Kediaman Kailas sedang sepi, sebab hari ini merupakan hari libur nasional khusus untuk pekerja di rumah Kailas. Tetapi lain halnya Hanina yang menganggap ini adalah petaka.
Setelah berhasil mengacaukan momen Kailas dan Camilia, rupanya pria itu memiliki dendam dan berakhir Hanina disuruh membersihkan seluruh rumah. Apabila Hanina tidak melakukan pekerjaannya dengan becus, maka pria itu tidak akan segan mencabut segala fasilitas yang Hanina punya.
Maka di sinilah sekarang Hanina berada. Setelah menyapu halaman rumah yang luasnya minta ampun, Hanina beralih memegang pel. Netranya memindai sekitar ruang tamu, begitu luas bahkan sanggup membuat tulang punggungnya bergetar. Semoga setelah ini Hanina baik-baik saja.
"Semangat Hanina, buktikan bahwa otot-otot unyumu bisa mengerjakan ini semua." monolognya menyemangati diri sendiri.
Hanina mulai mengepel, hari sudah cukup terik, mungkin sekitar jam 11. Hanina yang saat itu hanya mengenakan hot pants dan crop top, berjalan ke sana kemari membersihkan lantai sementara rambutnya ia kepang di kedua sisi.
Tenang saja, tidak ada orang di rumah ini hingga Hanina cukup bebas berkeliaran dengan pakaian cukup terbuka.
Diiringi musik random yang ia putar melalui speaker, Hanina dengan semangat melakukan pekerjaannya. Kadang kala ia mengikuti alunan lagu lengkap dengan kepala yang bergerak ke sana kemari.
Hoo~ Makarena Makarena bala-bala ela-ela...
Makarena makarena omagon~
Kailas yang hari ini memiliki pekerjaan tidak banyak, sedikit menyerngit lantaran dari luar ia bisa mendengar musik beserta suara cempreng dari seseorang.
"Rumah lo, masih oke kan?" suara Rainand yang baru saja keluar dari mobil bertanya.
"Semoga." balas Kailas dengan suara yang mirip seperti gumaman.
Bukan hanya Rainand, Aiden, Naren, Camilia, serta Arian juga ikut. Mereka sepakat berkumpul di rumah Kailas atas usulan Aiden sendiri.
Katanya mumpung ada waktu luang.
Semuanya kompak berjalan memasuki rumah, sedangkan Kailas sudah menebak-nebak siapa pelaku yang telah membuat kebisingan di rumahnya itu.
Bara bere bara bara bere~
Kalo cintaku di bara bare~
Bata bete bata bata bete~
Punya doi enggak bara bere~
Kailas menghela napas berat saat pemandangan pantat Hanina yang bergeol-geol menyambutnya.
Gegas dia menghampiri sumber pengeras suara lalu mematikannya. Sontak atensi Hanina teralih, matanya mengerjap lalu sedetik kemudian melotot.
"Eh, siang Suamiku, ini kan belum jam 6." ujarnya sembari cengengesan. Pasalnya pekerjaan Hanina belum seperempat selesai, dia pikir Kailas akan pulang seperti di jam sebelumnya.
Seperti perkataan pelayan tempo hari.
"Terus?" Kailas bertanya sarkastik seraya bersedekap dada. Pandangan Kailas menurun, lalu mendengus. "Kerempeng sekali."
Sadar Kailas tengah body shaming padanya, Hanina tidak terima. Tetapi bukan Hanina namanya bila tidak pintar mengalihkan emosi.
"Masa sih? Yakin gak tertarik? Pantat bahenol seperti ini mana bisa didapatkan dari wanita lain. Lihat, bahkan di bagian sisinya sangat menggemaskan." ujar Hanina sambil mencondongkan badannya dan bergaya ala-ala perempuan sexy. Lagipula, Kailas itu berstatus suaminya, jadi meski malu, Hanina jelas berjuang untuk harga dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giona: Second Lead My Husband
FantasyDemi membantu kesulitan ibunya, Hanina-gadis yang belum lulus SMA itu terpaksa mengikuti saran sang ibu untuk bekerja di sebuah club. Lalu sebuah kecelakaan yang tak disangka menimpanya. Yang lebih mengejutkannya lagi, jiwanya malah nyasar di sebuah...