🔗11

5K 607 172
                                    

"Shit, boleh gak gue perkosa lo?"

Sekujur Tubuh Hanina bergetar takut, ciuman Arian sudah terlepas dan sejak itu pula bibirnya terkatup rapat. Menyadari hal tersebut, Arian menaruh kepalanya di sela perpotongan leher Hanina. Hembusan napasnya begitu menggelitik namun Hanina memilih tidak bergerak, khawatir bila sewaktu-waktu Arian menerkamnya.

"Giona..."

Arian tiba-tiba memanggil namanya dan sekali lagi tubuh Hanina menegang kaku. Terlebih bibir Arian sesekali mencium lehernya.

"Arian," suara lirih Hanina terdengar, pandangannya berubah sayu diikuti kedua tangannya terangkat memeluk leher pria itu.

Tidak! Kenapa jadi begini?! Hanina menjerit dalam hati lantaran secara tiba-tiba tangannya bergerak sendiri. Tubuhnya seolah dikendalikan.

Dan dari perbuatannya itu makin membawa Arian untuk bertindak lebih. Kedua tangan kekarnya melingkar begitu erat di pinggang Hanina, sementara itu bibirnya tidak bisa diam. Terus mencium leher Hanina berkali-kali bahkan acapkali menggigitnya kecil.

Seharusnya Hanina mendorongnya, namun dia tidak bisa. Bahkan yang lebih gilanya lagi, tangannya dengan lancang mengelus leher Arian secara seduktif membuat pria itu mengeram kecil.

Tidak! Ini bukanlah Hanina!

Giona.

Kepala Arian terangkat, pandangannya begitu gelap. Namun alih-alih takut, Hanina justru melayangkan ciuman yang segera bersambut. Arian juga membalasnya tak kalah menuntut.

Di alam bawah sadarnya, Hanina ingin menangis. Ini di luar kendalinya, ini bukanlah dirinya. Seluruh tubuhnya seakan merespon baik apa yang Arian lakukan. Hanina tidak bisa menguasainya.

Giona!

Hanina menjeritkan nama itu, jelas dia tau bahwa pemilik asli raga yang ia tempati berusaha mengendalikannya.

Hanina tidak ingin.

Dia bukan Giona yang berstatus istri orang tetapi malah pernah menjalin hubungan terlarang dengan salah sepupu Kailas.

Satu tangan Arian mulai masuk meraba punggungnya dan saat itu pula Hanina berhasil menguasai dirinya. Kuat dia mendorong tubuh Arian hingga menciptakan jarak di antara keduanya. Mengambil kesempatan tersebut, Hanina gegas berbalik lalu membuka pintu meninggalkan Arian yang senantiasa menatapnya tajam.

Sepanjang perjalanan, Hanina terus menerus menoleh ke belakang. Takut bila sewaktu-waktu Arian menyusulnya. Hingga tanpa bisa dicegah, Hanina menabrak seseorang beruntung kedua bahunya segera ditangkap hingga Hanina tidak terjatuh.

Rupanya Kailas.

"Kai, kita pulang yuk." ajaknya seberusaha mungkin menyembunyikan suara bergetarnya meski rasanya sia-sia.

"Lo kemana sih? Gue mau pulang jadi terhambat." semburnya dengan pandangan menyelidik sampai akhirnya pandangan Kailas berhenti tepat di bibir bengkak Hanina. Lipstik yang terkesan berantakan serta luka di bagian bibir bawahnya menjadi fokus tersendiri bagi Kailas.

"Ya udah ayo kita pulang." bahkan tanpa sabaran Hanina menarik tangan Kailas pergi dari sana. Namun Kailas menarik Hanina menyebabkan perempuan itu kembali berbalik padanya.

"Kenapa l—"

Kalimat Hanina terhenti saat Kailas mengelus sudut bibirnya dan bibir bawahnya. Tanpa disadari Hanina, Kailas sedang merapikan lisptik Hanina yang sudah sedikit memudar warnanya lalu setelahnya pergi dari sana.

Tersadar ditinggalkan Kailas, Hanina gegas menyusulnya.

Sayangnya, ketika mereka melewati ruang utama, keduanya dihadang oleh sepupu Kailas.

Giona: Second Lead My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang