Part 20 - Pintu

2.1K 139 221
                                    

Part 20 - Pintu

Jadwal padat Bella akhir-akhir ini mulai mempengaruhi kesehatannya. Setelah pulang sekolah, Bella harus segera mengerjakan tugas bersama Kaivan, dan pada malam harinya ia melanjutkan bekerja di klub. Rutinitas yang melelahkan ini membuat tubuhnya terasa lemah dan kelelahan. Meski begitu, kedekatannya dengan Kaivan membawa dampak baik dan buruk dalam hidupnya. Di satu sisi, Bella merasa tenang dan santai saat bersama Kaivan. Kaivan selalu memperhatikannya, mengajak makan bersama di beberapa tempat, dan tidak ada pertengkaran di antara mereka—hanya canda tawa yang mengisi waktu mereka.

Namun, kedekatan ini juga membawa masalah tersendiri. Kaivan sering mengunjungi rumah Bella dan mengganggu waktu istirahatnya. Waktu istirahat Bella semakin sedikit, terutama ketika Kaivan ikut pulang bersamanya setelah bekerja. Bella tidak mampu menolak kehadiran Kaivan; dia ingin memberikan kesan baik kepada Kaivan sebagai balasan atas kebaikannya selama ini, sekaligus menandakan berakhirnya konflik di antara mereka.

"Kai, lo langsung pulang ya?" pinta Bella dengan nada halus, berusaha mengusir Kaivan tanpa menyinggung perasaannya.

"Lo beneran nggak perlu ditemenin?" tanya Kaivan, terlihat berat hati meninggalkan Bella setelah mengantarnya pulang.

"Gue mau istirahat. Kalau gue udah fit lagi, lo boleh mampir," ujar Bella sambil mencoba tersenyum meski lelah terlihat di wajahnya.

Kaivan menarik napas panjang, memandang Bella dengan cemas. Bella terlihat sangat lelah, tetapi gadis itu tetap memaksanya untuk pulang. Dia bahkan tidak mengizinkan Kaivan turun dari motornya. Selain untuk istirahat, saat dalam perjalanan pulang tadi, Bella melihat para penagih hutang mengintai di sekitar gang rumahnya. Bella tahu mereka akan segera datang menagih, dan dia tidak ingin Kaivan terlibat atau berakhir dalam situasi yang sulit karena masalah utangnya.

Bella khawatir jika para penagih hutang mengetahui tentang keberadaan Kaivan atau siapa saja teman-temannya, mereka akan terus mengganggu. Bella khawatir, hal itu bisa membuat Kaivan menjauh. Salah satu alasan Bella enggan menjalin pertemanan lebih banyak adalah karena bayang-bayang para penagih hutang ini yang selalu menghantui hidupnya.

"Yaudah, Kai. Gue masuk dulu ya," pamit Bella buru-buru, melirik ke ujung gang tempat para penagih hutang sedang menunggu.

Kaivan mengangguk dan memasang helmnya, terpaksa meninggalkan Bella karena gadis itu tidak ingin ditemani lebih lama. Dia pun melaju pergi, melewati para penagih hutang yang langsung bergerak begitu Kaivan hilang dari pandangan.

Para penagih hutang itu menghampiri rumah Bella dan mulai mengetuk pintu dengan kasar. Bella menggigit bibir bawahnya, merasa tertekan mendengar suara keras mereka memaksa meminta pembayaran utang sementara uangnya belum cukup.

"BELLA, BAYAR UTANG LO, WOI!" teriak salah satu dari mereka sambil menendang-nendang pintu. Bella menahan napas, mencoba menenangkan dirinya yang pusing dan lelah, berharap mereka segera pergi. Namun, para penagih hutang itu tidak menyerah begitu saja, terus menendang pintu hingga Bella tidak punya pilihan selain keluar untuk menghadapi mereka.

"Pura-pura tuli lo ya? Mau lari dari tanggung jawab?" seru penagih hutang dengan nada mengancam begitu Bella membuka pintu.

"Nggak, Bang. Gue lagi pusing," jawab Bella lemas, wajahnya terlihat lesu dan tidak bersemangat.

"Alasan mulu lo! Bayar utang lo!" bentaknya lagi, dengan nada yang semakin keras.

"Gue belum punya uang sekarang. Minggu depan gue bayar," Bella berusaha menjelaskan, meskipun dia tahu para penagih hutang itu jarang sekali mau mengerti.

"Mulai lagi banyak alasan lo," balas penagih hutang itu dengan nada marah, tidak peduli pada kondisi Bella yang sedang sakit.

"Gue sakit, Bang," tambah Bella, berusaha meyakinkan.

LUMINOUS [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang