28. Wavering Kiss

11.1K 1.4K 493
                                    

Aku nulisnya nahan malu dan geli sepanjang ini. Kalau gak diramein kolom komennya bakal hibernasi seminggu nanti😭

Happy reading, siapkan mental.








"Emangnya siapa yang suruh kamu pergi?"

Ibunya...

Mamanya.

Rieke.

Ami mendesau lalu lamat-lamat melirik Nadiem yang sedang bebersih. Pukul satu dini hari sekarang, mereka baru saja selesai menyulap ruangan biasa saja ini menjadi tempat Kanaya besok akan merayakan ulang tahun ke tujuh-nya. Cantik sekali, Nadiem mendapat referensi di internet dan berhasil mereka tiru. Didominasi warna pink, berhiaskan balon, pita, boneka-boneka kecil, rumbai-rumbai, bunga-bunga, lampu hias, Kanaya besok pagi pasti kaget lalu memekik senang.

Ami sudah bisa membayangkan dan dadanya penuh akan letupan bahagia.

Akhirnya ya, Nak ... sama Papi.

Besok pasti cantik banget pake dress princess.

Kembali lagi memandangi Nadiem, lelaki itu kini sedang memvakum karpet. Tidak ada yang meminta, Ami tidak menyuruh ataupun melarang. Dia biarkan saja karena toh, tubuhnya betulan lelah. Ami bahkan belum tidur sama sekali, belum istirahat karena seharian tadi orderan membludak.

Sembari merebah miring di sofa, Ami pindai si pria. Dari atas ke bawah, bawah ke atas, bawah lagi ke ... tengah.

Gara-gara kegiatan jorok tadi Nadiem harus mengganti celana panjangnya dengan yang pendek begitu. Tapi lumayan, Ami dapat pemandangan kaki yang jenjang dan kekar.

Buset tapi beneran dia gagah banget sekarang, pikirnya tak kalah melalang buana.

Duh, pasti staminanya juga mantep.

Kuat, gagah, perkasa, kayak namanya booook!

Pengin peluk-peluk lagi...

Eh, tapi katanya kalo badannya keker gitu tititnya menciut bener nggak, sih?

Noooo, black mamba, kamu belum ketemu lagi sama Mamih, boy....

"Lihat apa?"

Nadiem menegur, Ami gelagapan. Bangun dia sambil pamer cengiran.

"Udah?" tanyanya walau dari mata seharusnya sudah tahu jika Nadiem berhasil menyulap lantai yang berserak tadi jadi kinclong begini. "Mas mau langsung pulang?" sambungnya saat melihat Nadiem meletakan sapu di sudut ruangan.

"Iya, lumayan nanti dapet tidur dua jam," jawab pria itu sambil menyeka keringat. "Puanas, Ami."

Dini hari loh padahal tapi sudah segini gerah. Nadiem belum memasang AC di ruangan ini, baru yang di kamar. Katanya sih tiga hari ke depan tukangnya baru ke sini. Kipas angin? Meh, serasa cuma tiupan mulut.

"Buka aja dong kaosnya, udah basah gitu."

Nadiem melirik, tersenyum— Ami tidak tahu senyum apa itu namanya.

"Udah mau pulang."

"Bentar dong, duduk dulu ngeringin keringet sama ambil napas. Duduk sini," Ami bergeser memberikan Nadiem sisi kosong untuk pria itu duduki.

"Gini doang tapi capek juga yah."

Nadiem mengangguk-angguk, menegak air di botol merah jambu milik Ami lalu menyambar satu bungkus kecil permen mint. Mulutnya sudah kerasa tidak enak karena belum merokok beberapa jam—sejak petang tadi seingatnya.

Ain't Your DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang