4. Chapter noodle🐣

273 33 1
                                    

Happy reading
Vote y... y....
___________________________________________


Tap

Tap

Tap

"Tuan kecil?"

Deg!

"Apa?"

Sebisa mungkin, Ravel menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat. Dia berusaha menahan rasa kaget atau gugup dan menjawab dengan ketus kepada bodyguard yang tiba-tiba menghampirinya.

"Rico, ada dimana Tuan Kecil. Kenapa anda sendiri di sini?

Bodyguard yang berjaga di depan itu bertanya dengan nada curiga. Dia baru saja masuk untuk mengambil sesuatu, tetapi saat hendak kembali, dia melihat tuan kecilnya berjalan sendirian-tanpa Rico, yang biasanya selalu berada di sisinya.

"Oh, Rico? Aku menyuruhnya mengambil barang ke atas," jawab Ravel.

Dia sempat membulatkan mulutnya seperti membentuk huruf "O" sebelum akhirnya memberi alasan yang terdengar cukup masuk akal.

"Lalu, Anda mau ke mana? Jika begitu, saya akan menemani sementara."

"What?! Susah-susah aku menyingkirkan Rico tadi, malah muncul si nempel satu ini," batin Ravel, merasa kesal.

"Ehem... tidak perlu, Paman. Aku hanya akan menunggu Rico di kursi sebentar saja. Dia pasti akan cepat kembali," ujar Ravel, mencoba menolak dengan sopan.

"Baiklah, kalau ada apa-apa, Anda bisa memanggil saya. Saya ada di depan pintu mansion," jawab bodyguard itu akhirnya.

"Ya," balas Ravel sambil berbalik arah menuju kursi. Dia menyalakan TV sebelum bodyguard itu benar-benar pergi.

"Phew... akhirnya," gumamnya lega.

---

Ravel beranjak dari tempat duduk, membiarkan TV tetap menyala menayangkan kartun. Seolah-olah Ravel masih nonton disana padahal dia pergi memilih menuju dapur terlebih dahulu.

"Eumm... wangi sekali. Pasti enak!"

Dia melihat semangkuk mie yang sudah tersaji di meja dapur, matanya berbinar. Awalnya, dia hanya berniat mengambil air minum, tetapi saat melihat kemasan mi instan yang sejak dulu sangat ingin dia coba, niatnya berubah.

Tanpa pikir panjang, dia menarik kursi dan mulai menyantapnya.

Setiap suapan terasa seperti petualangan rasa yang membakar lidah, tetapi anehnya, justru membuatnya ingin terus menyantap lebih banyak lagi. Perutnya mulai panas tidak karuan tapi dia masih menyuapkan mie itu kemulutnya dengan nikmat.

Namun, hanya baru tiga suap masuk ke mulutnya, tiba-tiba-

PRANG!!

Suara piring pecah bergema di dapur. Kuah mi berserakan di lantai.

D-Daddy...

Vincent menatapnya dengan ekspresi dingin dan menekan amarah.

"Berani sekali kamu menyentuh itu, hah?! Hukuman apa yang cocok untuk anak nakal sepertimu, hmm?"

Ravel membeku. Dia tidak bisa menahan tangis yang tiba-tiba menyeruak. Air mata mulai mengalir deras di pipinya.

"Hiks... Daddy... nggak mau... janji nggak akan nakal lagi... hiks... hiks..."

Dia tidak suka di hukum! Apalah itu tentang hukuman pokoknya gak suka.

Ravel berusaha mengikuti langkah Vincent yang berjalan dengan mencengkeram tangannya dengan kuat.

Tubuhnya gemetar.

Daddy benar-benar menakutkan!

Tidak, bukan hanya Daddy-abang dan kakaknya juga pasti akan marah nanti!

---

Megan terkejut melihat Ravel menangis, sementara Vincent berdiri di sampingnya dengan ekspresi datar yang sama sekali tidak bersahabat.

"Ravel kenapa, Mas?" tanya Megan, bingung.

"Nakal," jawab Vincent singkat.

Vincent mengalihkan pandangannya dan berteriak keras, "RICO!!."

Suara Vincent menggema di seluruh ruangan, membuat suasana semakin tegang. Rico, yang baru saja dibebaskan dari gudang oleh bodyguard lain, segera menghampiri majikannya dengan wajah penuh penyesalan.

"Bodoh! Apa yang kau lakukan, hah?! Ceroboh sekali! Kau bahkan tidak bisa mengawasi keadaan mansion dengan baik! Anak nakal ini sudah memakan mie pedas, dan kalian tidak menyadarinya? Dasar tidak becus!"

"Maaf, Tuan. Saya berjanji ini tidak akan terulang kembali. Saya akan memperketat keamanan dan memastikan keadaan Tuan Kecil lebih terjaga," ucap Rico menunduk.

"Tidak. ini bukan salah paman Rico... tapi salah Ravel hiks..." isak Ravel di sela tangisnya.

Vincent menatapnya tajam.

"Muntahkan!" perintahnya dengan nada tegas.

Ravel terdiam, tidak mengerti maksud ucapan Daddy-nya.

"Apa?" tanyanya, masih sesenggukan.

"Muntahkan mi yang kau makan sekarang juga!"

"Hiks... nggak mau... hiks... nggak bisa... maaf Daddy... El nggak akan makan itu lagi... hiks... maaf..."

Vincent mulai kehilangan kesabaran. Dia mencengkeram wajah Ravel, memasukkan dua jarinya ke dalam mulut anaknya, berusaha memaksanya untuk memuntahkan makanan yang baru saja masuk.

Refleks, Ravel menutup mulutnya dengan kedua tangan, tetapi cengkeraman Vincent lebih kuat.

"A-Ahh... hiks... sakit... ugh... hiks... hiks..."

Megan hanya diam, tidak berusaha menghentikan Vincent. Dia juga tidak suka Ravel melanggar aturan yang sudah mereka tetapkan.

Ravel mulai merasa mual. Tenggorokannya seperti tercekik, hingga akhirnya-

"Oek... hwek... ugh... hiks... hiks... hwek... oek..."

Dia memuntahkan semua yang ada di perutnya-bahkan makanan lain yang sebelumnya sudah dia makan pun ikut keluar.

Vincent menghela napas, lalu dengan tenang memberikan perintah kepada para petugas mansion untuk menghukum semua pekerja yang lalai hari ini.

---

Beberapa waktu kemudian, Vincent duduk di sofa single dengan ekspresi tenang.

Sementara itu, Ravel masih menangis sesenggukan di pelukan Megan.

Vincent membiarkannya menangis untuk sementara waktu. Setelah ini, dia pasti akan memberikan hukuman kepada putra bungsunya.

"Hiks... Mommy... sakit... t-takut... mau sama Mommy... hiks... hiks..."

"Iya, ini Mommy ada di sini. Sayang, lain kali jangan seperti itu lagi, ya?" ujar Megan lembut, mengusap punggungnya.

"I-iya... hiks... maaf..."

Megan menghela napas. Dia sebenarnya kasihan kepada putranya yang selalu mendapat hukuman dari Vincent, Liam, dan anak-anak mereka yang lain.

Tapi apa boleh buat? Kali ini, memang Ravel yang bersalah.

Sebagai Mommy, Megan jarang menghukum Ravel. Dia tidak ingin anaknya terluka paling hanya menegaskan dalam menasihati tetapi jika benar-benar anaknya salah bisa lebih bikin sakit anaknya. Kadang dia lebih memilih cukup yang lain menghukumnya biar tidak menambah luka banyak.
---

Done.

Hanya menulis. Banyak kurangnya! Jangan di anggap serius. Enjoy baca yang ada.

GAK SUKA SKIP.

RavelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang