22. Chapter

136 16 0
                                    

"Adikku, apa dia tidak ikut?"

Tuan Aksara dan keluarga lainnya semakin di buat bingung namun mereka tidak bertanya lebih tapi langsung menatap sang kepala keluarga Ananta menantikan jawaban.

~Ravel~

Apalah daya anak bungsu yang jarang di perlihatkan itu membuatnya terlupakan dari public. Mana ada yang peduli karena tidak ada keuntungannya padahal dia merupakan permata kehidupan bagi keluarga Ananta.

"Adikmu?" ulang sang kepala keluarga Ananta atau tak lain dia adalan Vincent, dia tidak salah dengar pemuda di depannya ini berbicara dengan terang-terangan sekali.

"Iya" jawab Reas.

Sedangkan keluarga lainnya yaitu Liam, Ian, Zara mereka mengepal erat ke-dua tangan karna tidak terima atas perkataan orang yang ada di depannya ini bahkan Megan juga terlihat syok, bagaimana bisa putra sulung Jon kenal Ravel lalu mengklaim adiknya? Tapi memang itu adalah sebuah kebenaran. Ananta mengetahui kebenaran dari awal bahwa anak yang mereka temui dulu di hutan itu merupakan bagian dari keluarga Victor yang dibuang atau entahlah mereka tidak tahu pasti mengenai kebenaran itu.

Dalam acara ini yang mewakili dari keluarga Victor hanya ada Andreas saja yang menyambut karena yang lainnya masih ada urusan penting.

TES. Tes..

Selamat malam...

(Terdengar suara Mix yang mengambil alih di antara kumpulan mereka menandakan bahwa acara akan segera di mulai).

Reas tersenyum miring melihat mereka semua, apalagi melihat Alex melambaikan tangan dari tidak jauh darinya sangat-sangat tepat sekali. Sudah pasti mereka menyembunyikan adiknya apalagi menghadiri acara seperti ini bisa membahayakan Ravel adik kandungnya sendiri jadi dia alihkan langsung untuk pergi.

"Ah maaf semuanya saya harus undur diri dulu untuk berkumpul dengan adik kandung pertama saya dulu di depan".

Reas menekan kata tertentu dari kalimat yang dia lontarkan sambil melihat berbagai reaksi dari mereka dengan tersenyum miring.

"Silahkan anda bisa pergi lebih dulu adikmu pasti sudah menunggu tuan". Tuan Aksara membuka suara dengan diiringi senyumnya mencairkan suasana. Entahlah tadi itu dia merasa suasana sangat dingin plus menyeramkan melihat raut wajah yang tidak enak dari tamu penting di depannya ini.

Setelah mengatakan itu Reas langsung pergi begitu saja menghampiri adiknya.

"Tuan victor dan yang lainnya saya persilahkan untuk menikmati acara malam ini lalu meja anda beserta keluarga anda sudah saya siapkan di depan"

"Hem" balas nya secara singkat mood dia jadi sangat jelek.

Acara demi acara terus bejalan dengan baik, namun Mega tidak tahu kenapa dirinya merasa resah tidak nyaman dengan pikiran terus tertuju kepada anaknya di rumah sendiri. Meski begitu ini bukan pertama kali Ravel di tinggalkan di dalam rumah sendiri hanya di temani maid dan penjaga.

"Megan ada apa?"

"Aku khawatir bagaimana dengan Ravel dia lagi sendirian di rumah mas" jawab Megan ketara dengan ekspresi khawatir.

"Dia baik-baik saja sedang tidur sayang, Ian berikan HP mu perlihatkan pada mommy"

Vincent mengetahui Ian sedang memantau adiknya melalui cctv yang terpasang di kamarnya itu. Anak-anak itu tidak peduli dengan acara yang di hadiri saat ini termasuk Vincent dan Megan namun karena ada sesuatu mereka mau tidak mau harus mengikutinya hanya sebagai formalitas.

Megan melihat tayangan di layar handphone Ian, dirinya langsung sedikit lega benar saja anak bungsunya itu sedang tertidur pulas entah karena masih pengaruh obat yang diberikan atau bukan dalam artian efek obatnya sudah hilang.

"Aku baru saja menanyakan kepada Max semuanya baik-baik saja Mom"

"Baiklah tapi entah kenapa ada sesuatu yang membuat Mommy khawatir"

"Biar Ian pulang duluan ke Mansion Dad"

"Mommy setuju apa yang dikatakan mu Liam"

"Hem, kau boleh pergi duluan Ian pastikan semuanya selalu baik-baik saja"

Ian yang disuruh pulang duluan dari acara tersebut dia dengan senang hati sangat senang sekali atas ucapan sang abang yang mempunyai ide tersebut, disini sangat membosan kan lebih baik bersama adiknya di Mansion.

"Langsung pulang jangan kemana-mana dulu" Zara

"Ck , iya lah kak"

"Aku pergi"

"Hati-hati Ian"

"Ya mom"

~Ravel~

Ting (notifikasi pesan)

' "Tuan Maaf, ttarget untuk saat ini hilang tuan"

Sontak orang yang menerima pesan itu langsung kaget! Bagaimana bisa terus nanti dia akan mengabari sang majikan untuk menyampaikan pesan informasi terbaru itu Bisa-bisa dirinya ikut melayang di dunia ini.

"Bodoh, apa yang terjadi?! Cepat temukan sebelum nyawamu melayang".

' "sepertinya kabur tuan, akan saya temukan secepatnya".

"Kerahkan anggota sebanya munkin. HARUS KETEMU".

' "Baik Tuan"

Tap!

Tap!

Ceklek..

"Sialan. MAX!! dimana kau.."

Ian sampai di kamar Ravel lalu pertama kali yang dia lihat kosong adiknya tidak ada. Bagaimana bisa adiknya tidak ada di kamar padahal baru saja dia sampai secepat mungkin bahkan pantauan sebelumnya itu baik-baik saja andai dia tidak ikut acara sialan itu mungkin bisa menjaga adiknya secara langsung. Ian sebelumnya sudah mengebut di jalan menuju mansion tapi tetap saja dirinya telat. Ravel tidak ada entah kemana bahkan max ikut mencari tanpa ngasih informasi apa yang terjadi.

"Tuan muda, Max sedang pergi mencari tuan kecil" bodyguard yang jaga baru tiba menyampaikan informasi"

DOR

---------------

# Di jalan

Seorang anak lai-laki berjalan sendirian di jalanan yang gelap hanya ada lampu kendaraan yang berlalu lalang itupun tidak banyak jalanan ini sunyi. Dia Ravel, mengenakan baju tidur lalu sandal rumahan di balut kaos kaki. Pakaiannya tak cukup melawan udara dingin yang menusuk di tengah malam. Kedua tangan dia letakan di dada, mencoba mencari kehangatan, sementara nafasnya terlihat jelas menandakan dia sedang kedinginan karena membentuk embun tipis di udara.

Meski ini pertama kalinya dia pergi tengah malam apalagi kondisi seperti ini yang dingin hebat, langkahnya tetap terus maju, menunjukan tekad untuk mencapai tujuan tempat berlindung yang hangat sementara sampai gelap berubah jadi siang kalau dirinya berhasil tidak di temukan.

Ravel dirinya marah terhadap sang keluarga yang selalu memaksa akhirnya dia memilih keluar jalan-jalan saja entah bagaimana keberuntungan dia bisa berhasil pergi dari sana, lagian mereka tidak memperdulikan dirinya yang meninggalkannya semuanya.

"bisa gak sih milih keluarga?" Tanya omongan asalnya kepada diri sendiri karena dia mengira saat ini memang sendirian yang terus menelusuri jalan.

Sedih juga vote atau yang baca menurun...

Buat yang baca dengan support kasih vote+komen+follow makasii banyakkk

Next Up kalau sudah 470 vote.
Klik Bintangnya!!!
Happy new year gays , lebih awal hhe

RavelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang