8. chapter punishment🐣

266 27 6
                                    

Hallooo Come backkk
Vote! Follow! Comel?!

___________________________________________

Tap!

Tap!

Tap!

Ravel berjalan mengikuti bodyguard yang menuntunnya ke ruang keluarga.

Deg.

Shock. Itu yang dia rasakan pertama kali. Bagaimana tidak? Keluarganya tengah berkumpul dengan beberapa orang yang sudah tumbang babak belur. Lalu, di mana Rico? Dia menjadi semakin takut terjadi sesuatu setelah melihat ini semua.

Ravel yang sempat mematung melihat pemandangan di depan, langsung berlari menghampiri kakaknya yang tengah menyiksa seseorang.

Grep!

"Abang, hentikan!"

Ravel memeluk Liam dari belakang, berusaha menghentikan aksinya. Liam mengepal kuat hingga kukunya memutih. Meskipun wajahnya datar, tak menunjukkan ekspresi apa pun, dia tetap menahan diri.

Ravel terisak lalu melepaskan pelukan dari Liam karena tidak mendapat balasan. Dia menoleh ke arah keluarganya yang tengah menatapnya juga.

"Apa yang kalian lakukan?!"

Kenapa sampai seperti ini? Semuanya salah dirinya, bukan mereka, tetapi mereka yang mendapatkan hukuman.

Ian mendekati sang adik, lalu menundukkan kepala sedikit dan berbisik tepat di telinganya.

"Seharusnya Abang yang bertanya padamu, apa yang kamu lakukan di luar sana hingga berani membangkang, hmm?"

Ravel terdiam saat mendengar suara berat abangnya itu. Tubuhnya menegang saat jari telunjuk Ian mengangkat dagunya hingga mata mereka saling beradu.

"Kau mengabaikan Abangmu ini?"

Ian, meski usianya tak jauh berbeda dari Ravel, sangat menakutkan saat marah. Dia kembali bertanya saat adiknya tak kunjung menjawab. Terkekeh saat melihat mata Ravel memancarkan ketakutan. Ah, sangat lucu sekali. Adiknya ketakutan padanya. Ya, memang harus seperti itu.

"M-maaf... aku minta maaf."

"Hmm?"

"Maaf, maaf, maaf! Itu yang terus kau katakan, tapi apa? Kau tetap saja selalu membangkang, Ravel!"

"Lihat akibat ulahmu! Mereka... bisa MATI!" Ian menunjuk bodyguard yang berlutut di depannya, penuh luka dan pingsan. Kata terakhir dia bisikkan tepat di telinga Ravel, membuat adiknya semakin ketakutan.

"Tidak! Mereka tidak salah, ini salahku! Jangan lakukan itu! Hiks... hiks... aku minta maaf. Hukum aku saja, jangan katakan seperti itu!"

"Cup cup, kau benar. Abang tidak akan mengatakannya, tapi kita akan melakukannya."

"Jangan! Aku benci kalian jika melakukan ini!"

Prok!

Prok!

Wah.. baby? Ucap kagum Vincent sambil bertepuk tangan santai di hadapan anaknya itu.

Sejak tadi dia hanya diam menyimak, tetapi mendengar perkataan Ravel barusan membuatnya tidak tahan atas pembangkangan itu.

Ingin rasanya Ravel pergi dari situasi ini. Daddynya mulai bertindak, dia semakin takut. Mommy... dia hanya diam, begitu pula kakaknya. Tidak ada yang membela atau menghampirinya seperti biasa. Mereka hanya menatap datar.

Vincent bangkit dari tempat duduknya, berjalan semakin mendekat kehadapan Ravel yang ketakutan.

"Bukankah anak nakal harus dihukum?" ucap Vincent penuh penekanan, mencengkeram kuat rahang Ravel.

RavelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang