14. Chapter escape

200 18 3
                                    

.

.

.

Jangan lupa Followwww :)

"Alex! Mana dia?" Tanya Jon kepada maid yang sedang bekerja.

"Tuan muda berada di kamar tuan."

Tap

Tap

Tap

Suara kontras mengelaragar di dalam ruang mansion dengan amarah yang tertahan Jon langsung menuju kamar sang anak.

Ketika waktu sampai mansion dia mendapatkan laporan tentang anak ke tiga itu yang membuat onar bahkan sampai pergi balapan liar bersama genk teman-teman tongkrongan nya itu.

Tok

Tok

Tok

"Alex buka pintunya!"

Ceklek

"Apa Dad?"

Plakk...

Suara tamparan terdengar jelas,
Ini pertama kali Daddy menampar dirinya mau senakal apapun atau semarah apapun daddy nya dia tidak pernah seperti ini tetapi kenapa sekarang apa yang membuat marah seperti ini?

Alex diam sambil memegang bekas tamparan yang baru saja di terima. Jon yang melihat keterdiaman putra nya tiba-tiba tersadar atas perbuatan yang dilakukan ia merasa sedikit bersalah.

"Kali ini kau keterlaluan Alex! Lihat apa yang kau lakukan hingga media sampai ramai seperti ini!"

Jon menyerahkan Ipad di dalam nya terdapat banyak artikel putra bungsu Victor membuat onar yaitu tawuran, balap liar bahkan mabuk-mabuk di usia yang belum legal mengatakan tidak patut untuk di contoh.

"Sial dia tersorot media tanpa sepengetahuan bahkan membuat dirinya di tampar untuk pertama kali" Batin Alex

Alex dia orang yang liar dengan teman-teman genk tetapi dia tahu batasan seperti tidak merokok,mabuk dll kecuali balapan karena itu menyenangkan bagi dirinya.

Sedangkan teman-teman dia, melakukan sebaliknya meski hanya beberapa karena masih di bawah umur. Karena Alex anak dari Jones media sering menargetkan dirinya tetapi dia bisa mengatasi orang-orang itu namun untuk sekarang karena kelalaian dirinya belum sempat bertindak malah terjadi berita heboh.

"Aku hanya melakukan balapan saja, untuk yang lain daddy bisa lihat sendiri mereka teman-teman ku yang melakukan itu. Aku tidak sama sekali. "

Jones mengeraskan rahang serta menggenggam dengan jari yang ditekan kuat-kuat mengepal kuat tangan nya.

"Mulai sekarang kau tidak boleh berteman dengan mereka atau kumpul seperti biasa sudah cukup keliaran mu daddy berikan itu."

Jones tidak melarang anaknya berteman dengan siapapun selagi tidak melewati batas tetapi mulai sekarang anaknya tidak boleh melakukan seenaknya apalagi dengan teman-teman jalanan itu.

"Maksud daddy apa ngelarang aku berteman dengan mereka! Mereka teman aku selamanya Dad."

"Jangan berteman dengan anak jalanan lagi. Liat mereka punya pengaruh buruk bahkan kau terseret ke media karena ada di sana."

"Daddy tidak berhak larang! aku menuruti semua keinginan Daddy tapi tidak untuk itu, mereka teman aku lalu aku juga bisa membatasi diri."

"Tidak ya tidak ALEX! TURUTI SAJA!!."

Setelah mengatakan itu Vincent meninggalkan Alex yang manahan amarah karena dia mengatakan teman-teman nya anak jalanan yang punya pengaruh buruk padahal mereka tidak seperti apa yang di katakan mereka itu baik selalu ada untuk dirinya.

.





.





.

Hosh...

Hosh..

Hosh.

"Parah, parah... a-aku ak-hir-nya bisa keluar ju-ga. Ahahahhaahaaa horee..hah hah c-ape-k seka-li." Ucap El ngos ngos san.

Ravel kegirangan disertai wajah yang penuh peluh, dan napasnya terdengar berat seolah baru saja menyelesaikan tugas yang sangat melelahkan tapi itu memang benar ia sudah menyelesaikan aksi kabur dari rumah sakit nya itu adalah tugas penting yang melelahkan dengan penuh rintangan dan konsekuensi berat tapi dia tidak peduli keinginan nya lebih memondinasi di banding itu.

Sedangkan di sisi lain lebih tepatnya seorang remaja yang tidak jauh dari Ravel sedang memperhatikan dirinya dia merasa terhibur dengan segala tingkah seorang bocah itu saat kedatangan anak itu. Dia tidak sengaja lihat karena tingkah anehnya itu membuat dia tersenyum tipis.

Kondisi Ravel yang berantakan dengan memakai pakaian rumah sakit di balut cardingan tanpa di kencing lalu jangan lupakan ia tidak memakai sendal hanya menggunakan kaos kaki saja.

"Lucu" batin remaja yang memperhatikan Ravel.

"Mereka tidak sadar kan aku pergi, huhh untuk aku pintar dan cepat dalam bertindak. Sekarang aku bisa main sepuasnya! " bangga El dengan dirinya.

Segala tingkah dari awal sampai akhir itu tidak luput dari tatapan seorang pemuda tadi yang berada di sebrang jalan dengan motornya.

Ravel baru sadar orang-orang yang lewat menatap dengan aneh, dia bingung apa dirinya aneh? Heyy bagaimana tidak dia seorang pasien yang kabur memakai baju orang sakit di tambah ia hanya menggunakan kaos kaki yang sudah kotor lalu jangan lupakan senyum senyum sendiri atas keberhasilan dirinya namun orang-orang yang melihat mengatakan gila?

"AKU TIDAK GILA" Teriak El yang di sengaja supaya kedengaran oleh mereka yang membicarakan dengan bisik-bisik.

"Ah dia lucu sekali". gumam dari seorang pemuda itu kembali.

Ravel jengah sudah ketika berpapasan dengan orang-orang yang mengatakan dirinya gila meski mereka berbicara bisik-bisik tetapi dia bisa dengar dengan jelas atas apa yang mereka bisikan itu.

"Mereka benar-benar! masa iya aku gila orang cakep gini. Huh aku ingin pergi ke taman kota tapi tidak tahu jalan." El berucap lesu dia cemberut juga karena tidak tahu harus bagaimana untuk bisa pergi karena tidak punya uang lalu dia memutuskan jalan kaki dengan bertanya kepada orang sekitar untuk jalan kesana sebelum kebebasan terengut keluarganya kembali.

Taman kota adalah ruang terbuka yang dirancang untuk memberikan area rekreasi, relaksasi, dan bersosialisasi bagi masyarakat di tengah perkotaan. Biasanya, taman kota dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti jalur pejalan kaki, bangku, taman bermain untuk anak-anak, area olahraga, serta danau buatan atau kolam air. Selain itu, taman dihiasi dengan berbagai jenis tanaman, pepohonan, dan bunga yang memberikan kesegaran serta keindahan alami plus banyak yang berjualan tidak jauh dari sana.

Ah dia sungguh ingin pergi, sebelumnya dia tahu dari guru privat saat menjelaskan wisata lalu menyebutkan salah satu itu dulu dia pernah ke taman komplek tapi berbeda dengan taman kota yang lebih besar.

.

.

.

.

....

"Temukan Ravel sekarang juga!!"

....

"I-iya itu tidak mungkin jelas-jelas waktu itu keadaan dia sudah kritis ditambah aku menyuruh Kenniq membawanya ke hutan. Tapi aku dan Andreas melihat itu dia, jadi kita tunggu hasil DNA saja sayang."

"Aku ingin melihat anak itu mas."

....

Makasi untuk vote nya next cepat 230 vote ya.

Boleh komen untuk saran 🌻🤍

Seneng banget ada yang nunggu ini cerita meski aku buat ini awalnya iseng saja, untuk sekarang aku lagi sibuk jadi kata tidak banyak ide pun tidak banyak wk.

RavelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang