D-Day # Part 2

3 0 0
                                    

Sesampainya di gerbang sekolah aku mengedarkan pandangan ke kiri dan kanan, mencari gadis itu. Kumohon, semoga ia belum pulang, tolong Tuhan, pertemukan aku dengan dia. Ah, itu dia!


"Alice!"panggilku yang bertepatan dengan "Wendy!" seorang siswi sekolahku menghampiri gadis itu. Gadis yang berdiri di depan gerbang dengan topi beret putih itu berbalik, aku dapat melihat wajahnya. Ia manis, rambutnya tatapan matanya juga mirip, tapi Ia bukan Alice, hanya perawakannya saja yang serupa tapi tidak sama.


Bukan Aliceku.


"Peter!"aku langsung membalikkan badanku saat Ariel yang berlari mengejarku menarik tanganku.


Dibelakang Ariel, Will terlihat ngos-ngosan sambil menunduk mencoba mengatur napas ketika ia berhenti di dekatku. "Loe mau ngomong apa sih, Ter?".


Aku menunduk lalu mengalihkan pandanganku pada langit sore yang kini mulai berubah warna menjadi lembayung lembut - mencoba tidak menatap mata siapa pun dari kedua di hadapanku. Aku tidak mau mereka melihat kebimbangan dalam sorot mataku, "Nggak kok, bukan apa-apa," jawabku pelan.


Ariel tampak tidak puas dengan jawabku. "Aneh, kok loe tiba-tiba mau ngomong hal yang penting sama sepupunya Will?".


Aku langsung memotong sebelum Ariel menyelesaikan kata-katanya "Dia, sepupu loe Will?" tukasku, terkejut dengan penjelasan Ariel yang diluar perkiraanku.


William memandangku sekali lalu beralih pada Ariel lalu kembali kepadaku. "Ng..., iya emangnya kenapa?" jawabnya yang kini melempar pertanyaan kembali padaku.


Aku langsung merasa terpuruk. Jatuh lagi, setelah berharap yang terlalu tinggi. Itu tidak mungkin Peter.


Ariel sepertinya bisa melihat sinyal tidak beres dari keadaanku sekarang, "Peter, loe pernah ketemu sama sepupunya Will sebelom ini?".


Eh? Aku menengok pada Ariel, aku rasa pandanganku meredup, tidak lagi bersemangat seperti sebelumnya, "Pernah..." ujarku lirih yang kurasa tidak akan terdengar oleh Ariel dan William.


"Apa?" Ariel bertanya meminta aku mengulang jawabanku sekali lagi.


Kini aku menatap mata Ariel. Cukup aku harus berhenti mencari Alice..., "Tidak, baru kali ini."


William menatapku bingung, sementara entah mengapa aku melihat kerlingan senang di mata Ariel. Sepertinya ada suatu hal yang membuatnya senang jika aku tidak mengenal Alice yang manis itu.


Ariel langsung melingkarkan tangannya di lenganku dengan manja. "Tentu saja. Mana mungkin loe pernah ketemu Alice, dia kan baru pulang dari luar negeri ya'kan Will?"cewek ini berkomentar lalu menarikku agar ikut dengannya memasuki festival sekolah kami.


Alice sekolah di luar negeri yah, aku rasa memang benar. Ia bukan Alice yang aku cari. Tidak mungkin Aliceku bisa pergi sampai menyeberangi lautan. Dulu, mau jalan-jalan keluar rumah sakit saja tidak boleh oleh kedua orang tuanya. Apalagi sampai ke tempat yang jauh seperti itu.


Tapi Alice yang ini boleh juga..., ia sama-sama manis seperti Alice yang dulu dan lagi ia memang mengingatkanku pada Aliceku. Mungkin sudah saatnya aku mencari cinta yang baru...


Aku menyikut William yang berjalan di sampingku."Eh Will, loe punya sepupu semanis itu, nggak pernah bilang-bilang sama gue!"


William tersenyum iseng, "Ya, nggaklah nanti dia digangguin ma trio buaya... hehe" celotehnya sambil cengengesan.


"Maksud loe..." kulirik William sinis, yang ditanggapi senyum darinya.


"Yah siapa lagi, selaen loe Albert dan Miko..." ulasnya santai, lalu langsung menghindar ketika akan kujitak kepalanya. Sial apa maksudnya nih anak... "Lagian 'kan kasian partner lo kalau loe nyari-nyari cewek laen." Tambahnya sambil menggerakan dagunya ke arah tanganku yang digandeng Ariel.


Refleks aku langsung melepaskan tangan Ariel yang melingkar di lenganku. Ariel sendiri tidak protes, padahal sentakan tanganku itu cukup kasar, ia malah diam sambil menunduk.


Aku yakin wajahku pun pasti sedikit memerah karena malu - terlambat menyadari klo sudah beberapa saat sejak Ariel melingkarkan tangannya di lenganku. Lagian Will ada-ada aja menyebut kami partner - technically tidak salah, karena kami partner duet untuk penutupan festival sekolah. Tapi diluar kerjasama di atas panggung, tidak ada perasaan berlebih yang membuatku memiliki ketertarikan lain pada sosok bernama Ariel ini.


Mungkin omongan William sedikit mempengaruhiku karena aku jadi lebih menyadari keberadaan Ariel dan berusaha menjauh darinya. Nggak! Pokoknya aku cuma suka Alice. Biarpun aku akan mulai mencoba merelakannya..., tapi kenapa juga aku harus ikutan blushing nggak jelas?


"Ckckck, bukannya balik malah asyik pacaran dia..." satu suara memberi komentar yang membuat kupingku makin panas. Benar-benar cari gara-gara nih orang... Loe...


Aku siap mempersembahkan tinjuku yang ternikmat pada siapapun yang berani berbicara tadi, tapi seketika aku menggantinya menjadi senyum melas begitu melihat yang berbicara itu adalah...


"Loe kabur ke mana aja hah...??"Albert langsung mencecarku - bagian kedua.


Kali ini aku hanya bisa berdiri mematung, tidak bisa membalas serangan Albert dengan kata-kata yang mematikan. Aku hanya berharap seseorang membawaku kabur dari sini di saat begini.


"Eh mana sang Putri?" Miko pun menimbrung dan untungnya hal ini menyelamatkanku dari cecaran. Albert jadi ikut celingak-celinguk dan sepertinya lupa pada pembicaraan semula. Ada untungnya juga ada Miko di saat begini.


"Udah pulang" sahut William yang langsung mengubah pendapatku tentang ada baiknya ada Miko.


Miko menatap kesal kepadaku. Sepertinya ia marah karena buruannya - yang sudah kucicipi - sekarang kabur. "Lord Peter, kau harus bertanggung jawab, karena akibat tingkah kurang ajarmu itu, sang Putri jadi pergi meninggalkan pestaku. Kau harus membayarnya dengan nyawamu!" selorohnya dengan nada yang mengerikan. Ia gelap mata.


Aku benar-benar takut dibuatnya, serasa jadi kerdil di depan raksasa jahat itu. Lari!!



***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alice - Di antara dua waktu yang berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang