2 bulan kemudian.
Para murid tengah mengikuti upacara, Minggu ini giliran kelas dua belas yang menjadi petugas upacara dan Lingga kebagian menjadi pemimpin upacara, sedangkan Bintang? Gadis itu tak jadi apa pun, malah kini tampak berdiri di barisan belakang karena kurang suka terlihat oleh banyak orang, meski sang kekasih sedang menjadi pemimpin upacara.
Bintang mengikuti kegiatan upacara dengan seksama, namun saat UUD dibacakan, penglihatan gadis itu tiba-tiba saja mengabur, kepalanya pun terasa sangat sakit. Tubuhnya mendadak tak seimbang dan hampir jatuh kalau saja anggota OSIS yang berjaga di belakang tak menangkapnya.
"Eh eh eh, kenapa, Kak?!" tanya anggota OSIS itu dengan panik.
"P-pusing," jawab Bintang lemah.
"Oh, ayo, Kak, saya anter ke UKS."
Anggota OSIS dengan name tag Bimo itu langsung memapah Bintang menuju UKS, tentu diiringi tatapan penasaran dari para murid juga guru, termasuk Lingga yang langsung mengerutkan dahinya.
Setelah mengantar Bintang ke UKS, Bimo langsung pamit melanjutkan tugas, sedangkan seorang anggota PMR tampak membuatkan teh untuk gadis itu.
"Gak kuat berdiri ya, Kak?" Anggota PMR dengan name tag Sindy bertanya pada Bintang, yang hanya dibalas oleh deheman karena terlalu lemas untuk membuka mulut.
"Ini tehnya ya, Kak. Kakak istirahat aja sampe badannya enakan, nanti saya bilangin ke wali kelas Kakak," ujar Sindy dengan senyum tipisnya.
"Makasih," balas Bintang sembari mengambil segelas teh manis hangat, lalu meminumnya sedikit.
Setelahnya, Sindy kembali ke tempat duduk semula, sedangkan Bintang pun menaruh teh hangat itu ke nakas lalu berbaring dan menyelimuti dirinya. Kepala Bintang masih terasa pusing, perutnya juga terasa mual. Entah apa yang terjadi padanya, tapi Bintang memutuskan untuk tidur.
*
"By, udah mendingan?"
Suara lembut dari Lingga menyapa Bintang yang baru saja membuka mata, gadis itu tertidur sampai bel istirahat berbunyi.
"Lingga ... jam berapa ini? Aku ketiduran, ya?" Bintang mencoba bangkit dan Lingga langsung membantunya.
"Jam setengah sepuluh," jawab Lingga, "Iya, tadi pas upacara selesai aku langsung ke sini, tapi kamu tidur."
Bintang tampak membuang napas, wajahnya terlihat pucat, membuat Lingga khawatir. Apalagi saat telapak tangan lelaki itu menyentuh pipi dan dahi Bintang yang terasa hangat.
"Badan kamu anget, By, muka kamu juga pucet. Aku anter pulang aja, ya? Kamu istirahat di rumah, kalau dipaksain sekolah takutnya malah parah," tutur Lingga dengan khawatir.
Bintang hanya diam, tengah merasakan tubuhnya yang memang terasa tidak enak. Badannya hangat, tapi dia merasa kedinginan. Benar kata Lingga, kalau dipaksakan mungkin dia akan pingsan dan membuat repot orang-orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiwala 2024 ✓ | Proses Revisi
Romance(n) Percaya _________________________________________ ❝𝑼𝒏𝒊𝒗𝒆𝒓𝒔𝒆 𝒘𝒐𝒓𝒌𝒔 𝒊𝒏 𝒂 𝒎𝒚𝒔𝒕𝒆𝒓𝒊𝒐𝒖𝒔 𝒘𝒂𝒚.❞ "Ga, aku sayang sama kamu, semoga di kehidupan selanjutnya, kisah kita berakhir bahagia. I love you, Lingga. Always." ~ Bintang...