2. chapter homeschooling🐣

387 37 0
                                    

Happy reading.
Vote!

Jangan jadi hantu gays tinggal kan jejak okey!
___________________________________________

Seperti yang dikatakan kemarin, hari ini Ravel benar-benar mengikuti kelas homescholing pertamanya.

Naira, guru pertama El, sangat baik dan sabar dalam mengajarinya. Meskipun usianya masih kecil, El sudah pandai membaca huruf, tetapi untuk bahasa lain, dia masih belum mahir.

"Baik, El. Sekarang coba susun bagian-bagian utama tumbuhan seperti yang sudah Ibu jelaskan tadi dengan benar.

El berpikir sejenak, lalu menjawab dengan percaya diri, "Susunan yang benar adalah Akar, Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji."

"Bagus! Lalu, apa fungsi dari akar, El?"

"Akar berfungsi untuk menyerap air dan mineral dari dalam tanah, menyimpan cadangan makanan, serta menjaga tumbuhan agar tetap kokoh di dalam tanah, Bu," jawab El lancar.

"Bagus. Sekarang, coba jelaskan, kenapa dalam susunan bagian-bagian utama tumbuhan, akar disebutkan terlebih dahulu dibandingkan biji?"

El berpikir sejenak sebelum menjawab, "Dalam susunan bagian-bagian utama tumbuhan, akar biasanya disebutkan lebih dulu karena akar adalah bagian utama yang selalu ada pada tumbuhan yang telah tumbuh. Sedangkan biji merupakan tahap awal dari perkembangan tumbuhan yang nantinya akan tumbuh menjadi bagian-bagian lainnya."

Naira tersenyum bangga. "Good job, El. Kamu mengingat apa yang Ibu sampaikan dengan baik. Untuk kelas hari ini, kita akhiri sampai di sini."

"Baik, terima kasih, Bu. Semua ini berkat Ibu yang menjelaskan dengan baik," ucap El dengan senyum manis.

---

Malam ini, keluarga Ananta sedang berkumpul di ruang keluarga.

Orang dewasa sibuk dengan alat elektronik mereka, mengurus tugas atau pekerjaan masing-masing, meskipun sesekali melirik ke arah El.

Sementara itu, Ian sibuk mengusap-usap surai rambut El yang tengah tiduran di pangkuannya.

"Bagaimana pelajaran hari ini, Dek? Semuanya berjalan dengan baik, kan?" tanya Zara, membuat El sejenak mengalihkan pandangannya dari acara TV.

"Baik," jawab El sambil tersenyum.

Lalu, tanpa diduga, dia bertanya, "Emm... kalau ayam dan telur, kira-kira mana yang duluan ada?"

---

Celotehan El sontak membuat semua orang menghentikan aktivitas masing-masing dan mengalihkan perhatian kepadanya.

"Hmmm, ini saatnya aku memamerkan kepintaranku. Dengan ini, El pasti bangga dan tidak akan mendiamkanku lagi, kan?" batin Vincent.

Dia masih merasa sedih karena El belum sepenuhnya memaafkannya-atau lebih tepatnya, masih kecewa gara-gara permintaan sekolah umumnya yang ditolak kemarin.

"Dad-" Vincent baru saja hendak berbicara, tetapi sudah didahului oleh...

"Ayam, Dek," jawab Ian santai.

Vincent mendengus kesal melihat anak satu itu begitu cepat menjawab pertanyaan El.

"Kenapa?" tanya El lagi, semakin penasaran.

Dari yang awalnya tiduran, kini dia duduk tegak, menatap sang abang dengan antusias.

Dia benar-benar ingin tahu alasannya. Pertanyaan itu tiba-tiba saja terlintas di pikirannya setelah mengingat pelajaran tadi bersama Bu Naira. Setelah akar dan biji, sekarang ayam dan telur? Mana yang lebih dulu?

"Karena ayam pertama kali diciptakan oleh Tuhan, dan kemudian ayam tersebut bertelur," jawab Ian santai.

Setelah mengatakan itu, Ian terkekeh melihat El yang tampak lucu dengan mata berbinar penuh rasa ingin tahu.

---

"Benarkah?"

"Ya, itu dalam perspektif penciptaan."

"Bisa, tapi secara logis bukan seperti itu," celetuk Vincent.

"Lalu bagaimana?" tanya El.

Akhirnya, Dia menatap Vincent dengan penuh antusias, menantikan jawaban. Vincent pun merasa senang dalam hati.

"Kemari," ucap Vincent, menyuruh El mendekat.

Dia yang penasaran langsung menurut dan mendekati Vincent.

Sementara itu, Megan memperhatikan dengan senyum bahagia melihat El yang patuh.

Hap!

Vincent langsung memangkunya dan mendudukkannya di pangkuannya.

"Daddy~ El mau duduk di sofa saja," protesnya sambil hendak turun, tetapi Vincent menahannya.

"Katanya mau dengar penjelasan logisnya, maka El harus nurut sama Daddy."

Dia pun pasrah dan mengangguk setuju.

"Jadi, menurut Daddy, telur lebih dulu ada."

"Kenapa?"

"Karena telur adalah tempat di mana ayam berkembang. Secara logis, sebelum ada ayam, harus ada telur tempat ayam tersebut menetas. Itu sebabnya telur lebih dulu ada."

---

"Oh, begitu. Jadi yang benar bagaimana, Dad?" tanya El lagi.

"Tergantung pada sudut pandang atau konteks yang digunakan, Adek," jawab Liam.

"Sudah, sekarang waktunya baby tidur," ucap Vincent.

"Argh, tapi Adek belum ngantuk!"

"Tidak ada penolakan. Ini sudah waktunya kamu tidur, dan kamu tidur bareng Mommy dan Daddy, oke?"

"Enggak mau! Adek mau sendiri, Adek sudah besar, tahu, Daddy!"

Namun, Vincent tidak menggubris protes Ravel. Dia langsung mengangkat tubuh kecil itu dan membawanya ke kamar untuk tidur.

"Sayang, ayo kita tidur," ucap Vincent kepada Megan, istrinya.

Megan yang masih terkekeh melihat tingkah putra bungsunya akhirnya berdiri dari sofa.

"Mommy pergi dulu, kalian cepat tidur, jangan begadang," pesannya kepada anak-anak yang masih di ruang keluarga.

"Iya, Mom." / "Baik, Mom," jawab Liam, Zara, dan Ian hampir bersamaan.

---
Done.
Jangan jadi hantu gays tinggal kan jejak okey!
Vote+komen+followw!!

RavelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang