12

123 24 1
                                    

“Untuk sementara Pasien istirahat dengan baik di rumah. Jangan terlalu kelelahan, sampai nanti hasil lab miliknya keluar.”

Jeongin menerima laporan kesehatan dari Dokter, ia membungkukkan badan sebelum keluar dari ruang Dokter,

Felix memang dilarikan ke rumah sakit, setelah petugas kesehatan tidak dapat memprediksi apa yang terjadi pada Felix.

Ada kemungkinan asam lambung yang naik, atau penyakit yang sedikit serius. Seharusnya sih tidak, karena gejala tidak muncul apapun pada Felix.

Jeongin cukup bersyukur, keadaan Felix sudah baik-baik saja. Dokter hanya meminta Felix istirahat yang banyak, jangan terlalu lelah beraktivitas sementara ini.

Felix yang tengah terbaring di atas brankar rumah sakit, menoleh ketika Jeongin membuka pintu. Senyumnya melebar, meskipun tampak pucat.

“Bagaimana kondisiku, tidak ada yang seriusan?” tanya Felix dengan suara pelan.

“Masih menunggu hasil lab, kemungkinan dalam dua atau tiga hari baru keluar. Tapi kata Dokter, kemungkinan besar hanya asam lambung saja.”

Felix dapat bernapas lega.

“Syukur deh, kalau cuman asam lambung.”

“Dokter minta kamu istirahat.”

“Kegiatan apa yang aku lakukan, sampai harus istirahat?”

Felix tidak bekerja berat, ia juga hanya mengikuti pembelajaran umum seperti biasa.

“Jangan memasak untuk Hyunjin.”

“Loh, kenapa?”

“Itu bikin kamu lelah, kamu pasti bangun pagi-pagi sekalian?”

Felix tersenyum tipis.

“Hanya lebih awal, tidak banyak memakan waktu.”

“Jam berapa kamu bangun?”

Felix berdehem, entah mengapa merasa enggan menjawab pertanyaan Jeongin. Dirinya yakin, Jeongin pasti akan memarahinya kalau tahu jam bangun yang ia miliki beberapa bulan ini.

“Felix.”

“Kenapa kamu ingin tahu?”

“Oh, kamu masih mau main rahasia denganku. Lihat saja, kalau ada apa-apa lagi, jangan harap meminta bantuan padaku!” jengkel Jeongin.

Felix meringis.

“Jam dua pagi.”

“Lee Felix!”

“Jangan berteriak b*doh.” Felix mendelik.

“Kamu tidak lupakan kita dimana?”

“Kamu, wah…kamu benar-benar bikin aku kesal sampai m*ti.”

“Eey, berlebihan sekali. Memangnya salah kalau aku bangun jam segitu. Masih tahap wajar kok.”

“Wajar darimananya Felix, jelas, jelas jam tidurmu sudah berantakan.”

“Sehebat apa sih Hyunjin, sampai kamu rela mengorbankan jam tidurmu.”

Jeongin bersedekap, ingin sekali memukul kepala kosong Felix. Memang yah orang yang sedang jatuh cinta itu buta, bisa dikatakan bodoh malahan.

“Hyunjin itu keren, aku rela melakukan apapun untuk mendapatkannya.”

Lihat, lihat bagaimana bodohnya Felix kalau sudah mengenai Hyunjin.

“Terserah, tapi untuk beberapa hari ini istirahat saja di rumah.”

Felix mengangguk patuh. Karena memang, tubuhnya terasa lemas. Ia harus istirahat dulu, sebelum melanjutkan aktivitas seperti biasanya.

Ultimul cadouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang