BAGIAN 06: BIMBANG

1.4K 257 80
                                    

≪ Z A V I Y O N ≫

━━━ ٭٭☣︎٭٭٭ ━━━

          WAKTU telah menunjukkan pukul setengah dua belas siang, hampir satu jam dirinya terduduk seorang diri depan sebuah ruangan berpintu putih. Hari ini sungguh berat rasanya, di mana dirinya bergegas membawa sang tamu, Daniel, yang tiba-tiba saja pingsan dengan darah keluar dari kedua lubang hidungnya. Bukan hanya itu, kondisi tubuh Daniel terlihat pucat nan dingin saat Rouzee menyentuhnya, berteriak memanggil penjaga apartemen dan membantunya membawa ke rumah sakit terdekat. Dokter telah keluar beberapa menit yang lalu setelah memeriksa pemuda tampan itu.

Kelelahan, itulah yang Dokter katakan setelah memeriksa keadaan Daniel, membuat perasaannya jauh lebih tenang dari sebelumnya. Namun, ada hal lain yang membuatnya tak tenang kembali setelah kedatangan pihak kepolisian, bahkan salah satu polisi laki-laki berdiri disisi kirinya. Fakta mengejutkan Rouzee dapati setelah pihak kepolisian menjelaskan jikalau Daniel adalah mahasiswa yang membunuh dosennya, berita yang tadi dirinya tonton bersama Daniel, pelakunya berada disampingnya saat itu juga.

Dirinya telah disidang oleh polisi disampingnya, Rouzee berkata jujur jikalau ia baru bertemu dengan Daniel di kafe tadi pagi dan dirinya yang mengundang Daniel ke apartemen sebab hujan. Meskipun menonton beritanya, Rouzee tak fokus sebab kecanggungan antara dirinya dengan sang tamu, hingga melemahnya baterai menyelamatkannya untuk izin pergi ke kamar untuk mengisi daya ponsel. Tetapi siapa yang menyangka, jika dirinya dikejutkan dengan jatuhnya pemuda itu dengan darah yang keluar dari hidung juga tubuhnya yang memucat dingin, seakan ingin mati detik itu juga. Paniklah Rouzee, hingga meminta bantuan penjaga apartemen.

Diam-diam Rouzee menghela nafas panjang ketika teringat akan apa yang polisi itu katakan mengenai Daniel, untung saja tak terjadi hal buruk dengannya ketika berdekatan dengan pria itu. Sungguh disayangkan, tampangnya padahal terlihat seperti orang baik-baik, namun kepribadiannya menjelaskan bahwa wajah yang terlihat baik belum tentu sama baiknya. Seseorang yang terlihat polos itu pada dasarnya paling mengerikan, sungguh, Rouzee benar-benar bersyukur bisa lepas sebelum mengenal jauh tentang Daniel.

“—Kak!”

Melirik, Rouzee bangkit dari duduknya saat melihat kedatangan Ciel dan Bastian dengan air wajah panik. Rouzee yakin mereka tahu tentang masalahnya dari pegawai apartemen, sebab dirinya saja belum memberitahukan semuanya kepada mereka. Memberikan senyuman ramah untuk meyakinkan kedua pemuda jikalau ia baik-baik saja, namun mendapatkan pukulan di bahu dari Ciel. “Kok bisa?!” Alih-alih menanyakan kabarnya, justru pemuda China itu kepo mengenai rangkaian cerita yang sebenarnya. Meringis, Rouzee menggaruk lehernya yang tak gatal, “Ya, bisa aja...”

“Kakak baik, kan? Atau penjahat itu ada lukain kakak?” Bastian melontarkan pertanyaan, dari mimik wajah dan suaranya sangat menjelaskan jikalau lelaki itu khawatir dengannya. Tatapannya juga terlihat tulus tak dibuat, hal tersebut membuat Rouzee menghangat hatinya, ia merasa seperti memiliki dua adik yang selama ini dirinya impikan. Tangan kecilnya mengudara lalu jatuh pada pundak lelaki termuda, mengusapnya pelan dan berkata, “Aku baik, jangan khawatir,” Dan dirinya terkekeh ketika Bastian menghela nafas panjang penuh kelegaan seraya mengusap dadanya.

Lelaki jangkung itu melirik lelaki yang pendek, menyenggol bahu Ciel dengan gerakan kepala yang seakan memberikan kode agar pria itu bersuara. Rouzee bisa melihat jikalau Ciel enggan, yang akhirnya mengalah setelah menghembuskan nafas kasar. Rouzee yang mengamati, menaikkan sebelah alisnya, “Kalian berdua ini, kenapa?” Ujarnya, yang membuat Bastian tersenyum lima jari sedangkan Ciel berdecak kesal.

ZAVIYON || NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang