Being Free # Part 2

2 0 0
                                    

Setelah cukup jauh dari kamar Violet, kutengok jam dinding yang terpasang di lorong. Jarum pendeknya menunjuk ke angka satu dan jarum pendeknya berada di antara angka tiga dan empat.


Aku masih punya banyak waktu sampai jam 5 nanti. Apa yang kulakukan yah...?? Rencanaku untuk menemui Violet batal. Padahal aku sudah merencanakan untuk mengajak Violet ke perpustakaan. Kata penjaganya kemarin, hari ini ada buku yang baru dikirim. Tapi aku tidak begitu mood kalau pergi sendirian ke sana.


Apa aku melakukan kunjungan ke setiap ruangan saja yah untuk mencari teman baru...?? Ah tidak. Aku malas melakukannya karena tidak sedikit dari mereka yang bersikap tidak bersahabat ketika aku datang dan mengajak mereka bermain. Menurut mereka aku anak yang aneh.


Padahal waktu kecil dulu, mencari teman tidak sesulit sekarang, mereka malah merasa senang ketika kuajak ke taman atau bermain bersama di ruang anak-anak. Tapi banyak dari temanku itu yang sudah keluar dari rumah sakit dan sebagian lainnya...


"Mati."


Langkahku terhenti ketika suara itu menyahuti pemikiranku. Siapa...??


Hal itu terjadi lagi. Kali ini seluruh lorong tempatku berada membeku. Aku masih terus berjalan mencoba mengenyahkan semua hal yang tidak wajar itu. Mencoba mencari seseorang yang bisa kuajak berbicara dan mengatakan padaku kalau ini adalah khayalanku belaka.


Tapi tidak ada seorang pun di lorong. Padahal aku ingat dengan jelas beberapa detik yang lalu masih ada banyak orang di lorong itu.


Langkah kaki. Aku mendengarnya ada seseorang selain aku disini. Di mana dia...?? Namun aku tidak perlu mencarinya karena orang yang kumaksud itu kini berdiri di depanku. Aku tidak dapat melihatnya secara jelas, tapi aku dapat melihatnya tersenyum.


"Kamu juga akan ikut dengan mereka...."


"Apa maksudmu...??"tanyaku padanya. Biarpun aku tidak diperbolehkan bicara dengan orang asing, aku harus bicara dengannya. Karena hanya ia yang bisa aku ajak bicara di sini. Dan perkataannya selanjutnya membuatku tersentak.


"Kau akan mati dan kau akan menemaniku..."


Ia sama dengan yang waktu itu ada di kamarku. Instingku langsung menyuruhku menjauh darinya, dan itulah yang kulakukan. Aku berlari secepat yang aku bisa. Berlari dan terus berlari sampai paru-paruku terasa sakit, sesak karena sulit untuk menghirup oksigen di tempat yang dingin seperti ini.


"Kamu tidak bisa lari dariku..."


Ia tiba-tiba berada di hadapanku lagi. Aku tersentak dan mulai mundur selangkah-demi selangkah hingga aku menabrak elevator yang ada di belakangku.


Ia semakin mendekat padaku yang jatuh terduduk di depan elevator. Es yang menutupi lantai kini merembet pada kakiku. Hawa dingin itu kembali memasukiku dan membuatku kedinginan seperti waktu itu.


"Kau akan bersamaku..." Sosok itu berkata lagi sambil menyentuh daguku, tangannya terasa panas sekali ketika ia menyentuhku sama seperti waktu itu.

Alice - Di antara dua waktu yang berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang