Part 17 - Perpustakaan
Beberapa hari kemudian, segalanya kembali normal. Hubungan Bella dan Kaivan perlahan membaik, bahkan terasa lebih harmonis. Kaivan yang dulu sering mengganggu Bella saat belajar dengan menggunting rambut atau menjambaknya, kini tak lagi melakukan hal-hal menyebalkan itu. Mereka lebih sering terlibat dalam percakapan ringan dan bahkan bisa duduk berdekatan tanpa ketegangan.
Saat jam istirahat hampir selesai, siswa-siswa mulai memadati kelas, termasuk Bella, Kaivan, dan teman-temannya. Suara riuh rendah percakapan dan tawa memenuhi ruangan.
"Kai, nanti ikut nongkrong nggak?" kata Elio sambil menepuk bahu Kaivan dengan antusias.
"Nggak bisa, gue mau ngerjain tugas nanti siang," jawab Kaivan tanpa ragu, menolak ajakan itu.
"Anjir, rajin bener lo sekarang," cibir Vian dengan nada tidak percaya, membuat yang lain tertawa kecil.
Bella, yang duduk tak jauh dari mereka, mendengar percakapan itu dengan seksama. Ada sedikit rasa khawatir, takut Kaivan membatalkan janji mereka untuk mengerjakan tugas bersama.
Kaivan melirik Bella sekilas, lalu berkata pada teman-temannya, "Besok aja deh kita nongkrong."
"Beneran ya? Jangan PHP!" balas Elio, memastikan kesepakatan.
"Iya, tenang aja," Kaivan menanggapi dengan santai.
Mendengar itu, Bella merasa lega. Meski tidak mengatakannya, dia senang Kaivan menepati janjinya untuk tetap belajar bersama. Tidak lama setelah itu, bel sekolah berbunyi, menandakan jam istirahat telah usai. Para siswa kembali ke tempat duduk masing-masing, bersiap menerima pelajaran.
Bella mengeluarkan alat tulis dari tasnya dan bersiap untuk fokus. Saat guru masuk, suara gaduh berkurang, dan kelas pun dimulai. Di tengah pelajaran, Bella merasakan sentuhan ringan di rambutnya. Ia menoleh sekilas, mendapati Kaivan sedang memainkan sedikit ujung rambutnya dengan ujung jari. Trauma akan perlakuan kasar Kaivan dulu membuatnya berhati-hati, sehingga Bella dengan halus memindahkan rambutnya ke samping.
Namun, Kaivan justru mengambil sejumput rambut lain dan kembali memainkannya. Kali ini tidak ada tarikan kasar, hanya sentuhan lembut yang membuat Bella akhirnya membiarkan saja. Mungkin, pikir Bella, Kaivan hanya suka memainkan sesuatu dengan jarinya.
Pelajaran berlangsung lancar, meskipun Bella masih merasa sulit untuk memahami materi yang dijelaskan guru. Begitu jam sekolah selesai, Kaivan segera mengajak Bella ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas, seperti yang sudah mereka rencanakan.
“Yuk, ke perpus sekarang, biar tugas cepat kelar dan kita bisa santai,” ajak Kaivan sambil berdiri dari kursinya.
Di koridor sekolah, Kaivan berpamitan pada teman-temannya yang memilih untuk nongkrong. Mereka terlihat riang, melompat-lompat kegirangan, sementara Kaivan tetap teguh pada kesepakatannya dengan Bella.
"Lo yakin mau ngerjain tugas sekarang? Teman-teman lo lagi seru-seruan tuh," ucap Bella ragu saat mereka berjalan beriringan menuju perpustakaan.
"Biarin aja, gue udah janji sama lo," jawab Kaivan sambil mengangkat bahu, berusaha meyakinkan Bella bahwa ia serius.
Setibanya di perpustakaan, Kaivan dan Bella mengambil meja favorit mereka. Meletakkan tas dan buku, lalu mulai mencari referensi. Beberapa saat kemudian, Kaivan sibuk dengan ponselnya, matanya tampak fokus menatap layar seolah membaca pesan penting.
"Bel, gue keluar bentar ya. Lo kerjain dulu sebentar," kata Kaivan buru-buru berdiri.
"Teman-teman lo?" tanya Bella, meski sudah bisa menebak jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUMINOUS [18+]
Fiksi RemajaBagi Kaivan, menindas Bella adalah hal yang wajar karena gadis itu pantas mendapatkannya. Sehingga, tiada hari tanpa caci maki, cemooh, dan wajah sinis yang didapatkan Bella dari Kaivan dan orang-orang di sekitarnya. Warning!! 18+ 🐎🐎🐎 Jakarta, 2...