Sudah beberapa hari Bella tidak pergi ke kantin. Selama pelajaran berlangsung, dia tidak konsentrasi. Tidak mengerti apa yang sedang mereka pelajari. Dia hanya mencoret-coret buku dengan gambar abstrak, lalu ketika jadwal istirahat tiba, menjatuhkan kepala telungkup di meja.
Bella membawa bekal, nasi dengan telur hanya sepuluh ribu. Ditambah dengan sedikit sayur jadi total tiga belas ribu. Harganya murah karena baru buka, lagi pula posisinya di dalam gang. Pelanggannya hanya para tetangga.
Bella diberi bonus bakwan jagung, yang kemudian menjadi sarapannya tadi pagi. Mereka tahu Bella hidup sebatang kara. Tentang pekerjaan Bella, meskipun ada saja yang berbisik-bisik tidak baik tentangnya, sebagian lagi tidak begitu peduli bagaimana mana cara dia mendapatkan uang.
Bella sedang menikmati makan siangnya dengan tenang. Menu sederhana yang sangat berarti baginya. Bangun pagi-pagi agar tidak mengantri, meskipun masih baru buka pembelinya lumayan ramai. Warung itu sudah tutup ketika dia pulang sekolah. Katanya jam sepuluh saja semua sudah habis terjual.
Kaivan masuk lebih awal ke kelas, melewati meja Bella yang berada tepat di depannya. Kaivan memaksa orang sebelumnya yang duduk di tempat itu pindah untuk mendapatkan meja di belakang Bella, supaya leluasa mengganggu gadis itu kapan saja.
Melirik bekal Bella yang seadanya, senyum miring tercetak tipis di wajahnya. Sungguh menyedihkan, alam sedang bekerja sama memberikan karma orang tuanya yang harus dia terima. Setidaknya itu yang diketahui Kaivan, apapun yang dilakukan seseorang, suatu saat akan dituai.
Kaivan duduk di belakang Bella, menendang kursi di depannya membuat gadis itu terkejut. Bella tidak berupaya membalas. Tidak puas dengan itu, Kaivan melanjutkan aksinya. Mendorong kursi ke belakang lalu menaikkan kedua kakinya tepat di belakang kepala Bella.
Beberapa anak laki-laki berlari masuk ke kelas sambil tertawa-tawa. Suasana kelas mulai ramai, menandakan sebentar lagi waktu istirahat akan berakhir. Semua sibuk berbincang-bincang dan bercanda tawa, hanya Bella yang tidak memiliki kawan.
Bella menggulung plastik yang berisikan sisa kuah dalam sekat kotak bekalnya. Menekan tutupnya dan meletakkan di ujung meja sambil melirik anak-anak yang super berisik.
Tiba-tiba kotak bekal itu terbang sana sini dipermainkan oleh anak-anak nakal itu. Mengabaikan si empunya yang berusaha menghentikan sikap kekanakan-kanakan itu.
"Kai, tangkap!"
Kotak bekal itu melewati jendela dan hilang begitu saja. Kaivan sengaja melakukannya, membuang kotak bekal satu-satunya milik Bella.
"Yeah, gol!!" Selebrasi heboh terjadi di kelas.
Mereka tertawa-tawa bahagia, seolah baru saja melakukan permainan yang sangat menyenangkan dengan sebuah prestasi.
"Ambil nggak?" ucap Bella marah sambil memandangi mereka satu persatu.
"Itu punya siapa? Kenapa gue yang repot ngambil?" Tidak ada rasa bersalah, mereka malah tertawa-tawa bahagia.
"Lo yang buang, ambil!" Bella menunjuk Kaivan.
"Kocak!" Kaivan tersenyum miring, enggan mengakui.
Keributan itu menimbulkan atensi. Tidak ada yang berani melerai. sampai akhirnya dua siswa yang bertugas untuk ketertiban sekolah datang bersama guru. Semua orang diam, saling bertanya-tanya mengapa mereka masuk ke kelas tersebut.
"Ini punya siapa?"
Bella terkejut, kotak bekalnya berada di tangan salah satu dari kedua tim keamanan itu.
"Punya saya, Kak."
"Kamu yang lempar dari jendela?"
"Nggak, Kak." jawab Bella menggeleng cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUMINOUS [18+]
Teen FictionBagi Kaivan, menindas Bella adalah hal yang wajar karena gadis itu pantas mendapatkannya. Sehingga, tiada hari tanpa caci maki, cemooh, dan wajah sinis yang didapatkan Bella dari Kaivan dan orang-orang di sekitarnya. Warning!! 18+ 🐎🐎🐎 Jakarta, 2...