38. Tears Do Talk

8.1K 1.4K 446
                                    

Apa— bagaimana— apa alasan yang bisa Nadiem pakai?

'Itu kutang aji-aji buat nakutin tuyul biar nggak nyolong duit cash ku'

'Aku beli CD murah di olshop eh seller-nya salah kirim tapi males retur'

'Itu punyanya Mbok Tuti nggak sengaja keangkut pas aku ambil cucian'

Yang terakhir sudah tentu jangan, kasihan Mbok Tuti dan Erlangga bisa jadi akan makin curiga lalu berpikiran macam-macam.

Tapi, apa? Bagaimana?

Bloook, guoblok! Nadiem memaki-maki dirinya sendiri. Ceroboh dan serampangan bukan main. Kepercayaan diri membuktikan pada Erlangga jika sekarang ia adalah lelaki lurus justru berakhir gagal total dan menceburkannya ke jurang penuh duri.

Sial sekali. Hari sial nyentrik yang tidak tertulis di kalender. Jadi, Nadiem mana bisa bersiap?

"Yak apa? Kamu ngamen a di lampu lalin dress up kayak banci? Nyanyi-nyanyi gitu, makanya nyimpen BH?"

Anj

Nadiem masih belum berkutik, dipandanginya bra krem pastel yang kini terongok di sampingnya setelah tadi Erlangga melempar dengan wajah dongkol luar biasa.

"Jawab lah, Diem. Astagfirullah ... lanang waras mana yang nyimpen BH di kamar? Jadi kamu pernah bawa cewek ke sini? Ke kamarmu?"

"Nggak!" Nadiem cepat-cepat mengelak dari tuduhan. Seumur-umur dia pindah dan membeli rumah di Surabaya, tidak pernah dia memasukkan perempuan ke dalam kamar meski saat dia masih berhubungan dengan Danila, atau bahkan ... Ami sekali pun. Tidak pernah, Nadiem tidak mau mengotori kamarnya dengan hubungan haram karena dia berpikir jika suatu saat ... istrinya akan tidur di sini setiap hari.

"Terus buat apa? Nggak mungkin kan kamu pakai ini buat masturbasi? Gila kon! Langangan opo—"

"Astagaaa! Enggak," agaknya tuduhan yang tadi sungguh merobek harga dirinya sebagai lelaki berwibawa. "Aku nggak serendah itu, asal ngomong aja!"

"Teruuuus?"

"Itu— aku beli. Dari tokonya Ami."

"Hah?"

Sudah kepalang basah, mau bagaimana? Bagaimana bisa dia bilang jika tidak sedang bermain-main di air padahal orang lain sudah melihatnya kebasahan?

Pada akhirnya, ya sudahlah, Nadiem memilih mengaku.

"Ami? Mantan istrimu?"

Wajah syok Erlangga membuatnya mendengus pelan. Nadiem yakin sekali, kakak iparnya itu pasti memekik edan edan edan dalam hati.

"Ami punya toko. Online. Jualan baju sama underwear. Niatku buat bantu beli, itu aja."

"Shiiit, Maaaaan!" ciamik sekali Nadiem akhirnya jadi orang pertama yang membuat Erlangga misuh-misuh setelah sekian bulan lamanya. "Coba kamu lihat wajahku, kelihatan kayak orang percaya apa enggak?"

"Ya terserah. Mau percaya terserah. Enggak ya terserah. Nggak ada yang maksa. Aku jujur, nggak pernah aku masukin cewek ke sini, dan Ami betulan punya olshop sama temennya. Jual begituan."

"Tapi kenapa kudu BH?"

"Random aja semua ku beli. Ku kasih lagi ke dia sama temennya. Yang itu ketinggalan."

"Astaga!"

Erlangga menggeleng-geleng frustasi campur tak habis pikir. Streesssss! Dia tak sekaget itu, semenjak Savitri bilang jika Ami juga berada di Surabaya, Erlangga sudah menduga kemungkinan terburuk keduanya kembali bertemu.

Ain't Your DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang