8. Peek a Boo!

9.9K 1.1K 414
                                    

Aku putusin buat satuin dua bab aja biar enak enggak kepotong soalnya tbh agak nanggung. jadi di sini ada 4k words yaaa. Panjang nih. Makasih buat keantusiasan anak-anak mamiiiih! Kiss muah dari Mami Ami💅🏻💋💄

Aku nggak janji apa besok bisa up, tapi boleh nggak nih minta 300 komen??? Ramein yaaaa!

Selamat membaca...









"Digigit nyamuk?"

Serius Nadiem reflek saja waktu bertanya begitu saat sekilas melihat bintik kemerahan di lengan putih Lesya yang terbuka. Dan dia sungguh menyesal karena akibatnya, mereka semua langsung terdiam.

"Hehehehehe..." Lesya tertawa renyah dan manja. "Nggak pa-pa kok, Pak. Emang kulitku agak sensitif."

"Kapok. Salah sendiri malem-malem pake sleeveless," Asti menimpal agak sinis. Bisa jadi sedikit iri melihat Lesya yang seolah diperhatikan oleh Nadiem, si bos idola mereka bertiga.

Ya tidak heran sebetulnya. Lesya adalah yang tercantik dan memangnya manusia mana yang tidak suka dengan yang cantik-cantik?

Apalagi kata simbok yang bekerja dengan Nadiem, mantan istri pria itu juga seksi, cantik paripurna, lalu centil dan manja. Bisa jadi mirip dengan Lesya, boleh dibilang kalau mungkin tipe Nadiem memang yang seperti itu.

"Gugup tadi Nyuk pas denger tabrakan. Langsung lari keluar lah."

"Aku malah goreng nasi langsung tak tinggal waktu denger Bu Nanik teriak. Kenceng buanget kirain ada kebakaran malah," adu Rifki. Karyawan termuda di kantor mereka itu menidurkan kepala pada meja lesehan yang ada di tengah. Dia yang paling tengil memang

"Lha terus gimana nasib nasinya? Udah kon matiin belum kompornya?" tanya Rindang sambil meraih otak-otak di piring.

"Heh, otak-otaknya bayar sendiri itu, Rin!"

"Eh—" Rindang tampak terkejut lalu meringis, sadar jika mereka di sini karena ditraktir oleh Nadiem, jadi tidak seharusnya melunjak, kan?

"Ambil aja, habisin," tapi Nadiem adalah bos pengertian, bahkan dia yang memulai mengambil lalu meminta mereka untuk melakukannya juga.

"Tak matiin lah, disemprot Bu Nanik nanti aku. Serius, akhir-akhir ini Bu Nanik guuuualak pol! Aku kan pernah waktu itu masak tak tinggal—"

"Mbak, dompetnya jatuh!"

Rifki berhenti bicara, mereka berenam menoleh pada jalan gang di mana seorang perempuan berhoodie putih baru saja lewat. Sesuai ucapan Lesya, seongok dompet tergeletak di tengah-tengah jalan yang kemungkinan memang milik perempuan tersebut.

Termasuk juga Nadiem, posisinya yang berada di pinggir dan menghadap tepat pada jalan membuatnya matanya tidak melewatkan sosok itu, apalagi saat dia mendengar Rifki berbisik.

"He, itu kayak mbak ruko depan situ," lirih Rifki yang hanya didengar oleh mereka.

Makin-makin rasa penasaran Nadiem ingin tahu bagaimana wujud sosok yang akhir-akhir ini jadi primadona para anak buahnya itu.

Si perempuan akhirnya berbalik, wajahnya tidak terlihat karena sengaja ditutup dengan hoodie. Kedinginan, kah? Tapi malam ini rasanya agak gerah. Sosoknya berjongkok dan mata Nadiem masih tidak terlepas. Terlihat oleh matanya bagaimana ia tampak sedikit kerempongan membawa semua barang di tangan kanan sementara yang kiri memegangi kerah hoodie.

Hingga tak lama saat perempuan itu kembali berdiri, tanpa sengaja netra keduanya bersiborok. Tidak lama, sungguh, tak sampai tiga detik, dengan pencahayaan yang kurang pula.

Ain't Your DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang