"Arian balik duluan ya?"
Pertanyaan itu meluncur dari bibir Naren yang sejak tadi melihat Camilia gelisah.
"Iya, katanya ada urusan mendadak." akunya setelah membaca chat Arian beberapa saat lalu.
Naren ber oh ria, setelahnya kembali menaruh fokus pada gadget di tangannya.
"Nanti pulangnya di anter mereka, kamu gak usah khawatir." seloroh Kailas yang sudah mengubah posisinya menjadi rebahan.
Tak lama sosok Aiden muncul sambil membawa minuman dingin yang ia beli dari kantin rumah sakit.
"Nih." Aiden menyodorkan minuman berperisa apel pada Camilia yang segera diterima perempuan tersebut. Tak lupa ucapan terimakasih ia ucapkan pada Aiden.
Keduanya asik bercengkerama saat pintu ruangan Kailas terbuka mengalihkan perhatian seluruh orang-orang dan rupanya Rainand.
"Kenapa lo?" pertanyaan itu meluncur dari bibir Aiden saat melihat cara Rainand yang berjalan ngangkang.
"Jatuh, mana sakit lagi." gerutunya mengambil duduk di samping Naren yang kini menatapnya.
"Kenapa bisa?"
"Yaa jatuh mana ada yang tau, kagak usah tanya-tanya dulu masih sakit ini." ujarnya sedikit meringis.
Menaikkan satu alisnya, Naren kembali menaruh atensinya pada benda elektronik yang sejak tadi menjadi teman akrabnya.
"Btw, Giona belum balik?" Rainand bertanya yang mana itu berhasil mengambil perhatian Kailas yang sibuk memikirkan sang istri sedari tadi.
"Belum tuh, keknya udah pulang duluan." jawab Aiden dengam bahu terangkat acuh. Tatapannya lalu jatuh pada makanan yang Hanina bawa untuk mereka, masih tersisa setengah. Itupun hanya Naren yang menyentuhnya.
"Katanya Giona sendiri yang masak, emang enak ya?"
"Kalo pengen tau, coba aja sendiri. Bukannya lo udah pernah makan kue buatan dia ya?" Naren melempar balik pertanyaan pada Aiden tanpa memutuskan sedikitpun pandangannya dari ponsel.
"Loh, ternyata Giona bawa. Tau gitu aku gak usah bawa makanan. Jadi gak enak sama Giona." timpal Camilia lengkap dengan wajah penuh rasa bersalah sebab tidak menyadari bahwa ada Giona yang bisa memberikan mereka makanan.
"Gak papa, lagian gue masih trauma makan masakan dia." ucap Rainand yang bergidik bila mengingat terakhir kali mencoba masakan wanita itu.
Sensasinya bahkan masih Rainand ingat.
Berbeda dengan Rainand yang menunjukkan gelagat tidak suka, Kailas malah sebaliknya. Kedua maniknya melirik wadah berisi makanan untuknya dari Hanina. Ingatannya terlempar pada satu momen di mana istrinya mengajukan surat cerai.
Dan sekarang perempuan itu tidak kembali lagi, pun Arian yang mendadak pulang. Bukankah ini terlalu mencurigakan?
Sementara itu di lain tempat, Arian memasuki apartemennya dengan Hanina yang berada dalam gendongannya dengan posisi koala. Terlihat juga perempuan itu tertidur lantaran terlalu lelah menghadapi berbagai kejadian dalam sehari.
Menempatkan Hanina dengan hati-hati ke atas ranjang, Arian bangkit lalu berjalan menuju lemari. Tangannya mengambil satu set piyama perempuan lalu kembali menghampiri Hanina yang dengan nyaman memeluk guling.
Arian pelan memperbaiki posisinya kemudian secara perlahan melepaskan piyama Hanina yang sudah kotor karena noda darah.
Tangannya begitu cekatan memasangkan piyama ke tubuh Hanina hingga dalam hitungan menit, Arian berhasil menyelesaikan kegiatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giona: Second Lead My Husband
FantasyDemi membantu kesulitan ibunya, Hanina-gadis yang belum lulus SMA itu terpaksa mengikuti saran sang ibu untuk bekerja di sebuah club. Lalu sebuah kecelakaan yang tak disangka menimpanya. Yang lebih mengejutkannya lagi, jiwanya malah nyasar di sebuah...