5 bulan kemudian.
"Kita beneran pindah ke Indonesia, Bun?" Zio bertanya saat sang ibu sedang memasukkan berkas-berkas ke dalam koper beserta tumpukan pakaian mengelilingi.
"Iya, Zio mau, ‘kan?" Bintang menatap putranya dengan senyuman.
Zio mengangguk kencang. "Mau dong! Zio seneng kalau beneran mau pindah, lagian di sini gak seru," ucapnya.
Bintang mengerutkan dahinya. "Kenapa gak seru?"
Zio terdiam, menatap Bintang dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "Tapi Bunda jangan marah, ya?"
Mendengar itu membuat Bintang waswas, tapi ekspresi wajahnya menunjukkan sebaliknya. Dia tersenyum. "Janji!" ucapnya.
Zio menatap Bintang lama kemudian berkata, "Di sekolah temen-temen selalu dianterin sama ayahnya, sedangkan Zio cuma dianterin Bunda."
Pupil Bintang membesar, lalu ia berpindah duduk ke samping Zio sembari merangkulnya. "Zio gak di-bully sama mereka, ‘kan?"
Zio langsung menggeleng. "Nope, mereka baik. Cuma Zio suka iri aja."
Bintang menatap sendu, dia tidak tahu harus bicara apa. Alhasil, Bintang hanya memeluk Zio dengan mata berair. Dia tahu, sangat tahu kalau Zio pasti penasaran perihal keberadaan sang ayah, tapi Bintang tak bisa mengatakannya.
"Bunda minta maaf, ya. Maaf karena gak bisa nurutin semua keinginan Zio," ucap Bintang dengan suara serak.
Zio langsung melepas pelukan itu dan menatap Bintang. "Bunda nangis? Zio minta maaf, Zio gak akan bahas itu lagi. Bunda jangan nangis ya, Zio gak mau Bunda sedih," katanya seraya menghapus butiran bening yang mengalir di pipi Bintang.
"Besok kita pindah ke Indonesia, Zio udah pelajarin kurikulum yang ada di sana, ‘kan? Apa masih ada kendala?" tanya Bintang, takut-takut sang anak masih memiliki kendala.
"Enggak kok, Bunda tenang aja. Zio udah siap buat ngadepin kurikulum di Indonesia!" kata Zio dengan sangat percaya diri.
Bintang tersenyum, lalu mengacak rambut Zio. "Pintar, kalau gitu Zio istirahat, ya. Besok kita flight jam 6 pagi."
"Oke, selamat malam, Bunda!"
───── 𝑻𝒊𝒘𝒂𝒍𝒂 ─────
"Zio udah tidur?" Ajeng bertanya saat Bintang memasuki dapur.
"Udah, Bintang baru beres packing. Mama sama Ayah udah selesai? Gak ada yang ketinggalan, ‘kan?" tanya Bintang memastikan.
Ajeng yang sedang melap gelas tersenyum. "Udah, Mama belum tua-tua banget sampe udah pikun."
Bintang terlonjak. "Ih, Mama! Bukan gitu, takut beneran ada yang ketinggalan aja. Soalnya ‘kan jauh Indo-Aussie."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiwala 2024 ✓ | Proses Revisi
Любовные романы(n) Percaya _________________________________________ ❝𝑼𝒏𝒊𝒗𝒆𝒓𝒔𝒆 𝒘𝒐𝒓𝒌𝒔 𝒊𝒏 𝒂 𝒎𝒚𝒔𝒕𝒆𝒓𝒊𝒐𝒖𝒔 𝒘𝒂𝒚.❞ "Ga, aku sayang sama kamu, semoga di kehidupan selanjutnya, kisah kita berakhir bahagia. I love you, Lingga. Always." ~ Bintang...