"Ga, kamu masih marah?" bisik Bintang ke dekat Lingga, mereka tengah mengerjakan esai di buku paket Sejarah, dan guru laki-laki sedang duduk di depan.
"Lingga," panggil Bintang dengan suara pelan, "Tadi Rangga beneran cuma tanya soal buku."
"Sejak kapan tanya buku sambil pegang-pegang?" gumam Lingga dengan jutek, dia tampak fokus mengerjakan soal dengan tangan kiri menopang dagu.
"Tadi aku mau jatuh karena ambil buku di rak atas, jadi dipegangin sama dia," balas Bintang, "Kamu juga pergi ke mana sih, Ga? Kenapa gak nemenin aku, kamu kan tahu aku pendek."
Lingga memutar bola matanya, lalu berkata dengan pelan, "Gak usah deket-deket Rangga lagi, apalagi sampe kontak fisik, aku gak suka."
Bintang sontak tersenyum. "Iya, Linggaku sayang," ucapnya dengan nada seperti bayi, hal itu membuat Lingga menoleh padanya.
"Kalau nggak, nanti aku gigit," balas Lingga tanpa suara, kemudian kembali fokus pada buku paketnya karena guru mereka terlihat bangkit dari kursi dan berjalan menghampiri satu-persatu meja.
Bintang pun langsung menahan senyum, dan mulai mengerjakan esai yang baru ia kerjakan satu. Untungnya hanya ada lima esai, meski sub esainya sangat banyak, tapi Bintang masih punya waktu.
"Lima menit lagi, ya!" ucap sang Guru Sejarah, yang membuat jantung beberapa murid di sana berdegup kencang.
Bintang pun tampak ngebut menulis jawaban, Lingga yang menyadari itu langsung menurunkan tangan kirinya, memberikan contekan pada sang kekasih. Bintang mengucapkan terima kasih dengan suara kecil, lantas menyalin jawaban Lingga dengan kekuatan seribu tangan.
*
"By, jadi ke toko buku gak nanti?" tanya Lingga seraya membuka tutup botol minuman berkafein milik Bintang, supaya kekasihnya itu tak perlu repot lagi.
"Jadi, langsung berangkat aja nanti, sambil main, Ga, terus cari Cafe yang bisa buat belajar," kata Bintang sembari menggigit mini pancake dengan selai blueberry, makanan ini sedang tren di kalangan anak sekolah.
"Oke! Kalau gitu aku ke bawah dulu," pamit Lingga yang hendak bermain voli dengan teman-temannya.
Bintang hanya mengangguk sambil fokus pada jajanan yang tadi ia beli. Sekarang sedang jam istirahat kedua, dan biasanya agak lama. Pun Lingga memilih bermain voli di lapangan bersama Gema dan lainnya. Sementara, anak-anak perempuan ada yang jajan seperti Bintang atau menghabiskan waktu dengan bermain ponsel.
"Lo ..., gue ..., end!"
"Lo ..., gue ..., end! Hahaha."
Bintang menoleh menatap kumpulan siswi yang sedang menyerukan kalimat tren, ‘lo, gue, end’ entah dari mana datangnya kata-kata itu, tapi semua murid ramai menggunakannya. Bintang sendiri bukan tipe orang yang terbawa arus, jadi dia tak pernah menyerukan kata-kata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiwala 2024 ✓ | Proses Revisi
Romansa(n) Percaya _________________________________________ ❝𝑼𝒏𝒊𝒗𝒆𝒓𝒔𝒆 𝒘𝒐𝒓𝒌𝒔 𝒊𝒏 𝒂 𝒎𝒚𝒔𝒕𝒆𝒓𝒊𝒐𝒖𝒔 𝒘𝒂𝒚.❞ "Ga, aku sayang sama kamu, semoga di kehidupan selanjutnya, kisah kita berakhir bahagia. I love you, Lingga. Always." ~ Bintang...