12. Begin Again

9.4K 1.1K 313
                                    

Haiiiii, kemarin ku pikir enggak pecah telur, ternyata tadi pagi lihat dan targetnya udah kecapai. Tapi aku baru sempet matengin draft nya malem ini. Maaf yaaa.

Agak panjang nih, dan perhatiaaaaan!
‼️🚨 ada bahasan dewasa yang cukup intens. Dari awal cerita ini udah aku kategorikan ke dewasa kok tapi, jadi aku nggak mau denger kalau ceritaku bawa dampak buruk ke bocah (kayak yg aku dapet di cerita sebelah) karena sejak awal yg aku targetkan ya orang dewasa. Soooo, bijak ya teman-teman.

Dan harap maklum, Mami Ami ini emang cewek paling kenes di universe nya Elop. Lebih lebih dari Mamih Julay lapak sebelah malah.

Happy readingggg!






Malam gerah, seperti biasanya. Beberapa hari ini Ami dibuat bimbang antara membeli AC atau menyimpan uangnya saja untuk tambahan biaya sekolah Nai. Sebetulnya jika dibilang kekurangan, ya ... tidak juga. Ami sungguhan masih punya tabungan tiga digit dari Nadiem dahulu. Dan serius, dia tidak memakainya atas alasan apa pun selain untuk Kanaya.

Punya anak itu mahal dan walau sudah Ami ajak putrinya untuk hidup susah, dia tetap ingin supaya besarnya nanti Kanaya mendapat kemudahan, memiliki privilese untuk berjalan mengambil apa yang dicita-citakan. Kecilnya sih sesekali ngempet dulu tak apa. Ya, kan?

Dan kalau ditanya, kenapa uang itu tidak diinvestasikan saja? Atau dibuat modal usaha? Sayangnya Ami tidak berani mengambil risiko. Sejauh ini cuma tabungan gajinya dari Niken saja yang dia investasikan ke emas. Pokoknya uang dari Nadiem dahulu dia ibaratkan seperti benda antik yang tak pernah dibuka apalagi dijual.

Memandangi Niken dan Kanaya yang tidur di karpet sambil saling peluk—malam ini Niken menginap sebab subuh-subuh nanti mereka masih harus mengemas puluhan paket—Ami berjalan pelan dan duduk di sofa yang agak jauh dari mereka.

Tadi Ami baru saja mengotak-atik tabletnya yang biasa dipakai Kanaya menggambar dan memasukkan kartu sim lawas zaman saat bersama Nadiem dahulu. Tentu saja setelah dia reaktivasi. Kurang kerjaan memang, amat sangat kurang kerjaan. Ami juga tidak tahu pasti alasan dia bertingkah polah konyol begitu.

Nostalgia, mungkin?

Perempuan yang lipstiknya masih merah menyala karena belum sempat bebersih itu mengkloning aplikasi pesan online dan memasukkan nomor lawasnya. Berhasil! Beruntung sekali dahulu Ami mencadangkan semua riwayat pesan.

Ada cukup banyak pesan dari para kenalannya dahulu namun Ami tak hirau. Ibu jarinya sibuk menggulir mencari nomor Nadiem. Cukup jauh, mungkin karena terakhir mereka berkabar adalah saat masih menjadi suami istri. Ah, lebih tepatnya tidak pernah lagi saling mengirim dan berbalas setelah pertengkaran hebat di masa lalu. Jadi walau masih sah sebagai pasutri pun, mereka sudah tidak berhubungan kecuali untuk membicarakan perihal perpisahan.

Setelah beberapa detik, napas Ami tertahan begitu dia membaca kontak bernama Papi Sayang yang terhimpit di tengah-tengah.

Memakai ibu jari, Ami menyentuhnya dan langsung muncul ruang obrolan yang terasanya seperti sudah terlalu lama.

Mon, 20 Jan 20xx

Sayang udah makan belum?
Masak apa? Atau mau dibeliin?
Kamu sama Nai lg ngapain?
Sayanggg
Alhamdulillah mobilnya Pak Tito laku, Mas dikasih bonus lumayan, nanti Mas kasih ke kamu semuanya
Buat jajan aja, yg buat dapur Mas cariin lg nanti
Pengin ngajak kalian makan di luar tapi masih PPKM, bahaya juga buat kalian terutama Nai
Mas belanjain aja ya ke supermarket, nanti malem kita bikin hotpot gmn?
Sayangku ke manaaa?
Udah mandi belum?
Kasih foto cantiknya sama Nai

Ain't Your DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang