BAGIAN 10: PENGLIHATAN YANG ANEH

1.2K 202 28
                                    

≪ Z A V I Y O N ≫

━━━ ٭٭☣︎٭٭٭ ━━━

               SEKITAR pukul tiga dini hari, Rouzee dan Zaviyon telah tiba di apartemen miliknya. Suasana terlihat sangat sunyi nan tenang, mereka berdua sempat dihentikan oleh sang penjaga dan memberikan pertanyaan seputar habis darimana Rouzee kembali dan siapa pria asing dengan bercak darah di pakaian pria asing itu. Rouzee sempat bingung ingin membalas apa, namun untunglah sang penjaga memberikan jalan karena keberaniannya ditekan oleh sebuah tekanan yang tak bisa dilihat namun bisa dirasakan. Seakan, jantungnya diremas dengan sangat kuat, bahkan jiwanya terasa amat kosong saat itu.

“Untung saja penjaga itu membiarkan kita berdua masuk,” Ucap Rouzee sembari membuka pintu apartemen yang rupanya tak terkunci. Panik karena takut ada barang yang hilang, maka pria itu segera melangkah masuk dan membuka pintu dengan lebar. Perasaan panik dan takut sebab maling telah sirna kala melihat betapa berantakannya unit apartemen miliknya, nyaris semua barang yang mudah pecah telah hancur berkeping-keping dengan amat sangat menyedihkan, kacau berantakan yang membuatnya menundukkan kepala menahan emosi. Pria kecil itu memberikan jalan agar lelaki bertubuh besar di belakangnya bisa melangkah memasuki tempat tinggalnya di kota besar ini, yang dengan polosnya, Zaviyon melangkah dengan sangat tenang dan menatap Rouzee seperti seorang anak berusia empat tahun.

Keningnya sedikit berkerut ketika melihat lelaki kecil terus menundukkan kepala, sekalipun pintu telah ditutup. Bingung, jemari telunjuknya menoel-noel lengan Rouzee, “Nunduk, apa?” Ucapnya dengan kat gagu terucapkan. Sedangkan Rouzee yang kesal dan dongkol pun menepis tangan Zaviyon dan menatap pria itu dengan senyuman manis namun terlihat sangat mengerikan di mata Zaviyon. Pria itu memiringkan kepalanya, menandakan jika dia tak mengerti.

“Zaviyon—”

“Ivo!” Seruan itu mengejutkan Rouzee, setelah terkejut, Rouzee mengelus dada kirinya yang berdegup kencang karena kaget dan berdecak kesal melirik sinis pria di hadapannya. “Kenapa bisa apartemenku menjadi berantakan seperti kapal pecah, Zavi—”

“Ivo! Ivo nama, Ivo! Oze, Ivo! Nama!” Kembali Zaviyon memotong perkataan Rouzee dengan nada kesal, bahkan ekspresi lelaki itu seperti bocah lima tahun yang memang kesal kepada temannya. Melihat bagaimana suara berat itu mengucapkan kalimat seperti bahasa bayi yang baru belajar berbicara membuatnya merinding namun juga gemas, amarah yang datang seketika meluap entah kemana. Bibirnya digigit agar tak berteriak, dan sebuah ide usil seketika datang dalam kepalanya. Rouzee berdehem, mengubah ekspresi menjadi sangat datar dan sorot matanya menjadi dingin, “Saya tidak akan memanggil kamu “Ivo” jika kamu tidak membersihkan semua kekacauan ini.” Ancamnya, membuat pria itu merenggut kesal dengan kepala menunduk dalam seperti sedang dihukum oleh sang Mama.

Melihat lelaki itu menunduk, seketika membuat Rouzee jadi tidak nyaman. “Apakah aku berlebihan?” Batinnya gundah, tangannya hendak menyentuh pundak yang tinggi tetapi tertahan di udara ketika mendengar suara berat yang menghentikan. “Marah, pergi, Oze itu Ivo marah Ivo, kan? Maaf, rapi, Ivo bersihkan,” Suara berat itu terdengar lirih penuh penyesalan, menghadirkan sebuah rasa gemas namun juga penyesalan karena ide usilnya justru berbalik menyerang dirinya. Tubuh besar berbalik pergi hendak membersihkan ruangan, namun dengan cepat Rouzee menggeram pergelangan tangan yang tinggi dan memberikan senyuman hangat, “Oze tidak marah sama Ivo. Waktu sudah mau pagi, kita tidur saja, ya? Nanti siang saja kita rapihkan bersama-sama.” Katanya berusaha membujuk, ditambah dengan senyuman tipis terlihat sangat tulus, membuat tubuh yang sempat layu kembali bugar seperti tanaman yang segar setelah disiram oleh air.

ZAVIYON || NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang