Hanina tidak menyangka bahwa mereka akan cukup lama bertamu ke rumahnya. Hanina yang merasa sebagai tuan rumah pun enggan untuk meninggalkan tamu-tamunya meski kehadirannya kerap menjadi tak dilihat.
Saat ini semuanya sedang berada di halaman belakang bercengkerama tak lupa Camilia yang dipepet antara Arian juga Kailas. Sementara Hanina, diam di pojok menjadi pengamat sembari mulutnya mengunyah cookies buatannya.
Aiden mendadak bangkit kemudian menghampiri Hanina yang mengerjap melihat pria itu mendekatinya. Bahkan Aiden tak sungkan duduk di sampingnya lalu ikut mencomot cookies yang ada dalam toples di tangan gadis itu.
"Enak, siapa yang bikin?" tanyanya kembali mengambil cemilan ringan itu lalu memasukannya ke dalam mulut.
"Aku," Hanina cengar-cengir merasa bangga ada yang memuji kue buatannya. Merasa tersanjung Hanina dengan semangat menyodorkan toples kue yang diterima Aiden dengan senang hati.
"Kemarin aku bikin dua toples, satu topingnya pake coklat putih, terus satunya coklat hitam. Cantikkan?" paparnya menunjukkan cookies sisanya di hadapan Aiden. Namun siapa sangka, laki-laki yang tempo hari menggodanya itu dengan enteng memajukan wajahnya kemudian memakan cookies Hanina yang tersisa setengah.
Alias sisanya!
Hanina beringsut mundur, menatap horor Aiden yang malah tersenyum jenaka.
"Kamu..."
"Kenapa? Dulu juga kita udah biasa makan makanan yang sama dari tangan masing-masing." tutur Aiden melempar pandangannya ke depan sambil tak lupa mengemil.
Hanina berdehem, jelas sekali dia memikirkan perkataan ambigu Aiden. Apa Aiden adalah laki-laki yang pernah menjadi selingkuhan Giona?
Tapi bila di pikir-pikir lagi, Aiden itu tipe cowok yang memiliki seribu satu macam rayuan untuk memikat wanita. Mungkin saja Giona menjadi salah satunya mengingat figuran ini merasa kesepian.
Kepalanya tanpa sadar mengangguk, bila begitu haruskah Hanina menjauhi Aiden?
Sedang asik berpikir, kepala Hanina diketuk sejurus kemudian wajah Aiden maju lalu berbisik. "Tali bra lo keliatan."
Hanina refleks memegang kedua bahunya, dan memang benar.
Dengan wajah memerah, Hanina memperbaiki kerah bajunya. Tak lupa tubuhnya bergeser menjauhi Aiden, kepalang malu sebab barang pribadinya dilihat secara langsung.
Terdengar suara tawa merdu Aiden, nampak puas melihat wajah kicep Hanina. Merasa jengkel, Hanina merampas toples kuenya yang ada di tangan Aiden tetapi pria itu jauh lebih gesit menghindar menyebabkan Hanina hanya menggapai angin.
"Eitss, kalo udah ngasih gak boleh ambil lagi." akunya berdiri menjauhi Hanina yang berwajah masam.
Dia biarkan Aiden pergi menuju sepupunya yang lain, dan baru Hanina sadari Camilia, Arian, dan Kailas tidak berada ditempat.
Bila diingat-ingat, scene ini tidak ada dalam novel. Mungkin ini bagian yang tidak ditulis.
Karena kepo, Hanina berdiri lalu meninggalkan yang lain di mana masih asik bermain gitar. Hanina sempat dipanggil Rainand untuk bergabung tetapi perempuan itu segera menolak terlebih ada Naren yang menatapnya tajam.
Hii~ mending Hanina kabur.
Cukup lama Hanina berkeliling hingga samar telinganya mendengar percakapan. Mengingat takdir Kailas adalah sepupu Giona, maka Hanina harus berusaha untuk menjauhkan Kailas dari Camilia agar perasaan pria itu tidak bertambah besar.
"Aku pengen bebas lagi kayak dulu, tapi Arian terlalu dominan."
Suara halus Camilia mulai terdengar jelas. Hanina sejenak menghentikan langkah kakinya dan memilih menepi agar kehadirannya tidak diketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giona: Second Lead My Husband
FantasyDemi membantu kesulitan ibunya, Hanina-gadis yang belum lulus SMA itu terpaksa mengikuti saran sang ibu untuk bekerja di sebuah club. Lalu sebuah kecelakaan yang tak disangka menimpanya. Yang lebih mengejutkannya lagi, jiwanya malah nyasar di sebuah...