Brak!
Kailas membanting pintu mobil setelah pulang dari perusahaan Arian. Suasana hatinya sekarang ini begitu buruk, bahkan para penjaga takut berada didekat sang majikan yang terlihat tidak ingin diganggu.
Memasuki rumahnya dengan aura suram, netra Kailas malah menemukan sosok wanita berstatus istrinya tengah tersenyum lebar kepadanya.
Calon dudaku!!
Dengan langkah berlenggak-lenggok, Hanina dengan perhatiannya mengambil tas kerja Kailas. Bukan dirinya sekali.
"Suamiku, hari ini aku masak makanan favorit kamu. Dijamin bakalan syuuukaaa...."
Melihat perempuan yang tak segan menyeretnya itu menuju meja makan, Kailas jadi mengingat percakapan terakhirnya dengan Arian.
"Taraaa, aromanya lejat 'kan? Iya dong, Alaina Giona gitu loh yang masak." ujar Hanina dengan nada bangga seraya menarik Kailas untuk duduk. Hanina tidak menyadari bahwa sedari tadi Kailas tengah melamun. Barulah setelah suara piring beradu dengan meja menarik atensi pria itu.
Pandangannya turun pada makanan yang telah Hanina siapkan, dan sekali lagi itu menjadi pertanyaan di benak Kailas. Masih dengan pikiran kosong, Kailas meraih sendok dan secara perlahan memasukan suapan pertama dalam mulutnya.
Rasanya lumayan, entah istrinya itu beneran memasak atau para pelayan yang memasak.
Malam harinya, Kailas berdiri di atas rooftop rumahnya sedang bibirnya aktif menghisap benda nikotin yang ketiga batangnya ia habiskan.
Kepulan asap begitu terlihat jelas, dan itu juga dilihat Hanina.
"Piu~ Piu~ Cukurukukuk~"
Kailas melirik melalui sudut matanya setelah itu kembali abai. Pandangannya ia buang ke depan, tak peduli eksistensi Hanina yang berdiri di sampingnya.
"Ekhem, kayaknya Suamiku lagi galau. Camilia lagi ya?" Hanina bertanya sok akrab, ingin menghibur sejenak pria itu sebelum Hanina berbicara ke intinya.
Karena tidak mendapat tanggapan, Hanina kembali melanjutkan. "Cinta memang sesakit itu apalagi yang bertepuk sebelah tangan. Maka dari itu, kita yang hanya sebagai manusia biasa jangan terlalu menaruh harapan. Nanti jatuhnya makin sakit."
Ungkapan Hanina yang terkesan bijak itu hanya dibalas Kailas dengan dengusan dinginnya.
"Mending lo pergi, gue lagi gak mau dengar ocehan tidak bermutu lo." semburnya tanpa menatap sang lawan bicara.
Alih-alih tersinggung, Hanina menanggapinya dengan cengirannya.
"Sebenarnya aku di sini mau ngomong sesuatu. Pokoknya kabar gembira." ujar Hanina menggebu, rupanya itu mengambil atensi Kailas sepenuhnya terarah padanya.
Masih dengan menatap Kailas, Hanina memamerkan sebuah map coklat di depan wajah wanita itu.
"Di sini berisi kebahagiannya Suamiku, aku jamin setelah Suamiku lihat ini maka senyum merekah lima jari khas c*pt*dent akan selalu membuat calon dudaku terbentuk."
Mengambil sodoran map itu dari tangan Hanina, Kailas membukanya. Pandangannya meneliti sebuah dokumen dengan logo yang baru ia lihat tapi bukan berarti Kailas tidak tau instansi itu.
Kedua maniknya meneliti tulisan yang tertera di sana di mana cukup mengambil fokusnya.
Penggugat dan digugat.
Pandangannya kembali ia arahkan pada Hanina, dan senyum lebar perempuan itu menggambarkan kebahagiaan.
"Beberapa hari ini aku sudah mengurus berkas perceraian kita. Sulit sih, tapi bisa kok. Aku jadi penggugat dan kamu yang digugat. Semua sudah aku rancang, gimana? Udah gak galau lagi kan?" tanyanya dengan mata dikedip-kedipkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giona: Second Lead My Husband
FantasyDemi membantu kesulitan ibunya, Hanina-gadis yang belum lulus SMA itu terpaksa mengikuti saran sang ibu untuk bekerja di sebuah club. Lalu sebuah kecelakaan yang tak disangka menimpanya. Yang lebih mengejutkannya lagi, jiwanya malah nyasar di sebuah...