Being Free # Part 4

6 0 0
                                    

Seseorang menepuk pundakku ketika aku sedang terlarut di dalam pesona lautan bintang di planetarium mini kelas XIS4. "Hai, kamu suka bintang...?" tanyanya ramah, sekedar berbasa-basi.


Pemuda yang kurasa murid kelas itu adalah orang pertama yang menyapaku di acara ini. Ia memiliki wajah yang manis dan ramah. Rambutnya cepak dan rapi.


Aku tersenyum membalas sapaan dan pertanyaannya, "Ya." Jawabku singkat lalu kembali memperhatikan lampu-lampu di sekelilingku.


"Kamu tahu nggak, kalau bintang-bintang ini membentuk rasi-rasi bintang." Ia mulai memberikan penjelasan sambil menggerak-gerakan tangannya. "yang ini rasi bintang Orion. Dia adalah Pria yang gagah dan berani, dan ia mencintai dewi Diana. Diana juga memiliki perasaan yang sama dengannya, sayangnya Apolo, kakak Diana tidak setuju sehingga ia mengirimkan kalajengking raksasa untuk menguji Orion. Orion memang berhasil mengalahkan kalajengking itu, tapi ia juga meninggal. Tapi karena Diana sangat mencintai Orion, ia lalu menjadikan Orion bintang di langit agar ia dapat terus mengingatnya."


"Wah, cerita yang bagus." aku memberi komentar atas penjelasannya.


"Di sini juga masih banyak rasi bintang lainnya, ada rasi bintang Cygnus yang berbentuk angsa. Nih, coba kamu bayangkan 4 bintang yang berjejer ini adalah leher dan badan angsanya lalu bintang yang paling besar itu adalah kepalanya lalu kumpulan bintang-bintang lainnya sekitar 4 bintang itu adalah sayapnya." ia melanjutkan penjelasannya sambil menggerak-gerakkan tangannya.


Aku memandanginya dengan kagum sambil mengikuti ke mana arah telunjuknya. Mencoba membayangkan apa yang akan terbentuk dari bintang-bintang itu.


"Iya..., bener, aku bisa melihat angsanya." Jawabku kemudian.


Pemuda itu memandangku tidak percaya, mungkin aneh baginya jika melihat seorang gadis belia sepertiku tertarik pada hal-hal yang nggak 'manis' dalam kamus para perempuan. Tapi lalu tersentak setelah aku menepuk pundaknya dan menanyakan ada apa.


"Oh ya, kita belum kenalan. Kayaknya nggak enak kalau ngomongnya aku-kamu melulu... hehe... Namaku William." ujarnya sambil mengulurkan tangan.


Ragu..., kurasa sangat. Tapi kayaknya tidak ada masalah deh jika aku berkenalan dengannya, memang dia akan melakukan apa padaku...?? Lagipula ia terlihat baik kok...


"Aku Alice..., senang berkenalan dengan anda..." sahutku sopan lalu membalas uluran tangannya.


William tersenyum lalu kembali menjelaskan tentang rasi bintang itu. Melihat aku yang serius pada penjelasannya, pemuda itu jadi lebih bersemangat memberikan penjelasan padaku. Ia mengajakku berpindah ke sisi tembok yang lainnya. Di sisi itu ada 12 rasi bintang, seperti yang diketahui orang-orang sebagai zodiak. Hal ini sangat menarik bagiku. Biarpun beberapa kali aku sempat mengerutkan kening saat membandingkan garis-garis yang menghubungkan bintang-bintang itu dengan bentuk asli yang kuketahui.


Banyak pengunjung yang datang dan banyak juga yang pergi, tapi aku masih asyik di tempat itu, sibuk mendengarkan penjelasan William dan memprotesnya sekali-dua kali.


"Kelas kalian hebat banget yah bisa punya ide bikin bintang-bintang kayak gini. Selain indah ada gunanya juga buat pengunjung." Aku memuji disela penjelasan William.

Alice - Di antara dua waktu yang berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang