21. Kisah Mereka Berakhir

27 4 0
                                    

"Lingga, Papi udah berhasil bicara sama Satrio, kita adain negosiasi nanti sore di hotelnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lingga, Papi udah berhasil bicara sama Satrio, kita adain negosiasi nanti sore di hotelnya."

Lingga tampak membuang napas dengan lega ketika Angga memberi kabar tersebut. Meski, dirinya sedang dilanda galau sebab Bintang marah dan mendiaminya tiga ini, tapi dia tetap senang, karena setidaknya ada kabar baik yang datang dari masa lalu.

Obrolannya dengan sang papi kala itu mengenai Rangga yang perlu membayar atas semua yang terjadi kepada Bintang dan keluarganya, Angga bersedia melakukan segala cara supaya Rangga mendapatkan hukuman yang setimpal, dan Lingga harap, setelah ini Bintang bisa hidup dengan tenang.

Lingga tahu, bahwa sampai sekarang Bintang masih menyimpan luka atas kejadian 10 tahun lalu, meski wanita itu bilang dia sudah mengikhlaskan semuanya. Namun, Lingga akan pastikan bahwa semua orang yang terlibat akan merasakan hukumannya.

───── 𝑻𝒊𝒘𝒂𝒍𝒂 ─────

"Selamat sore, Pak Angga," sapa Satrio seraya berjalan menghampiri Angga dan memberikan jabat tangan.

"Sore," balas Angga dengan ekspresi datar seraya menbalas jabat tangan tersebut, dia lantas melihat ke belakang Satrio dan tak mendapati kehadiran Rangga di sana.

"Lingga, ya?" ucap Satrio seraya menunjuk Lingga, kemudian menjabat tangannya.

Lingga hanya mengangguk seraya menbalas jabat tangan itu dengan senyum tipis. Kemudian, Satrio mempersilahkan mereka duduk di sofa yang tersedia. Satrio memesan ruangan VVIP di salah satu hotel di Distrik Selatan untuk pertemuannya dengan Angga karena tak ingin diketahui oleh pihak mana pun.

Sementara, Lingga yang tak ingin berlama-lama langsung angkat bicara. "Kedatangan kami ke sini ingin meminta pertanggungjawaban atas perlakuan putra Anda sepuluh tahun yang lalu, Pak Satrio," jelasnya.

Satrio menoleh dengan tawa kecilnya. "Nak Lingga, santai saja. Kita belum pesan makan dan minum, 'kan?" balasnya.

"Saya datang ke sini bukan untuk itu. Jadi, tolong jangan membuang waktu," timpal Lingga dengan wajah serius, membuat Satrio langsung terdiam.

Angga lantas mengambil alih obrolan. "Pak Satrio, saya yakin Anda sudah mendengar rekaman yang saya berikan. Jadi, bagaimana keputusannya? Kami tidak ingin mengulur waktu."

Satrio menatap dua orang di depannya bergantian, lalu menyandarkan punggung ke kursi dengan gestur tubuh yang angkuh. "Pak Angga, saya pikir masalah ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Anda, bahkan dengan perusahaan Anda. Lantas, kenapa Anda harus repot? Jangan biarkan permasalahan anak-anak mengganggu kesejahteraan perusahaan kita," tuturnya.

Lingga yang mendengar itu tampak mendecih, sedangkan Angga langsung membalas, "Masalah ini menyangkut putra saya, Pak Satrio. Perempuan yang telah Rangga lecehkan adalah kekasih dari putra saya, dan kami sangat menyayangkan atas sikap Anda 10 tahun lalu kepada perempuan itu dan keluarganya."

Tiwala 2024 ✓ | Proses Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang