Wish # part 3

5 0 0
                                    

"Kamu tidak apa-apa Alice-chan?"tanya Alice-sama.


Aku membuka mata, dan aku menemukan diriku melayang dan tidak menyentuh tanah, tidak seperti ketakukan yang tiba-tiba masuk ke dalam pikiranku tadi. Tapi aku yakin tadi ada seseorang yang memanggilku. Aku seperti pernah mengalami kejadian ini. Ketakutan ini. Tapi tidak bersama Alice-sama. Ingatan dari waktu yang lama, lebih lama dari yang bisa kuingat.


"Alice-chan...??" masih dengan tatapannya yang kosong, lantunan namaku yang Alice-sama sebutkan menginterupsiku. Meminta jawaban apakah aku baik atau tidak.


Aku kalut, tapi aku tidak dapat mengatakannya pada Alice-sama. Entah mengapa aku merasa tidak dapat berbagi hal ini dengannya. "Aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja" aku buru-buru menjawab sebelum Alice-sama mulai menanyaiku mhal-hal yang akan membuatku semakin bingung untuk menjawabnya.


Alice-sama menyentuh lenganku. Tangannya dingin, dan memang selalu dingin.


Sebelum Alice-sama sempat berbicara sepatah kata pun, aku langsung mengomentari apa yang dilakukan Alice-sama tadi. "Alice-sama, apa maksudmu dengan mendorongku tadi?"


Ia tersenyum. Dan itu membuatku takut. Tanpa sadar aku melangkah mundur satu langkah, mencoba menciptakan sedikit jarak diantara kami berdua. Tapi tidak ada gunanya. "Aku hanya ingin sekedar memacu adrenalin-mu..."jawabnya ringan dengan suaranya yang setipis kapas.


Sebelumnya Alice-sama tidak pernah melakukan ini. Ia mungkin sering memberiku kejutan diluar dugaan, tapi tidak membuatku takut seperti hari ini. "Jangan lakukan itu lagi." ucapku yang kurasa seperti gonggongan anjing galak yang memperingati setiap orang yang lewat untuk tidak menyentuhnya.


"Kenapa Alice-chan?", ia menyentuh rambutku yang panjang sebahu, menariknya sedikit hingga helai-helaian rambut hitam lurus itu jatuh dengan perlahan dan kembali ke tempatnya.


Aku mengernyitkan dahi, kurasa memang itu yang kulakukan. "Kau membuatku takut."


Alice-sama hanya tersenyum lagi menanggapi perkataanku. Hari ini ia terlalu banyak tersenyum, dan semua itu membuatku merasa tidak nyaman. Tidak, jika ia tersenyum dan membuatku takut.


Tangan Alice-sama kini bergerak, dan dalam satu gerakan lembut, dari tangannya muncul sebuah gulali. Ia kemudian memberikan gulali itu padaku. "untukmu."


Biarpun kadang Alice-sama membuatku takut, ia selalu bisa membuatku kembali tersenyum sedetik kemudian. Aku pun meraih gulali itu tanpa ragu dan mulai memasukan sebagian kecilnya dalam mulutku. Manis.


"Jadi... mari kita lanjutkan..."Alice-sama kembali berucap, Ia lalu menggenggam tanganku dan kami pun memasuki sebuah pusaran yang berwarna-warni. Menuju tempat yang lain, waktu yang lain. Dunia sihir Alice-sama...

***



#Author's Note:

Chapter yang ditulis pakai full italic artinya bagian lampau. Hope you enjoy the roller--coaster timeline of the series.

Alice - Di antara dua waktu yang berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang