6. Chapter Park🐣

282 32 5
                                    

---

Waktu berlalu begitu cepat. Kini, Ravel bukan lagi anak kecil, melainkan memasuki usia remaja awal. Begitu pula dengan abang keduanya, Frayed -atau yang biasa dipanggil Ian. Mereka hanya terpaut beberapa tahun.

Meskipun sudah tumbuh besar, di mata keluarga Ananta, Ravel tetaplah bayi kecil mereka.

Berbeda dengan Frayed yang lebih dewasa dan mandiri, Ravel masih diperlakukan seperti anak kecil. Namun, sejak terakhir kali dia dihukum, Ravel menjadi anak yang sangat penurut terhadap aturan keluarga.

Hukuman sudah jarang dia terima, paling hanya mendapat teguran ringan. Sayangnya, keluarga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik sikap manis Ravel.

Di balik kepatuhannya, ia justru semakin berani melakukan apa yang diinginkannya, terutama dalam hal menjelajahi dunia luar. Rasa ingin tahunya begitu besar, dan ia pernah mencoba keluar dari mansion.

Sekarang, ia sering menyelinap diam-diam setelah menyelesaikan homeschooling, terutama saat anggota keluarganya sedang pergi bekerja atau melakukan aktivitas mereka.

Lalu, bagaimana dengan Rico, bodyguard yang bertugas mengawasinya? Ravel selalu memilih waktu yang tepat saat tidur siang. Penjagaan pada waktu itu longgar karena sebagian pekerja sedang berganti shift untuk makan siang.

Seperti saat ini, Ravel yang seharusnya tidur siang malah menyelinap keluar menuju taman kompleks.

Ini adalah kali kedua dia melakukannya. Pertama kali, dia ketahuan dan dijemput kembali oleh Rico. Namun, dengan berbagai cara, termasuk memohon dengan sangat, dia berhasil membujuk Rico agar tidak memberi tahu keluarga.

Saat tiba di taman, Ravel hanya berdiri di kejauhan, mengamati anak-anak yang bermain. Ia melihat beberapa anak seusianya bermain dengan gembira. Hatinya bergetar.

"Aku juga ingin ikut bermain..." lirihnya dalam hati.

Namun, mana mungkin dia langsung menghampiri mereka dan meminta ikut bermain? Dia bahkan tidak tahu bagaimana cara memulai pertemanan.

Taman ini tidak terlalu besar. Meskipun cuaca terik, anak-anak tetap asyik bermain. Beberapa berlindung di bawah pohon, ada yang bermain sepeda, ayunan, kartu, skateboard, hingga basket. Mereka tampak menikmati waktu mereka.

Di antara anak-anak itu, ada satu yang menyadari keberadaan Ravel. Dengan mata tajam, anak itu memperhatikannya dari jauh.

Sosok kecil dengan kulit yang mulai memerah karena matahari itu hanya berdiri diam, matanya berbinar-binar penuh keinginan.

Tanpa ragu, anak itu beranjak dan berjalan mendekati Ravel.

"Kenapa dia ke sini? Apa yang harus aku lakukan?" batin Ravel, panik.

"Hei! Kau sedang apa di sana?" suara anak itu terdengar begitu dekat.

Jantung Ravel berdegup kencang.

"..."

"Siapa kau? Kenapa tidak ikut bermain?"

Ravel bingung. Dia senang karena seseorang menghampirinya, tetapi dia juga ragu untuk berbicara. Namun, melihat anak itu terus menatapnya menunggu jawaban, ia akhirnya memberanikan diri.

RavelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang