✯
SETELAH keluar dari ruangan, Rouzee tidak langsung pergi begitu saja, pria itu melangkah dengan amarah yang ditahan menuju taman rumah sakit. Niatnya, dirinya akan meredamkan semua amarah dengan duduk hening sendirian di taman, bersama Zaviyon yang berada dalam dekapannya. Tidak dirinya duga jika hari ini semesta kembali mempertemukan dirinya dengan sang mantan kekasih, meskipun dirinya sendiri telah mempersiapkan mental untuk pertemuan kembali, meskipun hatinya sudah yakin jika tiada lagi tempat khusus untuk sang nama yang pernah mengukir kisah bersama, bohong baginya jika rasa dan debaran yang berusaha terbakar paksa bersama semua rasa yang singgah itu kembali dalam bentuk abu demi membuatnya bisa menghirup aroma kenangan dahulu.
Marchelino itu pria yang mampu memberikan seluruh kasih dan perhatiannya, lelaki yang nyaris sempurna dengan semua kelebihan menakjubkan yang dimilikinya, meskipun pada akhirnya kisah mereka berakhir ketika Marchelino dengan tegas penuh kesadaran meminta hubungan mereka untuk berakhir. Putusnya kisah mereka menjadi hari yang mampu memberikan mimpi buruk selama beberapa minggu terakhir hingga akhirnya Rouzee yakin untuk melupakan Marchelino. Jika dirinya ingat dan pikirkan kembali, memang sangat tak mungkin hubungan mereka bisa terus bersama apalagi berakhir bahagia, sebab norma dunia begitu kejam memberikan restu. Pasangan normal saja terlalu sulit untuk bersama, apalagi hubungan mereka yang terpaksa disembunyikan karena tidak semua manusia bisa menerima?
Bersama Marchelino memang bahagia, meskipun bayang-bayang dari imajinasi rasa takut terus menghantui hingga berakhir menjadi kenyataan: berakhirnya hubungan mereka berdua. Meski begitu, Rouzee cukup bahagia bisa memiliki hati Marchelino pada masanya. Dirinya harus meminta maaf kepada lelaki itu karena telah memukulnya setelah Marchelino melempar Zaviyon tadi. Ah, Zaviyon, bagaimana reaksi boneka berarwah itu jika mengetahui bahwasanya manusia yang melemparkan dirinya adalah mantan kekasih dari pemilik barunya?
Terkekeh, Rouzee ingat saat bagaimana pria ini berbicara dalam bahasa Indonesia dalam kata yang berantakan seperti seorang balita yang sedang belajar berbicara. Diangkatnya boneka itu dan mendudukkannya pada pangkuan, jemarinya dengan lembut mengusap wajah si boneka dengan senyuman manis menghiasi. “Maaf karena lalai menjagamu sampai Marchelino melempar kamu seperti tadi,” Katanya kepada Zaviyon, beberapa saat setelahnya pria ini menghembuskan nafas panjang dan menatap sekitar halaman. Rumah sakit yang lumayan ramai karena pihak kepolisian datang untuk memeriksa Daniel yang dengan mengenaskan mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu, para pekerja media berita juga telah pergi satu-persatu dan menyisakan beberapa yang sedang bersiap untuk pergi meninggalkan rumah sakit.
Kepalanya menoleh ke arah kiri, menatap garis kuning milik pihak kepolisian melingkari tempat Daniel jatuh, meskipun tidak terlalu jelas namun ada bercak darah yang masih berada di sana dengan pola gambar bentuk tubuh Daniel saat terjatuh tadi.
Sejenak, Rouzee terdiam mengingat pertemuan singkatnya dengan pemuda itu. Rouzee akui jikalau Daniel memiliki wajah yang sangat tampan, dia sangat cocok jika menjadi seorang Model, tetapi Daniel memiliki kepribadian yang cukup mengerikan jika diingat. Kembali, Rouzee menatap Zaviyon seraya berkata, “Daniel meninggal bunuh diri, apakah mungkin Daniel memang mempunyai masalah dengan mentalnya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAVIYON || NOREN
Fanfiction〖 N O R E N A R E A 〗 Sebuah cerita tentang Rouzee yang menemukan sebuah boneka ditempat sampah sehari setelah kepindahannya. Entah mengapa, Rouzee ingin sekali membawa boneka itu, alhasil pemuda berusia dua puluh tiga tahun tersebut membawa boneka...