🔗13

5.1K 593 247
                                    

Dengan kaki yang berjalan pincang, Hanina baru tiba di rumah saat siang hari. Mula-mulanya Hanina akan langsung kembali ke kediaman Kailas, tetapi karena masih dongkol, Hanina berbelok ke rumah mama Giona.

Kondisinya sempat menjadi pertanyaan, tetapi Hanina dengan logis memberikan alasan.

Bengkak di kakinya masih terlihat, maka dari itu Hanina berjalan menggunakan bantuan tongkat yang diberikan oleh Varana.

"Giona."

Eh?

Hanina mengangkat kepalanya lalu sedetik kemudian terkejut melihat rumah Kailas kedatangan beberapa tamu.

Ada Rain, Amora, Aiden, Naren, Camilia, dan Arian.

Semuanya sepupu Kailas dan para sepupu itu juga kompak merahasiakan pernikahannya dan juga Kailas. Hal ini adalah perjanjian yang Kailas ajukan sebelum pernikahan bahwa, untuk sementara waktu hubungan antara Giona dan Kailas dirahasiakan dari orang luar.

Alasannya, karena Kailas hanya ingin menjaga privasi serta keamanan untuk istri. Alhasil, yang orang luar tau, Giona sementara waktu tinggal bersama Kailas di karenakan gadis itu kesepian tinggal sendirian di rumahnya.

Bullshit!

Bilang saja karena Camilia tidak ingin tau.

"Kaki kamu..."

Suara Camilia berhasil menarik Hanina dari lamunannya. Tatapan Camilia tertuju penuh pada kakinya, pun yang lain.

"Terkilir, beberapa hari lagi juga sembuh." imbuh Hanina.

"Maaf dan makasih karena udah nolongin aku tadi malam. Saat sampe rumah sakit, aku langsung nyari kamu dan di situ kami sadar kamu ketinggalan. Maaf banget." ujar Camilia lengkap dengan kedua tangan saling terkatup Hanina bahkan meringis melihatnya.

Padahal perempuan cantik itu tidak salah apa-apa.

"Gak papa, lagipula kan aku cuman figuran." Hanina menggumam di kalimat terakhir. Kejadian semalam cukup menyadarkan Hanina tentang posisinya dalam cerita.

Jadi, meskipun kesal Hanina di satu sisi juga sadar. Kehadiran figuran ada dan tidak ada. Kadang terlihat kadang juga terabaikan sebab figuran bukanlah magnet utama dalam cerita yang bisa menarik pemeran utama lain untuk mendekat.

"Semalam aku langsung nyuruh Kailas kembali ke pasar malam, tapi kamu udah gak ada. Terus Kailas juga pulang ke rumah kamu juga gak ada." paparnya seraya menuntun Hanina untuk duduk.

"Hoh, Kailas bahkan nelpon kita barangkali lo ada di kita. Pokoknya semalam tuh Kailas panik." celetuk Rain yang dibalas siulan godaan dari Aiden.

"Untuk itu kami ada di sini, tunggu-tunggu kabar. Karena Naren punya feeling lo ada di rumah nyokap lo."

"Kailas mau nelpon juga ragu-ragu, takut keknya ama mertua—eh maksudnya mama Varana." kelakar Amora yang bersambut tawa dari orang-orang di sana, sementara Kailas yang menjadi bahan gibahan mereka hanya mendengus.

"Maaf banget. Serius aku lupa ngabarin, semalam aku langsung pergi di rumah mama. Kebetulan juga ada agenda ziarah kubur papa." paparnya yang dibalas anggukan dari mereka.

"Kaki kamu bengkak, udah di urut?" tanya Camilia.

"Udah tadi pagi." jawab Hanina singkat.

Tiba-tiba Aiden duduk di sampingnya kemudian dengan santainya mengangkat sebelah kaki Hanina di atas pahanya. Netra perempuan itu sempat membola, sebelum akhirnya meringis saat tangan Aiden menekan kecil pergelangan kakinya.

"Kaki lo udah kayak kaki gajah." komentarnya dengan manik menyorot lurus kaki Hanina.

"Enak aja! Bengkaknya kecil itu." sewotnya mengangkat kakinya dari atas paha Aiden. Lagipula, Aiden itu terlalu hiperbola.

Giona: Second Lead My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang