BAGIAN 09: RENCANA INVESTIGASI

973 164 62
                                    

≪ Z A V I Y O N ≫

━━━ ٭٭☣︎٭٭٭ ━━━

          BUKAN sebuah rumah sakit yang lelaki asing itu datangi, melainkan sebuah rumah kosong yang jauh dari kesan bersih. Meski begitu, lelaki asing misterius sempat membersihkan ranjang yang ditiduri oleh seonggok tanah diberi nyawa, lelaki bertubuh kecil yang masih jatuh dalam dunia bawah sadarnya. Lengan yang terluka sempat dibersihkan dengan air biasa, kemudian diikat dengan kain bersih agar darahnya tidak merembes keluar lagi. Sekitar satu jam setelah penyerangan tadi hingga melukai lelaki kecil yang tak pernah lepas dari matanya, terlihat sangat damai dan indah saat terlelap.

Tangannya gatal ingin menyentuh, bau amis dari darah yang menempel pada pakaian dan kain kotor lainnya tidak pria asing itu pedulikan. Yang menjadi titik fokusnya adalah pria di depannya, Rouzee.

“Cantik, kayak darah.” Gumamnya, bersama tangan bergerak ingin menyentuh rambut yang menutupi wajah si lelaki manis. Tetapi, melihat bagaimana sepasang kelopak mata itu mengerjap ditemani suara rintihan yang terdengar membuat tangannya melayang di udara, pria itu seperti patung sebab tak berekspresi apapun. Terus menatap hingga mata yang tadi tertutup telah terbuka, kepalanya bergerak untuk melihat di mana dirinya berada. Batuk, sebab debu yang tiba-tiba masuk ke tenggorokannya tanpa aba.

Sampai, mata itu membalas tatapannya. “You—” Pria asing membantu Rouzee bangkit dan duduk bersandar, tenggorokannya terasa begitu geli namun juga kering, dia membutuhkan minuman namun pria asing di sampingnya sangat tidak peka dan hanya diam menatap dengan polos. Diam-diam, ingin rasanya Rouzee memukul pria itu dan memintanya untuk memberikan air, tetapi sayangnya Rouzee masih sangat sadar diri untuk tidak melakukan hal itu.

Belum juga selesai dengan siksaan yang dirasakan pada tenggorokan, kini rasa nyeri yang begitu kuat pada lengannya membuat Rouzee mengerang. Reflek, tangan lainnya ingin menyentuh namun berteriak sebab menyentuh luka yang tak disadari, teriakan yang membuat lelaki asing itu menggendong tubuh kecil Rouzee seperti sedang menggendong beras di pundaknya. Gerakan tiba-tiba mengejutkan Rouzee yang diserang rasa pusing dan mual sebab kondisi kepala yang berbalik.

“Hei, stop! Where are you going?!” Titahnya, terus meminta pria itu untuk berhenti namun tak kunjung didengarkan. Tubuh Rouzee terlalu lemah untuk memberontak, teriakannya perlahan lenyap digantikan oleh suara ringis sebab kondisi yang tak nyaman. Namun satu hal yang Rouzee yakini, jikalau pria asing itu membawanya keluar dari rumah yang dirinya duga adalah rumah kosong. Hembusan angin yang segar alami membuatnya meyakini jika mereka berada di luar, entah akan ke mana pria ini membawanya, Rouzee tak bisa berpikir dengan baik saat itu.

Di tengah semua rasa tak nyaman yang berkumpul bersamaan, Rouzee mencoba mengangkat kepalanya dan menatap pria itu dari belakang. “Sir, please put me down!” Pintanya memohon, masih tak didengarkan. Rouzee mual, dia ingin muntah namun posisinya sangat tak nyaman, “I want to vomit—” Ucapannya tak selesai keluar sebab tubuhnya kembali berputar ketika tanpa aba pria asing itu mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi, tidak tahu berada di mana, yang Rouzee pedulikan hanyalah dirinya sendiri dan mual yang terus bergejolak meminta dikeluarkan.

Ekor matanya menangkap pria asing itu berlari menjauh darinya, membuatnya urung untuk berteriak dan fokus memuntahkan apa yang membuatnya terus mual. Keringat dingin itu keluar dari tubuhnya, wajahnya sangat pucat dan terasa sangat lemas. Rouzee membutuhkan air, namun tidak matanya tangkap ada air di sekitarnya. Hingga pada akhirnya, Rouzee mencoba membaringkan tubuhnya di atas kursi, mulut kecilnya terbuka, warna merah delima telah hilang, bibirnya yang biasa lembab terasa begitu kering. Sungguh, Rouzee amat tersiksa dengan kondisinya saat ini.

ZAVIYON || NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang