Felix membungkuk hormat, pagi itu ia berpamitan. Masih terbilang awal, matahari bahkan masih bersembunyi.
“Tidak pergi bersama Hyunjin saja, Nak?”
Felix menggelengkan kepala dengan senyum lembut.
“Tidak Bu, biarkan Hyunjin beristirahat lebih lama. Felix, harus kembali ke rumah. Mengganti seragam dan pergi ke sekolah.”
Ibu Hyunjin hanya mengangguk, mengizinkan Felix pulang.
“Terima kasih banyak, Bu.”
“Jangan sungkan, lebih sarung mampir ke sini.”
“Baik, Bu. Felix usahakan.”
Felix memeluk wanita paruh baya itu.
“Meskipun sebentar, Felix akhirnya merasakan bagaimana kasih sayang seorang ibu.”
Mata itu menyendu, Shin Eun Byul menangkup wajah Felix. Matanya berkaca-kaca, sepertinya baru tersadar. Kalau gadis cantik di depannya, anak yang kurang kasih sayang.
“Kamu gadis yang baik, Nak. Ribuan ibu menginginkan anak sebaik dirimu.”
Felix tersenyum.
“Terima kasih.”
Walaupun bukan ibunya yang menginginkan ia, Felix masih bersyukur ada yang peduli.
“Sampai bertemu kembali.”
Felix berpamitan, melambaikan tangan. Mengendarai sepeda motornya kembali meninggalkan rumah Felix. Sesuai janji, ini terakhir kali Felix mengganggu Hyunjin. Setelahnya ia akan fokus pada pengobatan.
Namun sebelum itu, ada sesuatu yang harus Felix urus. Ia harus melakukan segalanya sendiri, tanpa harus dokter meminta wali lagi padanya.
***
Felix masuk ke dalam rumah, rumah yang tampak sepi seakan tidak ada penghuni. Padahal asisten rumah tangga cukup banyak, berkeliaran membereskan rumah. Hanya saja, karena Felix yang tengah memiliki beban pikiran. Merasa segalanya sepi.
Felix naik ke lantai atas, membereskan beberapa hal. Butuh rencana yang matang sebelum melakukan perawatan.
“Dari mana, jam segini baru pulang?”
Langkah Felix terhenti. Berbalik, menemui Bang Chan bersandar di depan pintu kamar miliknya. Kamar Felix dan Bangchan Chan memang berada di lantai yang sama. Jadi, saat Felix kembali Bang Chan tentu bisa tahu dengan cepat.
“Menginap di rumah teman,” jawab Felix pelan. Sosok serius Bang Chan entah mengapa membuat tubuh Felix bergetar takut.
“Kamu mulai keluyuran keluar Lee Felix, tidak sedikitpun kamu bersimpati dengan Jisung yang terbaring di rumah sakit.”
“Apa Felix boleh menemui Jisung?”
“Ayah dan Ibu tidak akan membiarkan Felix datang menemuinya, bagi mereka Felix hanya pembawa sial.”
“Kamu memang seperti itu, andaikan bisa menjaga bicara dengan baik. Jisung akan baik-baik saja sekarang.”
“Kakak juga menyalahkan Felix?”
“Lantas siapa yang patut disalahkan.”
Felix tersenyum.
“Kalian terlalu fokus pada Jisung, sampai lupa kalau ada Felix yang membutuhkan kalian.”
“Kamu sehat.”
Felix terkekeh kecil.
“Kalau Felix sakit sekalipun, belum tentu ada empati.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Ultimul cadou
FanficRamalan itu mengatakan, kalau di antara Felix dan Jisung. Hanya akan ada satu orang saja yang bertahan hidup. Lantas siapa yang benar-benar bisa bertahan dengan baik, di antara si kembar ini.