Part 12 - Kesepakatan

2.8K 170 202
                                    

Part 12 - Kesepakatan

Bella merasa bosan di kelas. Tidak ada teman untuk diajak bicara atau sekadar berbagi cerita. Di sudut matanya, Bella memperhatikan teman-temannya yang asyik bercanda dan tertawa. Ingin rasanya bergabung, tetapi ketakutan akan penolakan membuatnya terjebak dalam kesendirian. Dia menopang dagu, menatap keluar jendela, angin berhembus lembut, menambah rasa kantuk yang sudah menguasainya. Suasana jam istirahat yang ramai di kelas tak cukup untuk membangkitkan semangatnya.

Tanpa disadari, Bella tertidur di meja, menelungkup dengan nyaman, menikmati embusan angin yang sejuk. Ketiduran di kelas sudah menjadi risiko pekerjaan malamnya di klub, membuatnya sering mengantuk dan kehilangan fokus di pagi hari.

Tiba-tiba, suara kasar tas yang diletakkan di bangku depan membangunkannya setengah sadar. Kaivan muncul, menyuruh seorang gadis di depan Bella untuk pindah. Gadis itu tidak berani melawan, langsung bergegas pindah ke belakang Bella. Kaivan duduk dengan tenang, bersandar di kursinya seolah tak ada yang salah.

Guru masuk ke kelas, menyapa anak-anak yang menyambut dengan riuh, tapi Bella tetap terlelap, tidak terganggu oleh keramaian. Guru mulai curiga ketika menyadari ada satu siswa yang tak bereaksi di belakang Kaivan.

"Itu siapa yang tidur? Bella?" tegur guru, mendekat.

Semua mata kini tertuju ke arah Bella. Siswa di belakangnya mencoba membangunkan Bella dengan lembut. Bella terbangun, wajahnya tampak bingung dan matanya masih berat. Dia segera duduk tegak, tapi rasa kantuk masih jelas di wajahnya.

"Kamu tidur dari saya masuk tadi?" tanya guru dengan nada kesal. Hampir setengah jam waktu berlalu, Bella malah tidur pulas.

Bella hanya menunduk, merasa bersalah. Biasanya, kejadian seperti ini akan diikuti tawa dan bisikan di kelas, namun kali ini suasana terasa berbeda, lebih tegang.

"Sakit kali, Bu," celetuk salah satu siswa, mencoba meringankan suasana.

"Kamu sakit?" Guru mendekat, memeriksa Bella dengan tatapan tajam, tapi tidak melihat tanda-tanda sakit.

Dengan kesal, guru memberi hukuman, "Kamu keliling lapangan dan berdiri di sana sampai kelas selesai."

Bella menerima hukuman itu tanpa protes, berdiri dan berjalan keluar kelas dengan langkah berat. Hukuman berlari di lapangan bukanlah hal baru baginya, namun di bawah terik matahari, semuanya terasa lebih berat.

Saat Bella mulai berlari perlahan, Kaivan muncul di lapangan, berlari santai di sebelahnya tanpa mengucapkan sepatah kata. Mungkin dia melakukan kesalahan sehingga ikut di hukum. Bella tak menggubrisnya, tetap fokus pada hukuman yang harus dijalani. Keringat mulai mengalir di wajahnya, dan sesekali Bella mengusapnya dengan lengan seragam.

Setelah menyelesaikan putaran, Bella berdiri di tengah lapangan, menundukkan kepala dan berusaha mengatur napas yang terengah. Kaivan berdiri di sampingnya, diam, tanpa sepatah kata. Mereka terjebak dalam keheningan, masing-masing tenggelam dalam pikirannya. Meski Kaivan berada begitu dekat, Bella tetap fokus menjalani hukumannya, tidak sekali pun melirik ke arahnya.

Ini pertama kalinya Kaivan tidak mengajak Bella bertengkar. Rasanya aneh, seolah waktu berjalan lebih lambat dari biasanya. Suara riuh dari kelas-kelas lain mulai terdengar, menandakan bahwa waktu belajar sudah hampir selesai.

Kaivan akhirnya meninggalkan Bella sendirian di lapangan. Bella memandang punggungnya menjauh, menebak ke mana Kaivan akan pergi. Dan benar saja, Kaivan menuju ke kantin, seperti biasanya.

Berlari keliling lapangan beberapa putaran dan berdiri cukup lama membuat kaki Bella terasa sakit. Ia duduk di undakan tangga, mencoba mengistirahatkan kakinya yang lelah sambil mengipasi wajah dan leher dengan tangan. Rasa lelah jelas terlihat di wajahnya, keringat mengalir deras, dan Bella hanya bisa menghela napas panjang, berharap kelelahan ini cepat berlalu.

LUMINOUS [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang