Alice in Neverland - Chapter 13

3 0 0
                                    


Alice in Neverland

# Chapter 13



Setelah bermalam di kota kelinci coklat, Alice kini memulai perjalannya lagi. Ia terus berjalan ke arah timur, sesuai dengan arah matahari yang mulai terbit. Cahaya pagi itu menyilaukan sehingga Alice mengangkat tangannya untuk melindungi matanya.


Langit pun mulai terlihat ceria, perlahan terbangun dari mimpi malamnya yang tenang. Warna lembayung ungu yang menghiasi langit malam berangsur pudar ditimpa semburat warna jingga yang lembut. Sungguh menggoda seperti warna gulali.


Alice terus berjalan hingga akhirnya ia menemukan dirinya berada di depan sebuah tebing coklat. Perbatasan antara kota kelinci dengan ladang gandum madu yang berwarna kuning keemasan seperti bunga dandelion.


Alice ingin sekali melewati batas wilayah kelinci coklat, tapi ia tidak berani tiba-tiba melompat ke rumpun gandum yang mungkin saja tidak selembut yang terlihat.


Matahari yang berwarna jingga semakin tinggi di langit. Udara mulai terasa panas dan batu coklat yang menjadi pijakan Alice mencair. Alice pun meluncur jatuh menuruni tebing coklat yang telah luruh itu.


Angin yang bertiup sepoi tiba-tiba menerbangkan serbuk-serbuk gandum madu yang berada di ladang. Serbuk-serbuk gandum itu mengenai Alice dan...


Ajaib.


Sebuah sayap tipis seperti serpihan pasir terbentuk di punggung Alice. Kini ia dapat terbang dan tidak perlu terperosok jatuh ke rumpun gandum madu itu.


Alice melayang, terbang mengikut ke mana angin yang bertiup mengajaknya pergi. Peri gandum; para peri kecil kurang lebih tinggi tubuhnya 30-35 cm yang tinggal di ladang gandum madu pun mulai keluar. Mereka mulai menari untuk memanen biji gandum yang mulai kering. Biji-biji gandum itu berterbangan di sekitar peri yang memanennya. Seakan mengikuti ritme dari para peri, biji-biji gandum itu menari di udara.


Mereka memanen tanpa mempedulikan Alice, atau mungkin tidak melihatnya karena kini Alice tidak lagi terbang dan berada di antara sekian banyaknya rumpun gandum yang tingginya melebihi 2 meter.


Ketika salah seorang peri yang baru keluar dari rumahnya memergoki Alice yang berada di tengah pesta panen mereka, peri itu berteriak dan membuat nyaris semua peri yang ada di situ terkejut dan mereka terdiam. Lupa akan tugasnya.


Biji-biji gandum panenan mereka yang tadinya mengekor menuju gudang gandum sekarang terhempas dari barisan ritme dan berhamburan ke angkasa. Alice buru-buru memberi tahu para peri untuk kembali melakukan pekerjaannya sebelum semua biji gandum yang lepas dari ritme itu kabur.


Namun tampaknya peri-peri itu tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Alice. Maka untuk memperjelas maksudnya, Alice mulai menyenandungkan nada lagu 'When you wish upon a Star' dari film Pinnochio yang dihafalnya sambil menangkap biji-biji gandum yang berterbangan.


Para peri nampaknya mengerti maksud Alice dan mereka kembali melakukan pekerjaannya memanen biji gandum. Hingga kira-kira tengah hari, barulah pekerjaan mereka selesai. Alice pun diundang untuk makan bersama dengan mereka. Karena telah membantu mereka memanen gandum.


Biarpun Alice tidak tahu apa yang mereka bicarakan tapi ia bisa merasakan kebahagiaan mereka. Sebagai hadiah, peri-peri itu memberi Alice sebungkus biji gandum madu itu.


***

Alice - Di antara dua waktu yang berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang