🔗02

7.7K 667 113
                                    

Hanina tak henti-hentinya menjedutkan kepalanya pada kepala ranjang setelah matanya terbuka dan malah mendapati dirinya berada di sebuah ruangan asing. Jelas dia tidak mengenali tempat ini hingga satu pemikiran muncul di benaknya.

"Nyonya,"

"Apa aku ada di rumah gigolo?" pertanyaan kontan Hanina jelas saja membuat seorang perempuan yang memanggilnya beberapa saat lalu itu mengerutkan keningnya.

"Nyonya bicara apa?"

Hanina menegakkan tubuhnya, lalu berjalan tergesa menghampiri wanita yang sejak kesadarannya mencoba mengajaknya berbicara.

"Mbok, kemana gigolo itu? Aku perlu bicara 4 mata padanya."

"Hah?" wanita yang di panggil Mbok itu jelas makin kebingungan. Sejak kapan juga istri tuannya itu memanggilnya Mbok? Padahal selama ini wanita itu kerap memanggilnya bibi.

"Mbok!"

Ceklek!

Pintu kamar terbuka menjadikan dua orang lainnya menoleh bersamaan. Atensi Hanina terpusat penuh pada sesosok pria yang berdiri dengan satu tangan masuk ke dalam saku celana. Sesaat mulutnya menganga, mengagumi ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna itu.

"Mbok, apa dia pria perkasa yang membeliku?" gumaman Hanina yang nyaris seperti bisikan itu beruntung masih mampu didengar oleh lawan bicaranya.

Sekonyong-konyong perkataannya itu jelas membuat wanita yang dipanggil mbok oleh Hanina terkejut.

"Dia Tuan Kailas Hander—suami Anda, Nyonya. Bagaimana mungkin suami Anda membeli Anda sendiri." balasnya juga ikut berbisik.

Hanina ber oh ria sebentar kemudian air mukanya berubah. Netranya jatuh pada pria yang senantiasa menatapnya lurus tanpa ada suara sepatah kata pun lalu setelahnya terkekeh.

"Hehehe, Suami? Hah~ kapan nikahnya?"

Brukh!

Hanina jatuh pingsan menyebabkan wanita yang ada di sampingnya memekik. Beda halnya raut pekerjanya yang khawatir, sebaliknya Kailas bersedekap dada lengkap dengan kedua alis menukik. Tidak ada itikad baik untuk membantu pekerjanya yang masih berusaha menggendong Hanina menuju kasur.

"Beritahu kalau dia sadar, agar tidak lagi menganggu pekerjaanku, Bi. Kalau tidak, maka aku tidak akan segan-segan melemparnya dari lantai tiga."

Setelah berujar demikian, Kailas berlalu pergi meninggalkan pembantunya yang diam membatu.

Malam harinya, Hanina baru membuka mata setelah bayangan mimpi dirinya kecelakaan muncul. Dan lagi, dia masih berada di ruangan yang sama, padahal Hanina berharap bahwa yang ia alami beberapa saat lalu hanyalah mimpi.

Aneh.

Hanina jelas mengingat secara detail detik-detik tubuhnya terlempar dari dalam mobil, seharusnya Hanina mengalami luka cukup parah. Tetapi sebaliknya, Hanina malah mendapati tubuhnya sehat bugar. Minus kepalanya yang di perban kecil.

Menghembuskan napasnya panjang, Hanina bangkit guna membersihkan diri.

"Selamat malam, Hanina."

"Sontoloyo!" Hanina refleks menjerit tatkala suara misterius terdengar. Matanya berpendar ke sana kemari dan dia tidak menemukan seseorang selain dirinya sendiri.

"Saya ada dalam pikiran Anda, Hanina."

Kembali suara itu terdengar hingga Hanina spontan memegang kepalanya. "Siapa?"

"Saya sistem yang telah membawa jiwa Anda masuk ke raga tubuh wanita ini. Sekarang Anda berada di sebuah novel berjudul Jerat."

Jerat?

Giona: Second Lead My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang