Ravel dirinya marah terhadap sang keluarga yang selalu memaksa akhirnya dia memilih keluar jalan-jalan saja entah bagaimana keberuntungan dia bisa berhasil pergi dari sana, lagian mereka tidak memperdulikan dirinya yang meninggalkan semuanya.“bisa gak sih milih keluarga?” Tanya omongan asalnya kepada diri sendiri karena dia mengira saat ini memang sendirian yang terus menelusuri jalan.
___________________________________________
~Ravel~
Seseorang menarik napas panjang, membiarkan udara malam masuk ke paru-parunya. Ia melangkah maju dengan keyakinan yang mulai tumbuh dalam kesenangan. Anak itu terus saja ngomong sendiri apa yang dia pikirkan di dalam otak kecilnya.
“ Eh tapi aku sayang mereka, hanya tolong berikan kebebasan dan kasih sayang yang tidak berlibahan itu saja tuhann.” Ucapnya
“ Sepi amat sih...Wah ada orang! kayaknya seru mereka lagi kumpul apa tengah malam gini ya”. Lanjutnya.
Di tengah-tengah perjalanan dirinya berakhir melihat banyak orang-orang. Mungkin kita sebut saja mereka adalah para pemuda tongkrongngan. Disana memang masih muda-muda yang tidak pasti jauh ber umur kisaran dia atau sang abang yaitu Ian mungkin.
“ Samperin jangan?, tapi gue gak kenal. Gimana kalau jahat? mana tengah malam lagi main ngumpul-ngumpul gitu emang boleh, eh ada perempuan nya juga tuh berarti samperin aja deh”
Posisi tempat Ravel menuju ke tempat warung atau tongkrongan pemuda-pemuda itu tidak begitu dekat tanpa pikir panjang lagi dia memberanikan diri pergi kesana sekalian aja dia inggin jajan.
Tin!!
Tin!.
“Eh astaga!” kagetnya secara tiba-tiba.
Suara klakson kendaraan terdengar nyaring secara tiba-tiba itu begitu tepat di belakang Ravel membuat dirinya terlonjak kaget apalagi sinar lampu kelap kelip menyorot dirinya dari belakang.
“Mereka secepat itu?” pikir Ravel dalam posisi dirinya belum berbalik kebelakang.
Debaran jantung yang membuat dirinya didatangi rasa was-was.
Tak ayal setelah dirinya menetralkan rasa was-was dia langsung saja berbalik badan lalu apa yang dia liat ternyata bukan apa yang telah di pikirkan sebelumnya sampai rasa lega.
“Huh~ syukurlah bukan mereka” batin ravel
Ketika sudah melihat siapa yang mengganggu nya tadi tanpa sadar dirinya tersenyum dengan hangat, bahagia karena yang dia lihat bukan keluarganya melainkan seorang asing yang tidak pernah dia lihat sama sekali.
Orang asing, bukankah itu lebih bahaya?!
“Em maaf. kenapa ya? Aku sudah benar jalan di pinggir bukankah itu tidak menghalangi jalan kamu?”
Bingung Ravel dia kira mungkin bisa saja dirinya menganggu jalan pemuda tersebut tapi dia kan sudah benar-benar di pinggir jalan atau mungkin tadi dia menghalangi secara tidak langsung pikirnya.
“Hm?” batin orang itu mengabaikan ucapan Ravel malah menelisik dari atas sampai bawah mengenai bocah di depannya ini.
Tidak ada tanggapan dengan orang itu membuat Ravel kesal di abaikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ravel
General FictionWelcome my story hanya di Wattpad. Jangan lupa Follow, Vote and Komen. ~R A V E L ~ 🐣on going🐣 Perkenalkan Ravel Prince Ananta, dia hidup di tengah keluarga yang selalu mengekang dirinya berupa aturan. Apapun itu untuk mempertahankan dia demi keb...