Vote 1k mana? Yang baca lebih tuh.
Happy reading
Terimakasih sudah baca, vote dan komen🫶🏻
___________________________________________"Tuan kecil, Anda dipanggil untuk menghadap Tuan Besar," kata Rico.
Ravel yang mendengar ucapan Rico langsung merasa gelisah. Bagaimana ini? Dia takut.
El mengetahui maksud Rico menghadap sang Daddy pasti berarti hukuman akan diberikan kepadanya.
Namun, Ravel memilih untuk mengabaikannya ketika melihat Mommy menghampirinya di meja belajar.
"Mommy! El sudah selesai mengerjakan tugas sekolah. Sekarang ayo kita buat cheesecake!" serunya dengan antusias.
"Benarkah? Kalau begitu, ayo kita ke dapur, Sayang."
"Ay-"
"Sebelumnya, maaf, Nyonya. Saya ingin memberitahukan bahwa Tuan Kecil dipanggil oleh Tuan Besar di ruang kerja," potong Rico sebelum El sempat menjawab ajakan ibunya.
Megan menatap putranya yang menunduk sambil menggenggam tangannya erat.
"Sayang, lebih baik kamu temui Daddy dulu, ya. Setelah selesai, baru kita buat cheesecake," bujuk Megan dengan lembut. Ia tidak ingin Vincent semakin marah jika putranya menolak.
"T-tapi Mommy sudah janji. Tidak baik mengingkari janji, kan?" Ravel bersikeras.
"Maafkan Mommy, Sayang. Mommy hanya takut Daddy semakin marah karena kejadian tadi."
"Mommy bantu El bicara sama Daddy! Kita kan sudah ada janji!" El tetap bersikeras.
Megan menghela napas. "Baiklah. Rico, bilang pada Vincent bahwa hari ini El sudah ada janji denganku untuk membuat cheesecake."
"Tidak bisa!"
Suara berat tiba-tiba terdengar. Vincent masuk ke kamar Ravel dengan wajah datar. Dia sudah menunggu lama, tetapi putranya tidak kunjung datang. Karena Rico terlalu lamban, ia memutuskan untuk datang sendiri.
"Hiks... mau sama Mommy... hiks," El langsung bersembunyi di balik tubuh Megan, menggenggam erat baju ibunya saat melihat Vincent.
"Bertanggung jawablah atas perbuatanmu, Ravel. Jangan menghindar seperti itu. Cepat ikut Daddy!"
Vincent mencengkram pergelangan tangan putranya yang bersembunyi.
"Mas, tung-"
"Diam, Megan. Tenang saja. Aku tidak akan menyakiti putra bungsu kita, hanya ingin membuatnya jera."
"Hiks... hiks... gak mau... mau Mommy... hiks... lepas..." Ravel menangis tersedu.
"Cukup!"
Vincent tetap menarik putranya, mengabaikan tangisan dan permohonan itu.
---
Vincent membawa Ravel ke gudang tempat di mana ia sebelumnya pernah mengurung Rico. Ia tahu betul apa yang akan terjadi.
Ya, ia akan dikurung di sana, dalam kegelapan.
Ravel membenci tempat gelap, apalagi ruang tertutup tanpa cahaya sedikit pun. Ia takut. Ia percaya dengan hal-hal mistis karena kakak-kakaknya sering menakut-nakutinya dengan cerita hantu.
"D-Dad, jangan hukum Ravel, ya... please... hiks..."
"Daddy... Ravel minta maaf... jangan hukum Ravel... hiks..."
Ravel semakin berontak ketika mereka hampir sampai, tapi Vincent tidak peduli. Ia tetap menyeret anaknya ke dalam gudang.
"Diam dan tahan sebentar. Jangan menangis atau berteriak, ini kedap suara, jadi percuma."
Setelah mengucapkan itu, Vincent menutup pintu dan menguncinya.
Ravel ketakutan di dalam ruangan gelap itu. Ia menangis tanpa henti, tubuhnya gemetar.
Di tempat lain, Liam anak sulung Vincent menatap ayahnya dengan ekspresi tak setuju.
"Dad, ini sudah lebih dari tiga puluh menit. Kau mengurung Ade terlalu lama. Berikan kuncinya!"
Vincent terdiam. Biasanya, ia hanya mengurung Ravel kurang dari tiga puluh menit. Kenapa kali ini ia lupa waktu?
Tanpa membuang waktu, Vincent bergegas menuju gudang.
Saat tiba di sana, ia melihat Megan menangis di depan pintu dengan ekspresi panik.
Vincent segera membuka kunci pintu.
"Ravel! Hey, ini Daddy! Maafkan Daddy!"
"Sayang!"
"Ade!"
Namun, tidak ada jawaban.
Ravel terkulai lemas di lantai. Matanya sembab, wajahnya memerah akibat terlalu lama menangis. Tubuh kecilnya tidak bergerak. Ia masih sadar, tapi hampir kehilangan kesadaran sepenuhnya.
"Panggil Hary! Cepat!"
Hary adalah dokter pribadi keluarga Ananta.
---
Setelah diperiksa, Hary memberi penjelasan.
"Ravel mengalami trauma. Imunnya semakin lemah karena stres berlebihan. Ia mungkin sering mengalami hukuman ini, tapi kali ini berbeda. Ia terlalu takut hingga tubuhnya tidak bisa menahan tekanan."
Megan menatap semua orang di ruangan itu, terutama Vincent.
"Jangan lakukan ini lagi," suaranya bergetar. "Aku tidak setuju dengan hukuman seperti ini. Jika ingin mendisiplinkan anak, carilah cara lain! Jangan membuatnya trauma seperti ini!"
Megan tidak bisa melupakan kejadian tadi.
Ravel sempat bangun, tapi tidak bisa dikendalikan. Ia ketakutan, menangis, dan bergumam tak jelas sebelum akhirnya pingsan kembali.
Dan Vincent tahu-kali ini, ia telah melakukan kesalahan besar.
Done.
Begitulah 😕Vote 1k mana?, yang baca lebih tuh

KAMU SEDANG MEMBACA
Ravel
General FictionWelcome my story hanya di Wattpad. Jangan lupa Follow, Vote and Komen. ~R A V E L ~ 🐣on going🐣 Perkenalkan Ravel Prince Ananta, dia hidup di tengah keluarga yang selalu mengekang dirinya berupa aturan. Apapun itu untuk mempertahankan dia demi keb...