pindah ke tubuh Irene ini, di satu sisi gue kangen sama nyokap dan bokap di kampung, di sisi yang lain gue bahagia karna di sini gue bisa mendapatkan hal yang enggak bisa gue dapetin di dunia nyata, "batin Irene
Melihat Irene yang terdiam, Altezza memegang pundak adiknya, "dek, kamu beneran enggak papa? "Tanyanya
Irene tersadar dari lamunannya, ia tersenyum dan berucap, "aku bener-bener enggak papa kak, kakak enggak perlu khawatir aku cuman sedikit pusing sama soal pr ini, "
Altezza bernafas lega, "untung aja kamu enggak papa, kakak panik banget, "
"Makasih yah kak, udah khawatir sama aku, "ucap Irene menatap Altezza dengan tulus.
Altezza tersenyum, ia mengacak pelan rambut adiknya, "kenapa harus makasih? Kamu adik kakak, dan udah seharusnya kakak perhatian dan mengkhawatirkan kamu, "
Lalu ia kembali ke sofa yang tadi ia duduki.
Entah kenapa jantung Irene berdetak kencang, bukan jatuh cinta hanya saja entah kenapa ia merasa bersalah.
Bagaimana jika mereka tau yang sebenarnya? Apa mereka akan tetap memperlakukan dengan baik? Atau mungkin Meraka akan...
Irene menggeleng kan kepala dengan kencang, ia mengenyahkan pikiran yang nanti akan membuat dirinya semakin merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dad, I'm Your Daughter!
FantasyIrene tak tau, entah dosa apa yang pernah ia perbuat hingga tuhan menghukum nya. Ia, gadis biasa-biasa saja tiba-tiba menjadi umpan Mariam yang akan mati karna tipu muslihat pemeran utama. Ingin sekali Irene menjerit. Tapi untung nya ia adalah Ir...