Part 10 - Pengakuan 🔞

2.7K 173 164
                                    

Part 10 - Pengakuan 🔞

Bella tidak masuk sekolah lagi. Sudah tiga hari mejanya kosong, dan itu membuat Kaivan sulit fokus mendengarkan penjelasan guru di depan kelas. Ingatannya terus kembali pada malam itu—malam ketika emosi menguasai mereka berdua. Sejak saat itu, pikiran Kaivan kacau, dihantui oleh banyak pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Bella mendominasi pikirannya, membuatnya sulit untuk memikirkan hal lain.

Kaivan juga mendengar bahwa Bella tidak pergi bekerja selama beberapa hari ini, yang semakin membuatnya gelisah dan bertanya-tanya tentang kondisi Bella.

Saat jam istirahat tiba, Kaivan merasa tidak bisa menemukan konsentrasinya. Biasanya, Bella akan duduk di sudut kantin, memesan makanan atau membawa bekal sederhana yang sering menjadi bahan ejekan Kaivan dan teman-temannya. Namun, tanpa Bella di sana, Kaivan merasa ada yang aneh, dan suasana kantin terasa asing.

Di meja kantin, Kaivan hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa selera. Teman-temannya bercanda seperti biasa, tapi kali ini pembicaraan beralih pada Bella yang tiba-tiba menghilang dari sekolah dan klub tempatnya bekerja. Komentar-komentar dan ejekan tentang Bella pun terlontar satu per satu, membuat suasana yang seharusnya ringan menjadi tidak nyaman bagi Kaivan.

Saat salah satu temannya melontarkan lelucon kasar tentang Bella, Kaivan merasa dadanya memanas. Dia berdecak kesal, lalu tanpa sepatah kata pun, ia bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan kantin, membiarkan makanannya tak tersentuh.

"Si Kai kenapa?" tanya Leon sambil mengerutkan dahi, merasa aneh dengan sikap Kaivan yang tiba-tiba berubah.

Teman-temannya hanya mengangkat bahu, tidak ada yang benar-benar tahu apa yang terjadi. Mereka melanjutkan candaan dan tertawa-tawa tanpa memikirkan lebih jauh soal Kaivan atau Bella.

Malam harinya, Kaivan pergi ke klub seperti biasa bersama teman-temannya. Awalnya, ia hanya ingin menghabiskan malam dengan minum dan bercanda, mencoba melupakan kegelisahan yang menghinggapinya. Namun, ketika ia tiba di sana, pandangannya langsung tertuju pada Bella yang sedang bekerja. Ada perasaan yang sulit dijelaskan menyeruak dalam dirinya saat melihat gadis itu lagi, seolah seluruh emosinya bercampur jadi satu.

Tatapan Kaivan tidak lepas dari Bella sepanjang malam. Ketika pandangan mereka akhirnya bertemu, Kaivan menunggu reaksi Bella. Namun, Bella menatapnya dengan datar, seolah tidak ada yang pernah terjadi di antara mereka. Dia hanya berbalik dan melanjutkan pekerjaannya tanpa memedulikan kehadiran Kaivan.

Kaivan merasa aneh dengan reaksi Bella. Tidak ada tanda-tanda kesedihan, kemarahan, atau bahkan ketakutan seperti yang dia bayangkan. Itu membuat Kaivan semakin gelisah, bertanya-tanya apakah Bella benar-benar tidak peduli atau sedang menyembunyikan sesuatu yang lebih dalam. Kaivan menyesap minumannya dengan resah, tidak mampu mengalihkan pikirannya dari Bella, meskipun dia tahu seharusnya tidak lagi peduli.

Bella duduk dengan seorang pria yang jauh lebih tua darinya. Pria itu meletakkan tangannya di pangkuan Bella, mengelus paha Bella dengan gerakan yang sangat mencolok. Bella tersenyum, tetapi dengan sopan mengangkat tangan pria itu, tidak menunjukkan perlawanan namun juga tidak sepenuhnya membiarkannya.

Kaivan menyaksikan dari jauh, pria itu kembali menyentuh paha Bella, kali ini dengan tekanan yang lebih keras. Bella sedikit bergeser, jelas menunjukkan rasa tidak nyaman, tapi pria itu tak menyerah. Tangannya bergerak semakin dekat ke bagian yang lebih intim, dan Kaivan tidak bisa lagi menahan diri.

Kaivan segera bangkit, menghampiri meja mereka dengan langkah cepat. Tanpa basa-basi, Kaivan menyingkirkan tangan pria itu dengan kasar.

“Apa-apaan ini?” sergah pria itu, terkejut dengan intervensi mendadak.

LUMINOUS [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang