(15)

294 33 7
                                    

"Kalian nemu dimana? ""Taufan yang nemu bang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian nemu dimana? "
"Taufan yang nemu bang.. "

Halilintar serius memperhatikan selembar kertas surat ancaman itu.
Blaze, Ice dan Taufan hanya diam dan memperhatikan kakak sulungnya itu berfikir keras.

"Hm.. Apa ini beneran? " tanya Hali.
"Gatau.. " jawab Blaze.

"Tapi bisa jadi sih.. " usul Ice.
"Wah, berarti Solar dalam bahaya! "

"Hm.. Kita coba ke rumah sakit sekarang.. "

.
.
. .
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari yang indah di sekitar rumah sakit tempat Solar di rawat.
Sudah 2 bulan Solar di rawat disana, dia sampai menganggap rumah sakit itu rumah keduanya setelah rumah nya.
Terlihat Solar dan Gempa yang sedang duduk di kursi taman rumah sakit itu dan menikmati angin segar yang ada di taman yang penuh dengan pepohonan hijau yang sangat enak di pandang oleh mata.

"Kak Gem, Solar boleh pulang kapan? " tanya Solar.

Gempa berfikir sejenak sebelum akhirnya tersenyum kepadanya.

"Kata dokter, 2 hari lagi.. "
"Yey! Solar gak sabar! "

Gempa hanya tersenyum melihat adik bungsunya itu yang girang.

"Rotinya di makan dulu ya? "
"Okee! "

Tanpa mereka sadari, ada 2 orang asing yang memperhatikan mereka dari jauh.

"Kita mulai? "
"Jangan, kita tunggu kakaknya pergi dulu.. "


Kedua orang itu menunggu sang kakak Solar yaitu Gempa untuk pergi dari Solar.

"Oh ya! Kak Gem mau ambil minum dulu, tunggu sini ya? "

"Oke kak"

Bingo! Kesempatan emas untuk kedua orang asing itu melancarkan aksinya.

Mereka perlahan berjalan menghampiri Solar dan—

GREP

Mereka menyekap mulut Solar agar dia tidak berteriak meminta tolong.

"HMPH! MHHPP!!! "

Solar berusaha memberontak agar terbebas dari sergapan orang asing itu, namun tidak berhasil.

"Ayo bawa dia.. "

Kedua orang itu membawa Solar yang masih meronta-ronta minta dilepaskan ke sebuah mobil hitam.

Gempa yang baru kembali membawa sebotol air pun terkejut melihat sang adik yang dibawa oleh orang asing.

"SOLAR! "

Gempa berlari mengejar mereka, namun mereka sudah lebih dulu menancapkan gas mobil dan melaju kencang.

Gempa terduduk lemas di tanah melihat mobil hitam yang membawa adiknya itu perlahan-lahan menghilang dari pandangannya.

Ia secepatnya meraih ponselnya dan menelfon Halilintar.

"Halo Gem? Kenapa? "

"A-ABANG! "

"kenapa Gem? "

"S-Solar.. D-diculik.. "

Deg

Sebuah berita buruk bagi Halilintar dan para adik yang sedang di sampingnya itu.

"APA?!! "

"SEBENTAR GEM! GUE KESANA SEKARANG! "

Tut.. Tut...

Gempa masih terduduk diam di tanah, badannya bergetar hebat, keringat dingin bercucuran dari dahinya.
Ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang.

"Ya Allah... Lindungi lah adik ku.. "

Kini Gempa menangis, ia merasa bersalah karena meninggalkan Solar sendiri saat itu.

Tidak lama kemudian, Halilintar dan yang lain datang dengan tergesa-gesa.


"Gempa! "

Hali menggoyang-goyangkan tubuh Gempa dan mencoba untuk menyadarkannya dari lamunannya.

"H-Hali.. "
"Gak papa Gem, kita cari sama-sama.. "

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Gelap, ruangan ini gelap.
Solar terikat, mulutnya di letakkan selotip agar tidak bersuara.

Menangis, itu adalah keadaan Solar saat ini.
Dia tidak tahu harus apa, dia tidak bisa kabur dari sini.

Suara langkah kaki terdengar mendekati nya.
Ada 2 orang yang kini berada di hadapannya.

"Oh.. Lo sudah bangun? "

Tangan salah satu dari mereka meraih wajahnya dan memaksa nya untuk menatap mata orang itu.
Mata yang memerah, dengan air mata yang mengalir deras di pipi nya.
Itu lah yang dilihat oleh orang itu.

"Heh, sangat cantik.. "
"Aku jadi ingin melakukan sesuatu... Seperti dulu.. "

Mata Solar membulat mendengar perkataan orang itu, dia tahu siapa orang yang ada di hadapannya ini.

Dia adalah.. —

Pelaku kejadian pelecehan Solar waktu itu...

TBC

Trauma? [Angst]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang