Episode 4: Di Balik Pintu Kamar Operasi

23 3 1
                                    


Beberapa minggu telah berlalu sejak operasi darurat yang menyelamatkan nyawa Bapak Rahmat. Nadya kini semakin dipercaya oleh tim medis di Rumah Sakit Medika Nusantara, dan hubungannya dengan Dr. Andra, meskipun masih penuh ketegangan, mulai menunjukkan tanda-tanda positif. Namun, di balik setiap pencapaian, ada tantangan baru yang siap menghadang, dan kali ini tantangan itu datang dalam bentuk operasi besar yang memerlukan kolaborasi intens dari seluruh tim bedah.

Pagi itu, Nadya sedang berada di ruang konferensi bersama Andra dan beberapa dokter lainnya, termasuk Dr. Arif, seorang ahli bedah ortopedi terkenal di rumah sakit. Mereka sedang mempersiapkan operasi rekonstruksi tulang panggul pada seorang pasien bernama Ibu Siti, yang mengalami kecelakaan lalu lintas parah beberapa hari sebelumnya. Operasi ini sangat kompleks dan berisiko tinggi, memerlukan kerja sama yang sempurna dari semua orang yang terlibat.

Dr. Arif: "Pasien kita, Ibu Siti, mengalami fraktur kominutif pada acetabulum kiri. Saya sudah merencanakan pemasangan plat dan sekrup, tetapi kita perlu sangat berhati-hati mengingat jarak yang dekat dengan saraf sciatic. Ini adalah operasi yang membutuhkan ketelitian ekstrem."

Andra mengangguk setuju.

Andra: "Benar. Setiap kesalahan kecil bisa berakibat fatal. Dr. Nadya, Anda akan mendampingi Dr. Arif dalam operasi ini. Pastikan Anda memahami setiap langkah yang akan diambil."

Nadya merasa sedikit gugup, tetapi dia mengangguk dengan penuh semangat.

Nadya: "Baik, Dr. Andra. Saya akan memastikan semuanya berjalan sesuai rencana."

Beberapa jam kemudian, Nadya, Andra, dan Dr. Arif sudah berada di ruang operasi. Suasana di sana sangat tenang, hanya terdengar suara alat-alat medis dan monitor yang menunjukkan tanda-tanda vital Ibu Siti. Nadya merasa denyut jantungnya meningkat seiring persiapan operasi yang semakin intens.

Ketika operasi dimulai, Dr. Arif menunjukkan keterampilannya yang luar biasa dalam menangani tulang panggul yang hancur. Nadya dengan cermat mengikuti instruksinya, membantu dengan alat-alat dan memantau kondisi pasien. Namun, di tengah-tengah operasi, Nadya mulai memperhatikan sesuatu yang tidak beres.

Nadya: "Dr. Arif, tekanan darah pasien mulai menurun, dan ada peningkatan laju denyut jantung. Saya khawatir ini bisa menjadi tanda perdarahan internal."

Dr. Arif berhenti sejenak dan melihat monitor.

Dr. Arif: "Saya melihatnya. Ini bisa menjadi masalah besar. Kita perlu mencari sumber perdarahan secepat mungkin."

Andra, yang mengawasi dari dekat, segera mengambil alih bagian anestesi dan memperhatikan tanda-tanda vital pasien.

Andra: "Dr. Nadya, siapkan suction dan instrumen untuk menghentikan perdarahan. Kita tidak bisa kehilangan banyak waktu."

Nadya segera bertindak, menyiapkan alat yang diperlukan dan membantu Dr. Arif menemukan sumber perdarahan. Tekanan di ruang operasi meningkat, dan semua orang bekerja dengan fokus tinggi. Setelah beberapa menit yang menegangkan, mereka akhirnya menemukan sumber perdarahan dan berhasil menghentikannya.

Dr. Arif: "Perdarahan sudah terkontrol. Kita bisa melanjutkan operasi."

Andra menatap Nadya dengan tajam, tetapi kali ini ada sedikit penghargaan dalam tatapannya.

Andra: "Kerja bagus, Dr. Nadya. Anda cepat tanggap dan tepat dalam penanganan. Ini bukan operasi yang mudah, tetapi Anda menunjukkan kemampuan yang diperlukan."

Nadya mengangguk, merasa sedikit lega tetapi masih waspada terhadap sisa operasi. Operasi berlanjut dengan sukses, dan beberapa jam kemudian, mereka berhasil menyelesaikan rekonstruksi tulang panggul Ibu Siti.

Setelah operasi selesai, Nadya keluar dari ruang operasi dengan tubuh yang lelah tetapi puas. Dia bertemu dengan Andra di ruang ganti dokter, di mana Andra sedang melepas sarung tangan bedahnya.

Nadya: "Dr. Andra, saya ingin berterima kasih atas bimbingan Anda hari ini. Saya merasa semakin yakin dengan kemampuan saya, tetapi saya juga sadar bahwa masih banyak yang perlu saya pelajari."

Andra menatap Nadya dengan ekspresi yang sulit ditebak, tetapi kali ini dia berbicara dengan nada yang lebih lembut.

Andra: "Dr. Nadya, Anda memiliki potensi besar, dan hari ini Anda menunjukkan bahwa Anda bisa bekerja di bawah tekanan tinggi. Tapi ingat, kita selalu harus siap menghadapi yang tidak terduga. Dalam operasi, tidak ada yang bisa kita anggap remeh."

Nadya mengangguk, menyadari bahwa kata-kata Andra penuh dengan kebenaran. Di dunia bedah, kesalahan kecil bisa berarti perbedaan antara hidup dan mati.

Nadya: "Saya akan terus berusaha, Dr. Andra. Terima kasih atas kepercayaannya."

Andra hanya mengangguk sebelum berjalan keluar dari ruang ganti. Namun, sebelum dia meninggalkan ruangan, dia berhenti sejenak dan menoleh kembali kepada Nadya.

Andra: "Dr. Nadya, kadang-kadang, dalam dunia medis ini, kita terlalu fokus pada pasien dan melupakan diri kita sendiri. Jangan biarkan tekanan ini mengubah Anda. Tetaplah menjadi diri Anda sendiri, meskipun tantangan semakin berat."

Nadya terkejut mendengar kata-kata itu dari Andra. Dia merasa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar pesan profesional dalam kata-kata tersebut, seolah-olah Andra mengingatkannya untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya.

Nadya: "Saya akan ingat itu, Dr. Andra. Terima kasih."

Setelah Andra pergi, Nadya merenungkan kata-kata tersebut. Dia tahu bahwa tantangan dalam dunia bedah tidak hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga soal kekuatan mental dan emosional. Nadya mulai menyadari bahwa Andra, meskipun sering tampak dingin dan tegas, mungkin juga memiliki beban yang dia bawa sendirian.

Dengan pikiran yang masih bergelut, Nadya keluar dari rumah sakit, merasa sedikit lebih dekat dengan Andra, meskipun dia tahu bahwa perjalanan mereka masih penuh dengan rintangan yang harus dihadapi bersama.

Bersambung...

Healing HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang