Being Free # Part 7

4 0 0
                                    

Tawa kami pada tingkah Albert terhenti melihat kedatangan gadis dengan rambut panjang sepunggung itu. Keempat pemuda itu langsung memperhatikan gadis yang baru datang tadi.


"Ada apa El?" tanya Peter. Biarpun gadis itu terlihat cukup dekat dengan Peter, namun dari nada bicaranya aku menangkap nada tidak suka pada kehadiran gadis itu di situ saat itu.


Gadis itu masih berusaha mengatur nafasnya sehabis berlari. "Itu..., orang dari perusahaan rekaman yang janji mau ngebicarain kontrak dengan kalian, ada di depan aula. Kayaknya ini penting banget. Mungkin masalah kontrak kalian." Ujarnya dengan napas yang masih tersengal-sengal.


Peter langsung menyahut, "Bisa nggak loe minta dia tunggu sebentar. Gue lagi nemuin teman gue nih..." yang langsung mengubah raut wajah gadis itu - yang tadinya sumringah menjadi tidak suka. Ia sepertinya tidak menyukai kata-kata yang diucapkan Peter tentang 'teman'.


Miko pun ikut-ikutan mengeluarkan pernyataan mengenai situasi di tempat itu "Benar sekali Lady Ariel, bisakah kita meminta counselor itu menunggu sebentar. Karena kami sedang menjamu sang putri." Sepertinya Miko masih tenggelam di dalam permainannya sendiri.


Hal itupun kontan ditanggapi Albert dengan tatapan serius padanya. "Udah Ko, jangan main lagi." Yang langsung di jawab dengan sebuah anggukan kepala dari Miko yang tetap saja tidak terlihat serius. Hanya sekedar menyiratkan 'Oke deh Bos. Tapi abis ini kita main lagi yah... hehe'.


"Ya udah, kita duluan yah..."Albert melambaikan tangan padaku dan William. Lalu tangan itu pun bergerak cepat dan langsung meraih lengan Miko untuk ikut bersamanya."Yuk Ter, Ko!" ajaknya.


Miko yang digandeng Albert dengan kuat, berusaha melepaskan diri. Ketika berhasil lepas, ia membalikkan badannya sekali untuk melakukan sebuah kiss-bye ke arahku lalu berkata "Nanti kita ketemu lagi yah, putriku..."


Aku dan William tertawa kecil saat Albert tidak mentolerir tindakan yang dilakukan Miko dengan menjewer sambil menyeretnya.


Sepertinya setelah menjewer Miko Albert menyadari suatu hal yang hilang. Ia pun berteriak " Peter, loe masih mau rekaman kagak sih!".


Peter yang masih berdiri di sebelahku memandang Albert dengan ragu. Sepertinya ia tidak begitu ingin beranjak dari tempatnya sekarang biarpun aku tahu ia sangat menginginkan rekaman itu. Ia lalu menatapku sejenak.


Kejadian selanjutnya sangat cepat. Peter tiba-tiba mendekat kepadaku lalu berbisik "Sampai nanti, Alice..." kemudian ia mengecup pipi kiriku. Aku dapat merasakan jantungku berdebar kencang, dan wajahku terasa begitu panas. Pasti sekarang warnanya sudah berubah menjadi merah seperti buah tomat. Ini pertama kalinya seorang laki-laki selain Ayah dan kakekku mengecup pipiku. Seharusnya aku merasa lebih kaget dari pada ini. Tapi entah mengapa rasanya biasa saja. Biarpun jantungku memang berdebar kencang. Seperti aku pernah mengalami ini sebelumnya. Seperti Peter memang pernah mengecup pipiku sebelumnya.


William, Albert, Miko dan gadis yang tadi memberikan pesan – Ariel – melongo. Keadaan terasa sunyi sejenak bagiku. Biarpun begitu aku bukannya marah pada Peter. Padahal apa yang dilakukan Peter itu cukup tidak sopan. Tapi aku tidak bisa marah atau kesal sedikitpun, malah senang. Hal yang ganjil bagi seorang gadis yang pertama kali dicium pipinya oleh orang yang bukan kerabatnya.

Alice - Di antara dua waktu yang berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang