Beberapa bulan telah berlalu sejak kelahiran anak pertama Andra dan Nadya. Rumah mereka kini dipenuhi dengan suara tawa bayi dan kehangatan keluarga. Namun, meski hidup mereka terasa sempurna, tantangan sebagai orang tua baru dan tetap menjalankan karier mereka tidaklah mudah. Perjalanan mereka belum sepenuhnya selesai.
Di suatu pagi yang cerah, Nadya sedang menidurkan bayi mereka, sementara Andra menyiapkan sarapan. Meski rutinitas baru ini terkadang membuat mereka kelelahan, ada rasa kebahagiaan yang tak tergantikan dalam setiap momen kecil bersama anak mereka.
Andra (menghidangkan kopi untuk Nadya): "Bagaimana tidurmu tadi malam? Aku tahu bayi kita suka begadang akhir-akhir ini."
Nadya (tertawa kecil, sambil menepuk punggung bayi mereka yang mulai tertidur): "Tidak terlalu buruk. Aku mulai terbiasa begadang. Kamu sendiri? Kurasa kamu juga lelah."
Andra (tersenyum lembut): "Aku lelah, tapi ini semua sepadan. Melihat senyuman anak kita setiap pagi adalah sesuatu yang tidak bisa ditukar dengan apa pun."
Sore hari itu, Andra dan Nadya memutuskan untuk berjalan-jalan di taman bersama anak mereka. Mereka menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah mereka, merasa seperti segala kekhawatiran dunia menghilang sejenak. Namun, di tengah suasana yang tenang, Andra mulai membicarakan sesuatu yang telah lama ada di pikirannya.
Andra (menatap ke depan, sedikit ragu): "Nadya, aku punya sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu."
Nadya (menatap Andra, bingung tapi penuh perhatian): "Apa itu, Andra? Kamu terdengar serius."
Andra (menghela napas, lalu menatap Nadya dengan mata penuh keyakinan): "Aku tahu kita baru memulai fase baru dalam hidup kita dengan bayi ini, tapi aku ingin kita memikirkan masa depan kita juga. Aku merasa kita sudah terlalu lama menunda untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius."
Nadya (sedikit terkejut, tapi tersenyum lembut): "Kamu maksud menikah?"
Andra (mengangguk pelan, sambil menggenggam tangan Nadya): "Ya, Nadya. Aku ingin menikah denganmu. Kita sudah melalui banyak hal bersama, dan aku merasa ini saatnya untuk meresmikan apa yang sudah kita bangun selama ini. Aku ingin kita menjadi keluarga yang utuh."
Suasana tiba-tiba terasa penuh dengan harapan dan cinta. Nadya terdiam sejenak, memandangi wajah Andra yang penuh dengan ketulusan. Dia tahu bahwa ini adalah keputusan yang tepat, tetapi ada begitu banyak perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya.
Nadya (tersenyum, matanya berkaca-kaca): "Andra... Aku juga sudah memikirkan hal ini. Aku sangat mencintaimu, dan aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Tentu saja aku ingin menikah denganmu."
Andra (tertawa lega, lalu memeluk Nadya erat): "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi dalam hidup kita ke depan, tapi aku tahu bahwa selama kamu ada di sampingku, kita bisa menghadapi apa pun."
Beberapa minggu kemudian, Andra dan Nadya memutuskan untuk melangsungkan pernikahan kecil yang intim, hanya dihadiri oleh keluarga dekat dan teman-teman terdekat. Acara tersebut diadakan di sebuah taman yang indah, tempat mereka sering berjalan-jalan bersama bayi mereka. Saat mereka berdiri di altar, dengan anak mereka di gendongan, mereka menyadari betapa berartinya momen ini.
Pernikahan itu berlangsung dengan penuh kehangatan dan cinta. Setelah upacara selesai, Andra dan Nadya berdiri di tengah taman, memandangi matahari terbenam yang memancarkan cahaya keemasan di langit.
Nadya (menatap Andra dengan mata berbinar-binar): "Akhirnya, kita resmi menjadi keluarga. Aku tidak bisa lebih bahagia dari ini."
Andra (menggenggam tangan Nadya erat, tersenyum penuh kasih): "Ini bukan akhir dari cerita kita, sayang. Ini adalah awal dari babak baru. Aku tidak sabar untuk melihat apa yang akan datang selanjutnya."Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/375995912-288-k254624.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Healing Hearts
RomanceKisah antara Dr. Andra Wicaksono yang merupakan dokter bedah kardiokasvular senior dengan seorang dokter residen yaitu Dr. Nadya Ardianti, yang saling menjalin keakraban dengan adanya sedikit bubuk cinta. Seiring berjalannya waktu kedekatan mereka s...