Star in My Heart # part 4

4 0 0
                                    

Aku segera mengetik sebuah komentar untuk menanyakan mengenai kue coklat chip yang pernah kuterima dari Alice yang kukenal. Aku sangat berharap Alice yang menulis blog ini memang Alice yang kukenal.


Sepertinya Alice sedang online, karena ia membalas komentarku lima menit kemudian.



Maksudmu??

Jimat penghilang rasa sakit??

Bagaimana caranya??

Sepertinya tidak...



Sayangnya, jawaban Alice ini bukan seperti yang aku inginkan. Benar. Ia memang bukan Alice yang kukenal. Karena kalau ia memang Alice yang kukenal ia pasti mengenali pernyataanku tentang jimat kue coklat chip. Aku memang kecewa, tapi inilah kenyataannya. Aku tidak mungkin bertemu Alice lagi.


Tidak akan bisa.


Aku harus melihat Alice ini sebagai Alice yang ini dan bukannya mencari Alice yang dulu pada dirinya. Lagipula kemungkinan anak perempuan berusia 15 tahun bernama Alice itu banyak. Realita jika ada Alice yang tinggal di rumah sakit pun bisa saja ada banyak. Bukan hanya Alice itu.


Dan aku juga tidak seharusnya terus mencari Alice. Sekarang sudah hampir 8 tahun sejak terakhir kalinya aku melihat Alice. Harusnya aku mulai melupakan Alice dan hidup dengan melihat ke depan... Aku yakin pasti itu juga yang Alice inginkan dariku. Maafkan aku Alice...




"Peter. Apa cita-citamu?" Alice bertanya padaku.


Aku menengok padanya. "Aku..., aku mau jadi pemusik. Supaya aku bisa menghibur orang lain."jawabku


"Oh...," gadis kecil itu mengangguk-angguk "Aku yakin kamu pasti bisa jadi apapun yang kamu mau. Kamu harus semangat yang mengejar cita-citamu." Alice tersenyum padaku sambil mengangkat jari kelingkingnya, "Janji..?".


"Janji" sahutku lalu mengaitkan jari kelingkingku pada jari kelingkingnya.




Aku kembali teringat janjiku dengan Alice. Ya. Aku harus bisa berhenti mencari Alice. Tapi aku tetap bisa menjadikan Alice sebagai semangat hidupku karena biarpun Aku sudah tidak bisa bertemu dengan Alice, ia selalu ada di dalam hatiku.


Setelah meyakinkan diri, aku kemudian membalas komentar Alice dengan mengatakan tidak ada apa-apa, aku hanya teringat saja pada temanku dan sekarang aku akan kembali latihan untuk acara pensi besok.


Memang itu yang kulakukan. Aku berjalan keluar dari Aula dan menemui Albert dan Miko. Setelah meminta maaf telah membuang-buang waktu karena masalah pribadi, kami melanjutkan latihan.


***


"Wah bagus!"seru Ariel begitu masuk ke dalam aula saat istirahat kedua. Ekspresi kagum yang dibuatnya terasa terlalu berlebihan untukku.

Alice - Di antara dua waktu yang berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang